33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pengukuran hormon dilakukan berdasarkan intruksi manual yang disertakan dalam kit Krishna, 2012.
Prosedur pengukuran kadar testosteron menggunakan kit ELISA, larutan standar, kontrol dan sampel, dipipet masing-masing sebanyak 25µ L ke dalam
wells. Enzyme conjugate dipipet sebanyak 200µL ke dalam setiap wells, kemudian dicampurkan selama 10 detik. Hal yang penting adalah larutan tahap pencampuran
hingga selesai. Campuran tersebut kemudian dinkubasi selama 60 menit pada suhu ruangan tanpa penutup plate, wells kemudian digoyangkan dengan cepat.
Wells diteteskan dengan wash solution 400µL, wells diletakan di atas kertas penyerap untuk menghapus sisa tetesan. Substrate solutions sebanyak 200µL
ditambahkan ke dalam wells. Setelah itu diinkubasi selam 15 menit pada suhu ruangan. Penghentian reaksi enzimatik dilakukan dengan penambahan stop
solution sebanyak 100µL ke dalam setiap wells. Tentukan nilai absorbansi setiap wells pasda 450 ±10nm dengan microtiter plate reader dengan waktu yang
direkomendasikan untuk membaca absorbansi setiap wells adalah 10 menit setelah penambahan stop solution.
3. Pengamatan Morfologi
Inversk Research et al, 2000 Morfologi sperma dapat diamati pada sediaaan apus dengan perwarnaan
eosin Y 1. Suspensi sperma sebanyak 50µ L dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 300µ L eosin Y 1 kemudian dikocok perlahan.
Sperma diinkubasi pada suhu kamar selama 45-50 menit kemudian diresuspensikan dengan pipet tetes.
Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk sperma normal dan abnormal dari 200 sperma yang diamati. Pengamatan
dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 400-1000 kali.
4. Jumlah Spermatosit Pakiten
Pada tubulus seminiferus diukur diameter tubulus seminiferus dan sel germinal dari tahapan I sampai XI yang dikelompokan pada tahapan Stage I-VI,
VII-VIII, 1X-XI dan XII-XIV dari epitel seminiferus. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop optik. Tahapan I-VI dilihat dari membran menuju lumen
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terdapat spermatogonium, fase transisi, pakiten dan spermatid fase golgi 1-3 dan cap 4-7 serta spermatid fase maturasi 15 dan 19. Tahapan VII-VIII terdapat
spermatogonium, pakiten, spermatid round spermatid, cap 23 dari inti sel dan spermatozoa dilepaskan ke lumen dengan ekor mengarah ke lumen. Tahapan IX-
XI terdapat spermatogonium, pakiten dan spermatid fase 9, 10, 11 dengan head cap dan nukleus mulai memanjang. Tahapan XII-XIV terdapat spermatogonium,
pakiten dan diaknesis, spermatid fase akrosom 12-14 terlihat nukleus memanjang dan akrosom 23 dari sitoplasma Azrifitria,2012. Analisis kuantitatif
perhitungan jumlah spermatosit pakiten hanya dilakukan pada tubulus seminiferus yang mengalami spermatogenesis pada tahap VII-VIII pada testis bagian kanan.
3.5 Analisa Data
Hasil percobaan yang dianalisis untuk melihat adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi testosteron, konsentrasi spermatozoa, jumlah spermatosit
pakiten, dan morfologi spermatozoa dari masing-masing kelompok tikus perlakuan. Analisis data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program
pengolahan data statistik SPSS 16 yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji parametrik one-way ANOVA, Paired Sample T-Test, atau uji non-
parametrik Kruskal Wallis.
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Determinasi Tanaman
Determinasai dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman
pacing Costus spiralis suku Zingeberaceae. Surat pernyataan hasil determinasi
dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.2 Ekstraksi
Penyiapan simplisia dilakukan di Ballitro, Bogor. Sebanyak 8 kg daun pacing Costus spiralis segar dirajang dan dihaluskan hingga didapat 1 kg serbuk
daun pacing Costus spiralis yang diperoleh dari Mega Mendung Cisarua, Bogor pada 31 Oktober 2014. Serbuk daun pacing Costus spiralis dimaserasi sebanyak
9 kali berulang dengan menggunakan pelarut etanol 70 sebanyak 8 L hingga dihasilkan maserat yang berwana lebih bening daripada maserat awal.. Ekstrak
etanol 70 daun pacing Costus spiralis yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan vcuum rotary evaporator. Ekstrak etanol 70 daun pacing yang didapat
belum menjadi ekstrak kental sehingga dilakukan freeze dry di Laboratorium Fitokimia Universitas Indonesia selama 10 hari. Ekstrak kental yang diperoleh
sebanyak 77 gram dengan rendemen 7,7. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.1.3 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder. Hasil penapisan
fitokimia ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis ditunjukkan pada tabel 4.1.
35