Pendekatan teori kepemimpinan. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dan nilai kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat alamnya dan pengalaman saja, tetapi pada penyiapan secara analisis, perencanaan, penyelidikan, percobaan, supervisi dan pengembangan secara sistematis yang diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan Kartono, 2010. Dalam organisasi, pemimpin terbagi dalam tiga strata utama yakni: 1. Top manager: yang tekanan tugasnya pada pelaksanaan administrasi dalam menyusun rencana, policy dan laporan terdiri dari pada direksi. 2. Middle Manager: eksekutif pelaksanaan rencana dan policy organisasi terdiri dari para kepala bagian. 3. Low Manager: eksekutif di lapangan yang terdiri dari kepala-kepala unit pelaksana, para pengawas di lapangan Ardana, 2012.

2.1.2. Pendekatan teori kepemimpinan.

Ada 3 macam pendekatan teori kepemimpinan, yaitu: 1. Pendekatan teori sifat kepemimpinan. Teori sifat kepemimpinan juga berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan diciptakan artinya seseorang telah membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan bukan dididik atau dilatih. Pemimpin yang dilahirkan tanpa pendidikan dan latihan sudah dapat menjadi pemimpin yang efektif. Pelatihan kepemimpinan hanya bermanfaat bagi mereka yang memang telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan Sulaiman, 2011. 2. Pendekatan teori perilaku atau gayatipe kepemimpinan. Universitas Sumatera Utara Menurut Sulaiman 2011, gaya kepemimpinan adalah pola prilaku spesifik yang ditampilkan oleh pemimpin dalam upaya mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan organisasi atau kelompoknya. Tipe atau gaya kepemimpinan terdiri dari: 1. Gaya Kepemimpinan Autokratik - Mempunyai orientasi pada tujuan, struktur dan tugas-tugas dengan pengawasan yang ketat, hubungan baik dengan staf diabaikan yang penting staf harus bekerja keras, produktif, dan bekerja tepat waktu. - Menganggap organisasi hanya sebagai milik sendiri, merajai situasi, pemimpinnya berperan a one- man show pemain tunggal. - Menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. - Menganggap staf sebagai alat semata. - Tidak mau menerima kritik, setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya dan bawahan tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. - Selalu mengandung unsur paksaan dan hukuman, sikap dan prinsip-prinsipnya sangat konservatifkuno dan kaku-ketat. - Menggemari berbagai upacara atau seremoni yang menggambarkan kehabatannya dalam arti gila kehormatan. - Pelaksanaan teori x dari Mc Gregor. Kepemimpinan gaya otoriter hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus segara di tinggalkan. Universitas Sumatera Utara Kelebihannya: a. Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. b. Kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak. Kerugiannya: a. Suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan, timbulnya ketidakpuasaan. b. Merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, agresifitas, keluhan, absen, pindah. c. Kurang disenangi staf karena staf dipaksa bekerja keras agar tugas selesai dengan cepat dan baik. 2. Gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif. - Selalu berorientasi pada manusia mengakui harkat dan martabat manusia, memperhatikan kemampuan dan kepentingan staf. - Senang menerima saran, kritik, dan pendapat staf, aktif mencari masukan dan saran dalam menetukan kebijakankeputusan dan berpendapat bahwa manusia sumber daya manusia yang merupakan unsur paling strategik. - Selalu mengembangkan diri, terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, tidak ragu-ragu membiarkan para bawahan mengambil resiko dengan catatan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh telah diperhitungkan dengan matang. - Wewenang pimpinan tidak mutlak, pemimpin bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan. - Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan dan prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan serta banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat. Universitas Sumatera Utara - Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan. - Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar. - Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruktif. - Pemimpin mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing. - Pemimpin memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak, terdapat suasana saling percaya, saling hormat-menghormati, dan saling harga menghargai. - Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan dengan penekanan tanggung jawab internal diri sendiri, dan kerjasama yang baik. - Peranan pemimpin adalah memfasilitasi. - Pelaksanaan teori y dari Mc Gregor, efektif digunakan untuk tingkat kematangan staf sedang ke tinggi, dimana staf mampu tapi tidak mau memikul tugas dan tanggung jawab. Keuntungannya : a. Keputusan serta tindakan lebih objektif, timbulnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. b. Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada di kantor karena ada sistem pendelegasian wewenang sehingga masing-masing menyadari tugas dan fungsinya dengan puas dan aman menyandang setiap tugas dan fungsinya. Universitas Sumatera Utara Kerugiannya : a. Keputusan serta tindakan kadang-kadang lambat. b. Pekerjaan tidak selesai pada waktunya. Gaya kepemimpinan pada hakikatnya memperlihatkan dua prilaku atau gaya kepemimpinan yaitu berorientasi pada tugas dan berorientasi pada manusia. