suatu pedoman hidup yang akan menuntun mereka untuk menjadikan kehidupan keluarga yang baik.
Perkembangan
Prosesi pernikahan adat ini, masih sering dilakukan oleh masyarakat Aceh hingga sekarang. Namun prosesi tersebut belum tentu sepenuhnya dilakukan. Dalam perkembangannya
ada juga yang menambahkan rangkaian acara seperti acara hiburan, acara kesenian, maupun acara syukuran. Tapi ada juga yang mengurangi beberapa prosesi acara dalam pernikahan adat
tersebut. Hal ini tentu harus disesuaikan juga dengan situasi dan kondisi mereka.
2. Acara pernikahan adat M inangkabau
Dalam t iap m asyarakat dengan susunan kekerabat an bagaim anapun, perkaw inan m em erlukan penyesuaian dalam banyak hal. Perkawinan m enim bulkan hubungan baru t idak
saja ant ara pribadi yang bersangkut an, ant ara m arapulai dan anak dara t et api juga ant ara kedua keluarga. Lat ar belakang ant ara kedua keluarga bisa sangat berbeda baik asal-usul,
kebiasaan hidup, pendidikan, t ingkat sosial, t at akram a, bahasa dan lain sebagainya. Karena it u syarat ut am a yang harus dipenuhi dalam perkaw inan, kesediaan dan kem am puan unt uk
m enyesuaikan diri dari m asing-m asing pihak. Pengenalan dan pendekat an unt uk dapat m engenal w at ak m asing-m asing pribadi dan keluarganya pent ing sekali unt uk mem peroleh
keserasian at au keharm onisan dalam pergaulan ant ara keluarga kelak kem udian. Perkaw inan juga m enunt ut suat u t anggungjaw ab, ant aranya menyangkut nafkah lahir dan bat in, jaminan
hidup dan t anggungjaw ab pendidikan anak-anak yang akan dilahirkan.
Berpilin duanya ant ara adat dan agam a Islam di M inangkabau mem baw a konsekw ensi sendiri. Baik ket ent uan adat , m aupun ket ent uan agama dalam m engat ur hidup dan kehidupan
m asyarakat M inang, t idak dapat diabaikan khususnya dalam pelaksanaan perkawinan. Kedua at uran it u harus dipelajari dan dilaksanakan dengan cara serasi, seiring dan sejalan.
Pelanggaran apalagi pendobrakan t erhadap salah sat u ket ent uan adat m aupun ket ent uan agam a Islam dalam m asalah perkaw inan, akan m em baw a konsekw ensi yang pahit sepanjang
hayat dan bahkan berkelanjut an dengan ket urunan.
Hukum an yang dijat uhkan m asyarakat adat dan agam a, w alau t ak pernah diundangkan sangat berat dan kadangkala jauh lebih berat dari pada hukum an yang dijat uhkan Pengadilan
Agam a m aupun Pengadilan Negara. Hukum an it u t idak kent ara dalam bent uk pengucilan dan pengasingan dari pergaulan masyarakat M inang. Karena itu dalam perkaw inan orang M inang
selalu berusaha m em enuhi sem ua syarat perkawinan yang lazim di M inangkabau. Syarat - syarat it u m enurut Fiony Sukm asari dalam bukunya Perkaw inan Adat M inangkabau adalah
sebagai berikut : Kedua calon m em pelai harus beragam a Islam .
Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang sama, kecuali pesukuan
itu berasal
dari nagari
atau luhak
yang lain.
Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menghargai orang tua dan keluarga kedua
belah pihak.
Calon suami marapulai harus sudah mempunyai sumber penghasilan untuk dapat menjamin kehidupan keluarganya.
Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi semua syarat diatas dianggap perkawinan sumbang, atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat menurut adat Minang. Selain dari itu
masih ada tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam yang harus dipenuhi seperti tatakrama jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, baralek gadang,
jalang manjalang dan sebagainya. Tatakrama dan upacara adat perkawinan inipun tak mungkin diremehkan karena semua orang Minang menganggap bahwa “Perkawinan itu sesuatu yang
agung”, yang kini diyakini hanya “sekali” seumur hidup. Sumber : Adat Minangkabau, Pola Tujuan Hidup Orang Minang
Adapun tata cara adat perkawinan di mingkabau, antara lain :
1. M ARESEK
M aresek m erupakan penjajakan pert am a sebagai perm ulaan dari rangkaian t at a-cara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan sist em kekerabat an di M inangkabau yait u m at rilineal,
pihak keluarga w anit a m endat angi pihak keluarga pria. Lazim nya pihak keluarga yang dat ang m em baw a buah t angan berupa kue at au buah-buahan. Pada aw alnya beberapa w anit a yang
berpengalam an diut us unt uk m encari t ahu apakah pem uda yang dit uju berm inat unt uk m enikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung beberapa kali perundingan
sam pai t ercapai sebuah kesepakat an dari kedua belah pihak keluarga.
2. M AM INANG BATIM BANG TANDO BERTUKAR TANDA
Keluarga calon m em pelai w anit a mendat angi keluarga calon m em pelai pria unt uk m em inang. Bila pinangan dit erim a, m aka akan berlanjut ke proses bert ukar t anda sebagai
sim bol pengikat perjanjian dan t idak dapat diput uskan secara sepihak. Acara ini m elibat kan orangt ua, ninik m am ak dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Rom bongan keluarga calon
m em pelai w anit a dat ang m em baw a sirih pinang lengkap disusun dalam carano at au kam pia t as yang t erbuat dari daun pandan yang disuguhkan unt uk dicicipi keluarga pihak pria. Selain
it u juga m em baw a ant aran kue-kue dan buah-buahan. M enyuguhkan sirih di aw al pert em uan m engandung m akna dan harapan. Bila ada kekurangan at au kejanggalan t idak akan m enjadi
gunjingan, sert a hal-hal yang manis dalam pert em uan akan m elekat dan diingat selam anya. Kem udian dilanjut kan dengan acara bat im bang t ando bat uka t ando bert ukar t anda. Benda-
benda yang dipert ukarkan biasanya benda-benda pusaka sepert i keris, kain adat , at au benda lain yang bernilai sejarah bagi keluarga. Selanjut nya berem buk soal t at a cara penjem put an
calon m em pelai pria. 3.
