20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi difusi bahan kandungan
dari sel yang masih utuh Voight,1995.
Kerugian metode maserasi yaitu pengerjaanya lama dan penyarian kurang sempurna. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya
Depkes RI, 2000; Depkes RI 1995.
b. Perkolasi Depkes RI, 2000
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurana Exhaustiva extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana slinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2.6.3 Proses Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Pembasahan Depkes RI 2000
Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian, dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki pori-pori dalam
simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.
b. Penyari Pelarut Depkes RI 2000
Cairan penyari yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah penyari yang baik untuk senyawa kandungan berkhasiat atau aktif. Penyari
tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya. Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan cairan penyari adalah
selektifitas, ekonomis, kemudahan bekerja, ramah lingkungan dan aman. Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air, alkohol
etanol atau campuran air dan alkohol.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Pemisahan dan Pemurnian Depkes RI, 2000
Tujuannya adalah untuk menghilangkan senyawa yang ridak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa pengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki,
sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahap ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak bercampur, sentrifugasi, dekantasi,
filtrasi, serta poses absropsi dua penukar ion.
d. Pemekatanpenguapan Depkes RI, 2000
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partikel solut senywat terlarut dengan cara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering tetapi ekstrak hanya
menjadi kentalpekat.
2.7 ELISA Enzym Linked Immunosorbent Assay
ELISA Enzym Linked Immunosorbent Assay merupakan suatu tes yang
cepat untuk menditeksi dan kuantifikasi antibodi atau antigen against viruses, bakteri, dan bahan lainnya. Metode ini dapat digunakan untuk menditeksi infeksi
yang memiliki efek poultry dan livestock Idexx, 1986. Teknologi ELISA menggunakan fase padat yang mengandung plat
polistiren 96-well, walaupun penggunaan bahan lain dapat digunakan. Kegunaan fase padat untuk imobilisasi antigen atau antibodi pada sampel dimana keduanya
dapat terikat pada fase padat. Setelah inkubasi, plate dicuci untuk menghilangkan bahan yang tidak berikatan. Pada beberapa assay konjugat ditambahkan ke dalam
plate dan diperbolehkan untuk diinkubasi Idexx, 1986. Konjugat mengandung antigen atau antibodi yang telah diikat dengan
enzim. Pengikatan konjugat degan fase padat atau sampel tergantung pada format assay. Bagian enzim pada konjugat dapat diditeksi. Plate dicuci kembali dan
substrat enzim hidrogen peroksida dan kromogen ditambahkan dan diperbolehkan untuk dinkubasi. Warna akan terlihat pada ikatan enzim dan
densitas optik dibaca dengan ELISA plate reader Idexx, 1986. Prinsip-prinsip ELISA yaitu Walker, 2008:
a. Penempelan protein terhadap plastics secara pasif. b. Membersihkan protein yang tidak berikatan.