belum cukup untuk pendidikan karakter CL 7.
211
Mengenai MMM sebagai sarana pendidikan karakter pengunjung menyarankan agar MMM disosialisasikan
ke OMK di paroki-paroki. Harapannya ketika OMK mengadakan kunjungan ke MMM, mereka terketuk hatinya dan ada yang tertarik menjadi pastor dan pasti
muncul calon pastor baru CL 14.
212
Meskipun banyak pengunjung setuju tetapi ada pengunjung yang berpendapat lain khususnya para siswa. Mereka mengatakan bahwa masih belum
mengetahui apakah MMM bisa menjadi sarana pendidikan karakter karena mereka baru berkunjung sekali saat MOS dan menyarankan agar penataan
museum dibuat lebih menarik lagi sehingga minat anak-anak bertambah CL 10 dan CL 11.
213
c. Persepsi Guru di Sekolah Sekitar Muntilan Terhadap MMM sebagai
Sarana Pendidikan Karakter 1
MMM sebagai sarana pembelajaran
Mengenai MMM sebagai sarana pembelajaran baik SMA Pangudi Luhur van Lith maupun SMP Kanisius Muntilan menggunakan museum tersebut. SMA
Pangudi Luhur van Lith menggunakan MMM sebagai sarana pembelajaran khususnya dalam karakter pengenalan secara mendalam terhadap karya-karya
Romo van Lith dan mulai dari awal sejarahnya agama Katolik di Muntilan ini. Sekolah pun terbantu dengan adanya pendampingan yang dilakukan oleh tim
MMM sekolah sangat terbantu. Begitu pula dengan SMP Kanisius Muntilan memanfaatkan penggunaan MMM sebagai sarana pembelajaran untuk menambah
211
Hasil wawancara dengan Brurry pada tanggal 9 Mei 2017
212
Hasil wawancara dengan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017
213
Hasil wawancara dengan Angel dan Sari pada tanggal 15 Mei 2017
pengetahuan umum siswa khususnya yang beragama Katolik dan Kristen. Walaupun tidak menutup kemungkinan dapat menambah pengetahuan siswa yang
beragama lainnya CL 5 dan CL 6.
214
Sementara itu, MMM belum pernah digunakan sebagai sarana pembelajaran sejarah di kelas. Sebab koleksi yang ada berhubungan erat dengan
Romo van Lith ketika menyebarkan agama Katolik dan dalam materi sejarah SMA itu tidak ada. Akan tetapi guru tetap memberikan materi tentang Romo van
Lith ketika menjelaskan masa pendudukan Jepang meski tidak banyak. Caranya dengan menambahkan materi tentang Romo van Lith dari segi kepahlawanannya
bukan hanya dalam menyebarkan agama Katolik saja CL 5.
215
2 Pendapat Guru Tentang Koleksi MMM
Menurut para guru koleksi MMM sangat lengkap. koleksi yang ada di MMM dapat membantu untuk mengingat sejarah berdirinya SMA Pangudi Luhur
van Lith. Mulai dari awal perubahan Kolese, lalu menjadi SGB hingga pada akhirnya menjadi SMA CL 6 dan CL 12.
216
Walaupun koleksi MMM lengkap mereka belum menggunakan koleksi tersebut untuk proses pembelajaran.
Alasannya karena tidak ada keterkaitan antara koleksi dengan materi pembelajaran. Koleksi yang ada tersebut hanya digunakan untuk menambah
pengetahuan umum saja CL 6.
217
214
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017
215
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk, loc. cit.
216
Hasil wawancara dengan Bapak Joko, loc. cit dan Bu Desy pada tanggal 15 Mei 2017
217
Hasil wawancara dengan Bapak Joko, loc. cit
3 Pendapat Tentang Berbagai Kegiatan yang Diselenggarakan oleh MMM
Berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh MMM baik SMP Kanisius Muntilan maupun SMA Pangudi Luhur van Lith mengikuti kegiatan tersebut.
SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith mengikuti kegiatan edukasi yang diselenggarakan oleh MMM seperti pendampingan, selain dapat
digunakan sebagai pembelajaran agar anak-anak lebih mengetahui sejarah agama Katolik, romo-romo, dan peninggalannya di Jawa, kegiatan tersebut juga dapat
digunakan sebagai sarana wisata CL 5 dan CL 6.
218
4 Pemanfaatan MMM dalam Bidang Pendidikan
Pemanfatan MMM dalam bidang pendidikan oleh SMA Pangudi Luhur van Lith adalah dengan mengajak siswa untuk bekunjung ke MMM. Walaupun
memiliki film dari Puskat yang berjudul Betlehem van Java dan sering ditayangkan sekolah tetap juga melakukan kunjungan ke MMM. Kunjungan ke
museum ini ditujukan agar siswa memaknai museum tersebut sebagai gerbang untuk mengetahui masa lalu CL 5 dan CL 12.
219
Begitu pula dengan SMP Kanisius Muntilan, para siswa diajak untuk melihat, membaca, memahami dan
juga meneladani kehidupan tokoh-tokoh yang hidup di masa lampau. Siswa diharapkan dapat meneladani karakter dari tokoh-tokoh tersebut yang sangat
sederhana, bisa bertoleransi dengan setiap ajaran agama lain, dan hidup dalam masyarakat yang majemuk CL 6.
220
218
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017
219
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk, loc. cit dan Ibu Desy pada tanggal 12 Mei 2017
220
Hasil wawancara dengan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017
5 Pendapat Guru Mengenai MMM Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Mengenai MMM sebagai sarana pendidikan karakter guru yang diwawancarai dalam penelitian ini mengatakan setuju.
221
Alasannya MMM memiliki banyak koleksi yang dapat digunakan dalam pengembangan karakter
anak muda Katolik. Nilai-karakter yang dikembangkan melalui pendampingan di MMM juga selaras dengan SMA Pangudi Luhur van Lith. Harapannya nilai
karakter yang ditanamkan kepada anak-anak tersebut dapat dikembangkan oleh mereka selepas dari sekolah ini. Hal ini terbukti ketika mereka bertemu dengan
mereka yang memiliki nilai lebih jika dibandingkan alumni SMA lainnya CL 5.
222
MMM sebagai sarana pendidikan karakter dapat dilihat dari keteladanan tokoh-tokoh yang ditampilkan di museum. Cara yang dilakukan untuk
menyampaikan nilai karakter kepada siswa adalah dengan memperlihatkan dan memahami benda-benda peninggalan, dan juga membaca buku tentang misionaris.
Misalnya melalui pendampingan dijelaskan kepada siswa tentang kedatangan para misionaris dari luar negeri dengan karakternya yang sopan, ramah dan bisa
menghargai budaya setempat CL 6.
223
Berdasarkan hasil penelitian di atas, persepsi masyarakat terhadap MMM sebagai sarana pendidikan karakter tersebut pada umumnya positif. Persepsi postif
ini dari segi pengelola, mereka begitu memahami karakter yang akan dikembangkan. Hal ini didukung juga oleh pengelola yang menjadi bagian dari
tim edukasi memiliki latar belakang pendidikan agama Katolik. Persepsi positif
221
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017 dan Bu Desy pada tanggal 12 Mei 2017
222
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk tanggal 8 Mei 2017
223
Hasil wawancara dengan Bapak Joko tanggal 8 Mei 2017
dari pengunjung terlihat dari kesan yang mereka dapatkan setelah berkunjung. Mereka terinsipirasi dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan dan di museum.
Demikian juga dengan para guru yang merasa terbantu dengan adanya kegiatan pendampingan untuk siswanya. Hal ini memunculkan persepsi positif terhadap
MMM. Persepsi negatif juga muncul dalam penelitian ini namun hanya sebagian kecil saja karena belum merasakan manfaatnya.
C. Pembahasan
1. Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner MMM PAM
Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner selanjutnya disingkat MMM PAM bermula dari peringatan 50 tahun Gereja Keuskupan
Agung Semarang KAS tanggal 25 Juni 1990. Pada peringatan tersebut Gereja KAS menyusun beberapa program. Beberapa program yang disusun tersebut
diarahkan untuk umat. Beberapa program tersebut antara lain: pendataan, musyawarah pastoral, penulisan sejarah dan pendirian museum.
224
Gagasan tentang program pendirian museum itu muncul karena keuskupan mulai
menyadari pentingnya sejarah keuskupan agar tidak dilupakan oleh umat. Maka, diperlukan sebuah lembaga atau tempat yang dapat membantu memunculkan
kesadaran sejarah keuskupan bagi umat yakni museum. Museum memang bisa diselenggarakan oleh pemerintah maupun yayasan. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan museum dapat diselenggarakan oleh badan pemerintah dan
224
Tim MMM, op. cit, hlm. I