Identifikasi Saponin Depkes RI, 1995 Analisa Data

32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tabel 3.3. Kemudian dilakukan pengukuran konsentrasi spermatozoa sesuai rumus dibawah ini Ilyas, 2007. Konsentrasi spermatozoa = n x 10.000x Fp x 25 x vNaCl 3.2 Keterangan : N = jumlah spermatozoa yang dihitung 10.000 = volume kamar hitung Neubauer Fp = Faktor pengenceran 25 = total kotak kecil yang terdapat alam kamar hitung Neubauer K = kotak kecil yang dihitung pada saat pengamatan vNaCl = volume NaCl fisiologis ml yang digunakan untuk membantu mengeluarkan spermatozoa dari kauda epididimis. Perhitungan konsentrasi spermatozoa jutaml dapat terlihat dari tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4. Rumus Konsentrasi Spermatozoa No Jumlah kotak yang dihitung Rumus Konsentrasi Spermatozoa 1. 5 nx 10.000x 50x5x0,5 2. 10 nx 10.000x 20x2,5x0,5 3. 25 nx 10.000x 10x1x0,5

2. Konsentrasi testosteron

Selama 48 hari tikus diberikan perlakuan dengan cara memberikan ekstrak etanol 70 daun pacing per oral. Pada hari ke- 0 dan 49 dilakukan pengambilan darah melalui vena lateral ekor sebanyak ±1ml, kemudian dimasukkan ke dalam tube. Darah dalam tube disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm untuk memisahkan serum yang akan digunakan untuk mengukur konsentrasi testosteron tikus. Serum kemudian disimpan dalam freezer suhu -20 o C sampai hari ke-49. Pengukuran konsentrasi hormon testosteron serum dilakukan di laboratorium dengan menggunakan ELISA testosteron dari DRG international pada hari ke-49. Kadar hormon minimal yang terdeteksi pada kit adalah 0,086 ngml. Prosedur 33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pengukuran hormon dilakukan berdasarkan intruksi manual yang disertakan dalam kit Krishna, 2012. Prosedur pengukuran kadar testosteron menggunakan kit ELISA, larutan standar, kontrol dan sampel, dipipet masing-masing sebanyak 25µ L ke dalam wells. Enzyme conjugate dipipet sebanyak 200µL ke dalam setiap wells, kemudian dicampurkan selama 10 detik. Hal yang penting adalah larutan tahap pencampuran hingga selesai. Campuran tersebut kemudian dinkubasi selama 60 menit pada suhu ruangan tanpa penutup plate, wells kemudian digoyangkan dengan cepat. Wells diteteskan dengan wash solution 400µL, wells diletakan di atas kertas penyerap untuk menghapus sisa tetesan. Substrate solutions sebanyak 200µL ditambahkan ke dalam wells. Setelah itu diinkubasi selam 15 menit pada suhu ruangan. Penghentian reaksi enzimatik dilakukan dengan penambahan stop solution sebanyak 100µL ke dalam setiap wells. Tentukan nilai absorbansi setiap wells pasda 450 ±10nm dengan microtiter plate reader dengan waktu yang direkomendasikan untuk membaca absorbansi setiap wells adalah 10 menit setelah penambahan stop solution.

3. Pengamatan Morfologi

Inversk Research et al, 2000 Morfologi sperma dapat diamati pada sediaaan apus dengan perwarnaan eosin Y 1. Suspensi sperma sebanyak 50µ L dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 300µ L eosin Y 1 kemudian dikocok perlahan. Sperma diinkubasi pada suhu kamar selama 45-50 menit kemudian diresuspensikan dengan pipet tetes. Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk sperma normal dan abnormal dari 200 sperma yang diamati. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 400-1000 kali.

4. Jumlah Spermatosit Pakiten

Pada tubulus seminiferus diukur diameter tubulus seminiferus dan sel germinal dari tahapan I sampai XI yang dikelompokan pada tahapan Stage I-VI, VII-VIII, 1X-XI dan XII-XIV dari epitel seminiferus. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop optik. Tahapan I-VI dilihat dari membran menuju lumen 34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat spermatogonium, fase transisi, pakiten dan spermatid fase golgi 1-3 dan cap 4-7 serta spermatid fase maturasi 15 dan 19. Tahapan VII-VIII terdapat spermatogonium, pakiten, spermatid round spermatid, cap 23 dari inti sel dan spermatozoa dilepaskan ke lumen dengan ekor mengarah ke lumen. Tahapan IX- XI terdapat spermatogonium, pakiten dan spermatid fase 9, 10, 11 dengan head cap dan nukleus mulai memanjang. Tahapan XII-XIV terdapat spermatogonium, pakiten dan diaknesis, spermatid fase akrosom 12-14 terlihat nukleus memanjang dan akrosom 23 dari sitoplasma Azrifitria,2012. Analisis kuantitatif perhitungan jumlah spermatosit pakiten hanya dilakukan pada tubulus seminiferus yang mengalami spermatogenesis pada tahap VII-VIII pada testis bagian kanan.

