Persepsi Pengelola Museum Terhadap MMM sebagai Sarana Pendidikan

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi Muntilan

MMM Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengelola museum, pengunjung, guru, dan siswa. Berikut ini hasil penelitian tentang persepsi masyarakat:

a. Persepsi Pengelola Museum Terhadap MMM sebagai Sarana Pendidikan

Karakter 1 Pengunjung MMM Pengunjung MMM dari awal museum berdiri hingga sekarang adalah umat Katolik CL 3 dan CL 4. 170 Umat Katolik yang datang pun masih terbagi ke dalam beberapa kategori. Misalnya kategori anak dan remaja seperti komunitas sekolah, kelompok missdinar, kelompok sekolah minggu, dan kelompok komuni pertama. Berikutnya kategori orang muda sebagai contoh adalah Panitia Asian Youth Day AYD 2017. Untuk kategori dewasa, contohnya adalah keluarga, lingkungan, paroki, romo, uskup, dan lain sebagainya CL 4. 171 Dalam perkembangannya MMM mulai dikenal masyarakat umum dan mulai berani membuka diri dengan membentuk jaringan dengan kelompok lintas iman di mana pernah ada kelompok NU yang datang berkunjung. Salah satu pengelola MMM pernah membantu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang menyusun skripsi tentang perbandingan Romo van Lith dengan Sunan Kalijaga. Beberapa mahasiswa UNY juga pernah datang dalam rangka mempelajari sejarah gereja di MMM. Jadi, bisa dikatakan bahwa pengunjung MMM itu 170 Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 dan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 171 Hal ini ditambahkan oleh Romo Nugroho, Pr, loc. cit beranekaragam dari umat Katolik sendiri pun beragam ditambah dengan pengunjung dari lintas iman yang memanfaatkan kunjungan ke MMM CL 3 dan CL 4. 172 2 Tokoh yang Menjadi Ikon MMM dan Nilai Karakternya Tokoh yang menjadi ikon MMM adalah Romo van Lith. Romo van Lith menjadi ikon MMM karena ia menjadi pelopor munculnya jemaat Katolik di Jawa. Romo van Lith adalah orang yang memiliki gagasan bahwa pola bermisi di Jawa tidak serta merta hanya pembaptisan menjadi Katolik saja. Ia memiliki gagasan bahwa kekatolikkan bisa ditangkap kalau Jawa merdeka maka dia menjalankan karya misinya melalui pendidikan. Padahal sebelum Romo van Lith, kegiatan bermisi itu gambarannya Gereja Katolik itu membawa kebenaran dan Jawa itu tanah kegelapan dan untuk menjadi terang maka Jawa harus dikatolikkan. 173 Mengenai karakter Romo van Lith, ada tiga karakter yang diungkapkan oleh pengelola MMM. Karakter pertama adalah menjadi manusia beriman, ini tercermin dalam usahanya dalam memperbaiki kehidupan masyarakat melalui pendidikan. Karakter kedua adalah berguna bagi orang lain man for the others. Karakter ketiga adalah tidak pernah berhenti belajar. Ketiga karakter yang dimiliki Romo van Lith ini dilandasi oleh iman sehingga kereligiusannya tidak hanya berguna bagi diri sendiri tetapi juga berguna untuk masyarakat. Pendidikan yang 172 Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 dan Romo Nugroho, Pr., loc. cit 173 Hal ini dikatakan oleh Romo Bambang Pr. pada tanggal 17 Mei 2017, Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017, dan Bapak Muji pada tanggal 27 April 2017 dikembangkannya pun tidak hanya menyiapkan manusia yang bisa bekerja tetapi manjadi manusia yang memanusiakan manusia CL 3. 174 Sehubungan dengan hal di atas, banyak yang bisa dipelajari dari Romo van Lith pada kehidupan sekarang. Romo van Lith adalah orang yang sangat menghargai budaya. Melalui pendekatan budaya Romo van Lith mampu memahami kehidupan orang Jawa pada saat itu sehingga ia mampu menyatu dengan rakyat. Hal tersebut penting bagi kehidupan masa kini untuk menghargai kebudayaan yang ada. Menghargai kebudayaan ini perlu karena dalam kehidupan kita berdampingan dengan saudara-saudara lain CL 4 dan CL 13. 175 Romo van Lith telah memberi contoh bahwa Gereja Katolik itu tidak eksklusif dan harus selalu berdialog dengan orang lain untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara CL 4. 176 3 MMM sebagai Sarana Pendidikan Karakter Museum ini memang tujuan awalnya untuk pendidikan karakter misioner CL 4. 177 MMM bisa menjadi sebagai sarana pendidikan karakter karena MMM menjadi sarana tugas perutusan karya misi dimana tugas karya misi saat ini adalah pembentukan karakter. Karya misi bukan sekedar membuat orang menjadi beragama Katolik tetapi membuat orang semakin beriman, sejahtera dan bermartabat CL2. 178 Hal yang pertama kali digali pendampingan di MMM adalah memahami diri sendiri di hadapan Tuhan agar bisa menghargai sesamanya. 174 Hasil wawancara dengan Bapak Seno, loc. cit. 175 Hal ini diungkapkan oleh Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 dan Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017 176 Hal ini ditambahkan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 177 Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit 178 Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 Semakin matang seseorang itu semakin terbuka sedangkan seseorang fanatik tertutup artinya tidak memiliki karakter. Seseorang yang tidak memiliki karakter akan dikuasai oleh kekuasaan tertentu sedangkan seseorang yang berkarakter memiliki keyakinan diri, pemahaman terbuka, dan berprinsip. Orang yang sudah pernah mengikuti pendampingan di MMM akan memiliki karakter yang berani berpendapat, berprinsip, dan terbuka serta kritis seperti Romo van Lith CL 13. 179

b. Persepsi Pengunjung Terhadap MMM Sebagai Sarana Pendidikan