M AHANTA SIRIAH M INTA IZIN Calon mem pelai pria m engabarkan dan m ohon doa rest u t ent ang rencana
pernikahan kepada m am ak-m am ak-nya, saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang t elah berkeluarga dan para sesepuh yang dihorm at i. Hal yang sam a dilakukan oleh calon
m em pelai w anit a, diw akili oleh kerabat wanit a yang sudah berkeluarga dengan cara m engant ar sirih. Calon m em pelai pria mem baw a selapah yang berisi daun nipah dan
t em bakau sekarang digantikan dengan rokok. Sem ent ara bagi keluarga calon m em pelai w anit a, unt uk rit ual ini m ereka akan m enyert akan sirih lengkap. Rit ual ini dit ujukan unt uk
m em berit ahukan dan m ohon doa unt uk rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didat angi akan mem berikan bant uan unt uk ikut m em ikul beban dan biaya pernikahan
sesuai kem am puan
4. BABAKO-BABAKI
Pihak keluarga dari ayah calon m em pelai wanit a disebut bako ingin m em perlihat kan kasih sayangnya dengan ikut m emikul biaya sesuai kem am puan.
Acara ini biasanya berlangsung beberapa hari sebelum acara akad nikah. M ereka dat ang m em baw a berbagai m acam ant aran. Perlengkapan yang disert akan biasanya
berupa sirih lengkap sebagai kepala adat , nasi kuning singgang ayam m akanan adat , barang-barang yang diperlukan calon m em pelai w anit a seperangkat busana,
perhiasan em as, lauk-pauk baik yang sudah dim asak m aupun yang m asih m ent ah, kue-kue dan sebagainya. Sesuai t radisi, calon m em pelai w anit a dijem put unt uk
dibaw a ke rumah keluarga ayahnya. Kem udian para t et ua m em beri nasihat . Keesokan harinya, calon m em pelai w anit a diarak kem bali ke rum ahnya diiringi keluarga pihak
ayah dengan m em baw a berbagai m acam barang bant uan t adi.
5. M ALAM BAINAI
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku- kuku calon pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah.
Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi
keharuman tujuh macam kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan
baju tokah dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh jenis
kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
6. MANJAPUIK MARAPULAI
Ini adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan menurut adat Minangkabau. Calon pengantin pria dijemput dan dibawa
ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah
dewasa. Lazimnya pihak keluarga calon pengantin wanita harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang menandakan kehadiran mereka yang penuh tata krama
beradat, pakaian pengantin pria lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk daerah pesisir Sumatra Barat biasanya juga
menyertakan payung kuning, tombak, pedang serta uang jemputan atau uang hilang. Rombongan utusan dari keluarga calon mempelai wanita menjemput calon mempelai
pria sambil membawa perlengkapan. Setelah prosesi sambah-mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan. Calon pengantin pria
beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita 7. PENYAMBUTAN DI RUMAH ANAK DARO
Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita lazimnya merupakan momen meriah dan besar. Diiringi bunyi
musik tradisional khas Minang yakni talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat, serta
disambut para dara berpakaian adat yang menyuguhkan sirih. Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan, beras kuning, kain jajakan putih merupakan
perlengkapan yang biasanya digunakan. Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut dengan tari Gelombang Adat Timbal Balik. Berikutnya,
barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu
rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.
8. TRADISI USAI AKAD NIKAH
Ada lima acara adat Minang yang lazim dilaksanakan setelah akad nikah. Yaitu memulang tanda, mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk
nasi kuning dan bermain coki
Mamulangkan Tando Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji
sewaktu lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak.
Malewakan Gala Marapulai Mengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar ini sebagai tanda kehormatan dan
kedewasaan yang disandang mempelai pria. Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik mamak kaumnya.
Balantuang Kaniang atau Mengadu Kening Pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka
satu sama lain. Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah keduanya dipisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah itu
kening pengantin akan saling bersentuhan.
Mangaruak Nasi Kuniang Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara suami isri harus selalu saling
menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.
Bamain Coki Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur
yang dilakukan oleh dua orang, papan permainan menyerupai halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan kekakuan dan egonya
masing-masing agar tercipta kemesraan.
Saat pest a perkaw inan berlangsung, hal yang juga ist im ew a adalah m akanan yang dihidangkan kepada t am u. Sudah m enjadi t radisi yang t idak dapat dipisahkan
adalah m enghidangkan Rendang at au Kalio Daging sebagai m enu ut am a. Rendang dengan bahan daging sapi dicam pur dengan sant an dan racikan berbagai
m acam bum bu dengan t akaran yang pas khas m asakan m inang menjadi m enjadi m enu idola di set iap pest a perkaw inan. Rendang juga pernah dinobat kan CNN t ravel
sebagai m akanan t erlezat dunia t ahun 2013. Beda ant ara rendang dengan kalio t erlet ak pada sant annya, bila kalio m asih berkuah sant an sem ent ara rendang sudah
t idak bersant an lagi t api hanya dedak dedak sant an yang t idak berkuah
3. Acara pernikahan adat Betaw i