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas disebut juga autocratic,sedangkan gaya kepemimpinan berorientasi pada manusia disebut democratic. Untuk menjadi pemimpin yang efektif digunakan keseimbangan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dengan gaya kepemimpinan yang berorientasin pada manusia. Gaya kepemimpinan ini disebut gaya kepemimpinan transaksional Sulaiman 2011. Menurut Sulaiman 2011 yang mengutip pendapat dari Tannenbaum mengemukan bahwa pemimpin harus mempertimbangkan tiga kumpulan kekuatan sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu: a. Kekuatan-kekuatan dalam diri pemimpin yang mencakup : 1 sistem nilai, 2 kepercayaan terhadap staf, 3 kecenderungan kepemimpinannya sendiri, dan 4 perasaan aman dan tidak aman. b. Kekuatan-kekuatan dalam diri staf, meliputi: 1 kebutuhan mereka akan kebebasan, 2 kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab, 3 ketertarikan dan keahlian staf untuk penanganan masalah, 4 harapan staf mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan. c. Kekuatan-kekuatan dari situasi, mencakup: 1 tipe organisasi, 2 efektifitas kelompok, 3 sifat masalah itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 3. Gaya kepemimpinan paternalistik. - Memperlakukan para bawahan sebagai orang-orang yang belum dewasa, bahkan seolah-olah mereka masih anak-anak, tipe kepemimpinan kebapaan. - Sifat melindungi. - Sentralisasi pengambilan keputusan dan jarang memberikan kesempatan kepada bawahan mengambil keputusan sendiri serta berinisiatif. - Melakukan pengawasan yang ketat. 4. Gaya atau tipe kepemimpinan Laissez Faire atau delegatif atau santai atau liberal bebas. - Gaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa organisasi tidak menghadapi masalah yang serius dan kalaupun ada, selalu dapat ditemukan penyelesainnya. - Sang pemimpin praktis tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri, pemimpin tak memiliki ketrampilan teknis dan pemimpin sebagai simbol saja, tidak memiliki kewibawaan, tidak bisa mengontrol anak buahnya, hampir tidak ada pengawasan pada sikap, tingkah laku, kegiatan bawahan. - Pemimpin tipe ini tidak senang mengambil resiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan status quo,rendah perhatian pada tugas dan pegawai, lingkungan kerja, kesejahteraan pegawai. - Enggan menggunakan sanksi apalagi yang keras terhadap bawahan yang menampilkan prilaku disfungsional atau menyimpang, tetapi sebaliknya senang mengobral pujian. Universitas Sumatera Utara - Memperlakukan bawahan sebagai rekan dan karena itu hubungan yang bersifat hirarki tidak disenanginya. - Keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang perlu dipertahankan, tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul orang-per orang. - Efektif digunakan bila pegawai mampu menganalisis dan tingkat kematangan staf pegawai tinggi dimana pegawai mampu dan mau memikul tugas dan tanggung jawab. - Pelaksanaan ekstrim teori y Mc Gregor. Keuntungannya : - Para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Kerugiannya : - Membawa kekacauan karena setiap pejabat bekerja menurut selera masing- masing. 5. Gaya atau tipe kepemimpinan kharismatik. - Mempunyai daya tarik dan kekuatan energi yang kuat yang berasal dari latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan, penampilan, sehingga pengikutnya besar, dia dianggap memiliki kekuatan gaib supernatural power. - Percaya diri yang besar. - Mempunyai visi. - Kemampuan untuk mengartikulasikan visi. - Keyakinan yang kuat tentang tepatnya visi yang dinyatakannya kepada para bawahan. Universitas Sumatera Utara - Perilaku yang tidak mengikuti perilaku stereotip. Artinya perilaku yang lain dari yang biasa ditampilkan oleh para pemimpin tipe lainnya, seperti perilaku yang tidak konvensional, tidak sekedar mengikuti arus, dan sering melakukan tindakan yang berani. Jika berhasil dalam praktek, perilaku demikian menimbulkan kekaguman dikalangan para bawahannya yang pada gilirannya berakibat makin tingginya tingkat kesediaan mereka menjadi pengikut pemimpin yang bersangkutan. - Peranan selaku agen pengubah dalam arti siap membawa perubahan termasuk perubahan yang radikal dan tidak sebagai pemelihara status quo. - Pemahaman yang mendalam dan tepat tentang sifat lingkungan yang dihadapi termasuk kendala yang ditimbulkannya serta kesiapan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mewujudkan perubahan itu. - Mampu membaca situasi organisasional yang dihadapinya dan mampu mengenali karakteristik para bawahannya sehingga dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi itu. Karena itulah pemimpin yang kharismatik pada satu saat mungkin menggunakan gaya yang otoriter, pada kesempatan lain menggunakan gaya yang paternalistik, pada waktu lain lagi mungkin bergaya laissez faire, dan tidak menghadapi kesulitan menggunakan gaya yang demokratik. 3. Pendekatan teori kepemimpinan kontingensisituasional. Dalam suatu kenyataan berorganisasi tidak dapat digunakan prilaku atau gaya kepemimpinan tunggal untuk segala situasi. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu muncul pendekatan yang disebut contingency approach yang apabila diterjemahkan secara harfiah berarti pendekatan kemungkinan. Di atas telah dikemukakan bahwa situasi yang berbeda harus dihadapi dengan prilaku atau gaya kepemimpinan yang berbeda pula, maka pendekatan tersebut dinamakan pula situational approach pendekatan situasioanal.

2.1.3. Ciri-ciri seorang pemimpin yang efektif-efisien.