formal. Tanpa disadari pendidikan karakter di tengah masyarakat justru lebih banyak dilakukan karena sejak lahir hingga dewasa manusia selalu berhubungan
dengan masyarakat. Pada dasarnya karakterisasi terbentuk sepanjang hayat sehingga pendidikan karakter adalah keseluruhan hidup itu sendiri.
93
Masyarakat menjadi laboratorium bagi pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan menemukan verifikasi nilainya secara nyata konkret ketika
pembelajaran akan norma dan perilaku yang membentuk individu itu semakin lama menjadi sistem nilai bersama yang mampu menjaga stabilitas masyarakat.
94
Masyarakat dimaknai sebagai tempat di mana pada akhirnya pendidikan karakter itu hadir. Pendidikan karakter juga sebagai sarana pedagogis bagi masyarakat luar
sehingga dapat menumbuhkan perilaku dan tata nilai yang bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Hasil yang baik dari pendidikan karakter bukan hanya
dilihat dari peserta didik saja tetapi juga masyarakat yang bergerak bersama.
95
B. Kerangka Berpikir
Museum didirikan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah sekaligus sebagai sarana pewarisan nilai-nilai dari generasi terdahulu
kepada generasi berikutnya. Pewarisan nilai-nilai di museum bisa dilakukan dengan menyampaikan cerita di balik koleksi yang ada. Misalnya saja melalui
kegiatan pendampingan kepada masyarakat yang berkunjung ke museum. Museum Misi Muntilan merupakan museum yang selalu melakukan
pendampingan terhadap masyarakat yang berkunjung. Pendampingan dilakukan
93
Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 239
94
Dony Koesoema, op. cit, hlm. 187
95
Ibid, hlm. 189
agar masyarakat yang datang tidak hanya sekedar melihat koleksi saja. Pendampingan itu memudahkan masyarakat dalam menemukan nilai-nilai yang
ada termasuk nilai karakter pada tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan. Cerita mengenai tokoh-tokoh yang ditampilkan di museum menjadi
stimulus yang diterima oleh masyarakat melalui panca indera yang selanjutnya diolah menjadi persepsi. Tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi
Muntilan memiliki karakter yang dapat dijadikan teladan bagi umat yang beragama Katolik maupun yang bukan Katolik.
Selain menampilkan tokoh-tokoh berkarakter, Museum Misi Muntilan juga memiliki berbagai kegiatan positif. Kegiatan tersebut di antaranya adalah
Novena Selasa Kliwonan, gelar budaya, dan buka puasa bersama dengan masyarakat dari pondok pesantren. Hal ini menunjukkan penghayatan terhadap
nilai karakter khususnya dalam toleransi umat beragama dan menghargai kebudayaan pada masyarakat multikultur.
Tidak hanya pendampingan di museum saja, Museum Misi Muntilan juga melakukan pendampingan kepada PIA Pendampingan Iman Anak dan OMK
Orang Muda Katolik. Pendampingan dilakukan oleh tim edukasi Museum Misi Muntilan. Pendampingan ini biasanya dilakukan di museum maupun di luar
museum misalnya di paroki-paroki. Melalui pendampingan ini berbagai karakter ditanamkan kepada anak-anak maupun remaja. Karakter yang ditanamkan dari
pendampingan tersebut seperti toleransi bukan hanya terhadap agama saja tetapi juga toleransi terhadap budaya, kemandirian, percaya diri, dan semangat
persaudaraan di mana tidak ada perbedaan antara yang miskin dan kaya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adanya pendampingan terhadap masyarakat, PIA maupun OMK dan kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh pengelola museum tersebut
diharapkan muncul persepsi masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dibuat skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar I: Kerangka Berpikir
MUSEUM MISI MUNTILAN
KOLEKSI
KEGIATAN
MASYARAKAT
PERSEPSI
PENDIDIKAN KARAKTER
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian