Perhitungan Jumlah Spermatosit pakiten
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pacing Costus spiralis. Saponin yang terkandung pada ekstrak etanol 70 daun pacing adalah diosgenin. Menurut Natural Standard 2015 genus Costus
merupakan sumber diosgenin. Diosgenin merupakan prekusor dari sintetis kontrasepsi oral, hormon seks progesterone dan estrogen, dan steroid lainnya
Crabbe, 1979; Pazhanichamy et al, 2012. Tanin dapat menyebabkan penggumpalan sperma. Data sel spermatogenesis memperlihatkan bahwa
pembentukan sel spermatogonia menjadi spermatosit, spermatid menjadi spermatozoa mengalami penghambatan Susetyarini, 2009. Efek dari senyawa
metabolit sekunder dapat terlihat pada pengamatan uji ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis yang dilakukan terhadap konsetrasi spermatozoa,
konsentrasi testosteron, morfologi spermatozoa, dan jumlah spermatosit pakiten. Spermatozoa diperoleh dari kauda epididimis. kauda epididimis merupakan
tempat pematangan spermatozoa sebelum diejakulasikan. Kauda epididimis yang diambil kemudian diletakkan di dalam larutan NaCl 0,9. Larutan NaCl 0,9
berfungsi untuk mempertahankan daya hidup viabilitas spermatozoa di luar tubuh tikus. Larutan NaCl fisiologis digolongkan sebagai bahan pengencer
extender yang sering digunakan karena larutan ini dapat memberikan sifat buffer, mempertahankan pH semen dalam suhu kamar, bersifat isotonis dengan
cairan sel, melindungi spermatozoa terhadap cold shock dan penyeimbang elektron yang sesuai Simbolon, 2013.
Aktivitas fertilitas tergantung pada kualitas sperma seperti konsentrasi sel sperma, motilitas, viabilitas, dan juga morfologi spermatozoa. Epididimis
berperan aktif dalam perkembangan dan maturasi spermatozoa Ghosal, 2013. Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan kamar hitung Neubauer.
Berdasarkan hasil data parametrik One-Way ANOVA terlihat adanya penurunan konsentrasi spermatozoa seiring peningkatan dosis walaupun penurunannya tidak
bermakna secara statistik p≥0,05. Penurunan jumlah spermatozoa yang
dihasilkan pada tikus Sprague-Dawley jantan tergantung pada besarnya gangguan yang terjadi selama spermatogenesis yang dapat dipengaruhi oleh dua faktor i
faktor endogen yaitu hormonal, psikologis dan genetik, dan ii faktor eksogen meliputi suhu, vitamin dan gizi Gupta, 2005. Konsentrasi spermatozoa dapat
dipengaruhi oleh faktor usia tikus Sprague-Dawley jantan yang digunakan. Pada
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tikus kontrol konsentrasi spermatozoa adalah 15,125 jutaml. Konsentrasi pada kelompok kontrol masih dapat dikatakan fertil. Menurut Guzick 2001,
konsentrasi 13,5-48,0 x 10
6
ml termasuk intedeterminate range fertile . Konsentrasi spermatozoa yang jumlahnya sedikit kemungkinan pada pembelian
tikus yang dipilih adalah tikus berusia 2,5-3 bulan, akan tetapi perlakuan untuk pemberian ekstrak pada tikus dilakukan pada tikus berusia ± 5 bulan. Menurut
Lucio et al 2013, perbandingan usia pada tikus berusia 3 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan mengalami penurunan konsetrasi spermatozo
a yang bermakna p≤0,05. Hasil data diatas menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 daun pacing
Costus spiralis tidak mempengaruhi konsentrasi spermatozoa pada tikus Sprague-Dawley jantan. Hasil penelitian ekstrak etanol 70 daun pacing Costus
spiralis dibandingkan dengan hasil penelitian Sari 2013 dimana pemberian infusa 10 daun pacing Costus speciosus yang dapat menurunkan jumlah
spermatozoa pada mencit selama 14 hari. Konsentrasi spermatozoa yang tidak dipengaruhi kemungkinan waktu pemberian ekstrak etanol 70 daun pacing
Costus spiralis pada tikus Spargue-Dawley jantan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Pengamatan kedua yaitu morfologi spermatozoa abnormal pada tikus Sprague-Dawley jantan. Morfologi spermatozoa dikatakan abnormal apabila
preparat yang dlihat di bawah mikroskop terdiri dari tanpa kepala, leher patah, kepala pipih flattened head, dan ekor patah Inversk, 2000. Berdasarkan hasil
non-parametrik uji Kruskal-Wallis adanya perbedaan secara bermakna p ≤0,05
antara dosis kontrol dengan dosis 12,5 mgkgBB, 25 mgkgBB, dan 37,5mgkgBB. Dosis yang efektif memberi peningkatan morfologi spermatozoa
abnormal yaitu dosis 12,5 mgkgBB. Hasil tersebut dapat dilihat adanya perbedaan mean pada tabel LSD antara dosis 12,5 mgkgBB paling tinggi
terhadap kontrol dibandingkan dosis 25 mgkgBB dan 37,5 yang dibandingkan terhadap kontrol. Kelompok kontrol memiliki abnormalitas morfologi
spermatozoa sebesar 12,225. Karakteristik morfologi pada tikus normal memiliki abnormalitas yaitu 10-20 Davies, 2014. Dari data abnormalitas
morfologi spermatozoa pada kelompok kontrol masih masuk dalam rentang karakteristik normal. Menurut Saba 2009;Widiyani 2006, peningkatan
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
abnormalitas morfologi spermatozoa dapat disebabkan adanya kerusakan di dalam tubulus seminiferus serta pada saat spermatozoa meninggalkan tubulus
seminiferus dan selama perjalannya melalui epididimis. Peningkatan morfologi spermatozoa abnormal dapat menurunkan angka fertilitas Ghasol,2013. Setiap
sperma yang mempunyai morfologi spermatozoa abnormal tidak dapat membuahi ovum Widiyani, 2006.
Pada penelitian Sari 2013, infusa 10 daun pacing Costus speciosus pada mencit jantan tidak mempengaruhi persentase abnormalitas morfologi
spermatozoa, sedangkan pada penelitian yang dilakukan dengan pemberian ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis meningkatkan abnormalitas
morfologi spermatozoa pada tikus Sprague-Dawley jantan. Pada penelitian metoda infusa 10 kemungkinan senyawa saponin yang terkandung pada daun
pacing Costus speciosus berkurang karena saponin merupakan senyawa yang labil terhadap panas Chaturvedi, 2012. Perbedaan lamanya pemberian ekstrak
juga dapat mempengaruhi aktivitas antifertilitas dimana pemberian infusa 10 daun pacing Costus speciosus dilakukan selama 14 hari.
Jumlah spermatozoa yang dihasilkan testis tidak cukup untuk mendiagnosa fertil atau infertil. Jumlah spermatozoa adakalanya yang normal tetapi bila
memiliki morfologi dan kecepatan yang kurang baik akan bisa menyebabkan seseorang infertil. Jumlah spermatozoa yang sedikit tapi memiliki morfologi dan
kecepatan normal kemungkinan masih dapat dikatakan fertil Guyton 1997. Parameter ketiga yang dilakukan adalah perhitungan konsentrasi testosteron
menggunakan ELISA. Penurunan dan peningkatan testosteron dapat terlihat pada masing-masing kelompok uji antara hari ke-0 dan 49. Menurut Alpco Dignostics
2013, rentang konsentrasi testosteron serum normal pada tikus adalah 0,66-5,4 ngml. Pada kelompok kontrol mengalami penurunan konsentrasi testosteron yang
tidak bermakna p ≤0,05. Kelompok uji 12,5mgkgBB mengalami penurunan
konsentrasi testosteron yang tidak bermakna p ≤0,05. Peningkatan konsentrasi
testosteron terjadi pada kelompok uji 25mgkgBB secara tidak bermakna p
≤0,05. Pada kelompok uji 37,5mgkgBB mengalami peningkatan yang tidak bermakna p
≤0,05. Hasil analisa diuji dengan Paired-Sample T-Test.