5 Motivasi Eskatologis: Kepenuhan Keselamatan
Eskatologis adalah pemahaman ajaran tentang akhir dunia dan hidup yang lebih sempurna setelah kehidupan di dunia ini.
47
Misi Gereja dalam fenomena eskatologis berperan terhadap perjalanan seluruh umat manusia menuju tujuan
akhir hidupnya. Misi menjadi ajakan kepada manusia untuk berziarah menuju kepada Allah.
48
Allah yang sejak awal datang kepada manusia tetap menyertai manusia untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu Allah sendiri. Misi berarti
membawa unsur-unsur penting keselamatan akhir ke dalam kehidupan dunia masa kini.
49
Misi bukan hanya persiapan untuk tujuan akhir, tetapi peristiwa dari akhirat itu sendiri, justru karena daya ilahi pengudusan senantiasa menyertai Gereja.
Allah yang menjadi tujuan telah menyertai Gereja dan misinya sampai pada akhir jaman.
50
Karya misi merupakan partisipasi pada karya penyelamatan Allah yang bertujuan untuk mengusahakan agar benih-benih keselamatan dalam setiap
ciptaan diperkembangkan dan diarahkan secara utuh kepada kesempurnaan akhir zaman.
51
c. Awal Misi di Indonesia
Selama masa pemerintahan VOC tidak ada kebebasan beragama di Indonesia. Kebebasan itu baru ada sebagai akibat bergemanya cita-cita revolusi
Perancis: kebebasan, kesamaan dan persaudaraan, yaitu pada masa Gubernur Jenderal Daendels 1808-1811. Mulai tahun 1808 berdatanganlah imam-imam ke
Indonesia untuk memulai karya misionernya. Meskipun perkembangan umatnya
47
Ibid, 216
48
Ibid, hlm. 221
49
Ibid, hlm. 219
50
Loc. cit
51
Ibid, hlm. 221
sangat lambat, Paus menetapkan berdirinya Vikariat Apostolik Batavia pada tanggal 20 September 1842.
52
Setengah pertama dari abad 19, karya kerasulan hampir terbatas karena kemiskinan dari para missionaris dan adanya larangan dari pemerintah yang
berwenang. Misi Indonesia berawal di Kalimantan. Pastor Sanders mengunjungi Kalimantan Dutch Borneo tahun 1851, tetapi misi pertama didirikan oleh Jesuit
tahun 1883. Tahun 1853, seorang misionaris memilih untuk tinggal di Bangka dimana ada pekerja Katolik di pertambangan timah. Tahun berikutnya, ada
misionaris datang ke Sumatera. Namun, di pulau tersebut belum ada misi yang terorganisir sebelum Jesuit didirikan tahun 1888. Misi di Sulawesi prosesnya
hampir sama. Misi mulai di Manado tahun 1885, Kepulauan Kei tahun 1888, dan Makasar tahun 1891 dengan masing-masing satu imam.
53
Peningkatan misi di Hindia Belanda terjadi antara tahun 1871-1890. Berbagai kegiatan misi meluas seiring dengan meningkatnya para imam Yesuit
dan kedatangan suster dan bruder yang lebih banyak. Tahun 1890 jumlah imam di Hindia Belanda ada 45 orang. Peningkatan ini tidak hanya menghasilkan misi-
misi baru di luar Jawa, tetapi juga melahirkan sebuah strategi di pulau utama itu sendiri.
54
d. Karya Misi di Muntilan
Pada tahun 1892 sudah ada karya Misioner Katolik di Magelang. Karya ini dilakukan oleh Pastor Hebrans dan Pastor F. Voogels SJ. Mereka secara rutin
52
Tim KAS, Garis-Garis Besar Sejarah Gereja Katolikdi Keuskupan Agung Semarang, Semarang: KAS, 1992 hlm. 15
53
Bernard De Vaulux, History of the Missions London: Burn and oates, 1969 hlm. 187-188
54
Karel Steenbrink, Orang-Orang Katolik di Indonesia 1808-1942 jilid 1, Maumere: Ledalero, hlm. 2006, hlm. 359
berkunjung di beberapa desa di Muntilan. Hasil karya Pastor Voogels ini adalah dibaptisnya 135 orang di Muntilan pada bulan Desember 1895.
55
Namun, ada beberapa kendala dalam melakukan karya misioner di Muntilan seperti:
kurangnya koordinasi dan kondisi umat yang menyedihkan, jarak yang harus ditempuh, mentalitas umat, dan penyelewengan yang dilakukan oleh oknum yang
mencari keuntungan sendiri. Untuk memperbaiki kondisi tersebut dikirimlah tenaga baru, yaitu Petrus Hoevenaars dan Fransiskus van Lith.
56
Petrus Hoevenaars dan Fransiskus van Lith tiba di Batavia tanggal 4 Oktober 1896. Keduanya mulai mempelajari bahasa Jawa di Semarang karena
akan berkarya di Jawa.
57
Sejak bulan Maret 1897 Pastors Hoevenaars ditempatkan di Yogyakarta.
58
Pada tanggal 27 Mei 1899 Hoevenaars dipindahkan ke Mendut yang merupakan stasi misi baru.
59
Sedangkan Fransiskus van Lith menjalankan karyanya di Muntilan. Tanggal 21 Oktober 1897 Pastor van Lith memperoleh izin
pemerintah untuk membuka sebuah pos misi di Muntilan, stasi misi permanen pertama.
60
Pastor van Lith berhasil menemukan celah yang bisa dimasuki dalam mengembangkan karya misi yaitu jalur pendidikan.
61
Pada tahun 1904, dibukalah sekolah pendidikan guru di Muntilan. Sekolah ini merupakan kelanjutan dari
kursus pelatihan untuk para katekis di Semarang. Hal ini menjadi suatu permulaan
55
J. Soenarjo, Muntilan: Awal Misi Katolik di Jawa. Kenangan 100 tahun Paroki Santo Antonius Muntilan 1894-1994, Muntilan, 1994 hlm. 12
56
J. Soenarjo, loc. cit
57
Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 367
58
Tim KAS, op. cit, hlm. 15
59
Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 371
60
Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 375
61
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 12
yang baik untuk pembelajaran yang lebih umum bagi para guru sekolah dasar.
62
Sekolah ini mendapat sambutan baik dari masyarakat sehingga dalam perjalanannya sekolah yang didirikan oleh Pastor van Lith semakin berkembang.
63
Pada tahun 1907 mulai dibuka sekolahsekolah desa yang menjadi sebuah permulaan adanya pendidikan massal mengikuti cara Barat di seluruh wilayah
Hindia Belanda. Para alumni dari sekolah Muntilan memiliki peluang kerja yang amat besar. Beberapa kelompok siswa melanjutkan studi mereka untuk menjadi
imam.
64
Pada tahun 1912, Pastor van Lith membentuk yayasan yang bernama Xaverius College dibantu oleh para Bruder FIC.
65
Tahun 1913 pendidikan rendah ditutup digantikan dengan sekolah berbahasa Belanda dan Bahasa Jawa dijadikan
mata pelajaran tambahan.
66
Selain menaruh perhatian ke bidang pendidikan, Pastor van Lith juga menaruh perhatian di bidang kesehatan. Pada tahun 1902,
rumah sakit sederhana didirikan di Muntilan.
67
Karya Pastor van Lith dan para pastor, bruder dan suster yang membantu dan meneruskannya Pastor van Lith
wafat pada tahun 1926 di Muntilan ternyata berkumandang ke wilayah lain, bahkan sampai luar kabupaten Magelang.
Hubungan baik yang dibina oleh Pastor van Lith dan hasil karyanya di berbagai bidang ini ternyata menghasilkan benih-benih baru bagi umat Kristus.
Hasil penuaian pertama dari benih ini terjadi di wilayah Yogyakarta, tepatnya di desa Kalibawang dimana pada bulan Desember 1903 secara massal sebanyak 171
62
Kareel Steenbrink, op. cit, hlm. 384
63
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14
64
Kareel Steenbrink, loc. cit
65
J. Soenarjo, Muntilan, op. cit, hlm. 14
66
Kareel Steenbrink, Orang-Orang Katolik di Indonesia Jilid 2, Maumere: Ledalero, 2006 hlm. 635
67
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14
orang dipermandikan dengan air Sendang Sono.
68
Pada akhir masa kolonial rupanya yang diharapkan oleh Pastor van Lith menjadi kenyataan. Muntilan telah
menjadi pusat kaderisasi dan penggemblengan bagi Gereja Kristus. Muntilan dengan karya misinya tidak hanya dikenal dan berguna bagi Gereja tetapi juga
bagi bangsa Indonesia.
69
5. Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner MMM PAM