3.5 Analisa Data

Hasil percobaan yang dianalisis untuk melihat adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi testosteron, konsentrasi spermatozoa, jumlah spermatosit pakiten, dan morfologi spermatozoa dari masing-masing kelompok tikus perlakuan. Analisis data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 16 yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji parametrik one-way ANOVA, Paired Sample T-Test, atau uji non- parametrik Kruskal Wallis. 35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasai dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman pacing Costus spiralis suku Zingeberaceae. Surat pernyataan hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.1.2 Ekstraksi

Penyiapan simplisia dilakukan di Ballitro, Bogor. Sebanyak 8 kg daun pacing Costus spiralis segar dirajang dan dihaluskan hingga didapat 1 kg serbuk daun pacing Costus spiralis yang diperoleh dari Mega Mendung Cisarua, Bogor pada 31 Oktober 2014. Serbuk daun pacing Costus spiralis dimaserasi sebanyak 9 kali berulang dengan menggunakan pelarut etanol 70 sebanyak 8 L hingga dihasilkan maserat yang berwana lebih bening daripada maserat awal.. Ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan vcuum rotary evaporator. Ekstrak etanol 70 daun pacing yang didapat belum menjadi ekstrak kental sehingga dilakukan freeze dry di Laboratorium Fitokimia Universitas Indonesia selama 10 hari. Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 77 gram dengan rendemen 7,7. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.1.3 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder. Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis ditunjukkan pada tabel 4.1. 35 36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis Penapisan Fitokimia Hasil Alkaloid 1. Tidak terbentuk endapan putih dengan penambahan reagen Meyer negatif 2. Tidak terbentuk endapan kuning dengan penambahan reagen Dragendrof negatif Tanin Terbentuk warna hijau kecoklatan positif Saponin Terbentuk buih yang tidak hilang positif Flavonoid Terbentuk warna kuning positif Terpen Terbentuk warna hijau positif Steroid Triterpenoid 1. Tidak terbentuk warna biru-kehijauan negatif 2. Tidak terbentuk warna merah, merahmuda atau ungu negatif

4.1.4 Pengujian Parameter Ekstrak

Hasil pengujian parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Pengujian Parameter Ekstrak Etanol 70 Daun Pacing Costus spiralis Parameter Hasil Parameter Spesifik Identitas ekstrak a. Nama latin tumbuhan b. Bagian tumbuhan yang digunakan c. Nama Indonesia tumbuhan Costus spiralis Daun Pacing Organoleptik a. Bentuk b. Warna c. Bau Kental Coklat kehitaman Khas Parameter Nonspesifik Kadar air 18,667 Kadar abu 22,327

4.1.5 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa

Perhitungan konsentrasi spermatozoa ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis menggunakan kamar hitung Neubauer. Data hasil perhitungan 37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta konsentrasi spermatozoa ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70 Daun Pacing Costus spiralis Kelompok Rerata Konsentrasi Spermatozoa 10 6 ml ±SD Kontrol 15,12± 1,83 Dosis 12,5 mgkgBB 15,00± 1,45 Dosis 25 mgkgBB 14,95 ±3,95 Dosis 37,5 mgkgBB 12,6 2± 2,50 Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa menunjukkan adanya penurunan konsentrasi seiring dengan peningkatan dosis ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis yang diberikan pada hewan uji gambar 4.1. Gambar 4.1. Konsentrasi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70 Daun Pacing Costus spiralis Data hasil perhitungan menggunakan one-way ANOVA. Hasil varian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna p≥0,05 antara dosis 12,5mgkgBB, 25mgkgBB, dan 37,5mgkgBB terhadap kontrol. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 10. 11.000 11.500 12.000 12.500 13.000 13.500 14.000 14.500 15.000 15.500 Kontrol Dosis 12,5mgkgBB Dosis 25mgkgBB Dosis 37,5mgkgBB Ko n se n tra si Sp e rm a to zo a 1 6 m L Kelompok Uji Konsentrasi Spermatozoa 38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.6 Perhitungan Morfologi Spermatozoa

Perhitungan abnormalitas morfologi spermatozoa ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis menggunakan preparat apus. Data hasil perhitungan morfologi spermatozoa dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Perhitungan Mofologi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70 Daun Pacing Costus spiralis Kelompok Rerata Abnormalitas Morfologi Spermatozoa ±SD Kontrol 12,22± 0,58 Dosis 12,5 mgkgBB 27,15± 2,15 Dosis 25 mgkgBB 23,12 ±1,56 Dosis 37,5 mgkgBB 25,72± 0,92 Hasil perhitungan abnormalitas morfologi spermatozoa menunjukkan adanya peningkatan abnormalitas morfologi spermatozoa terhadap kontrol. Peningkatan abnormalitas morfologi spermatozoa tidak sebanding dengan peningkatan dosis ekstrak etanol 70 daun pacing Costus spiralis yang diberikan pada hewan uji gambar 4.2. Gambar 4.2. Abnormalitas Morfologi Spermatozoa Ekstrak Etanol70 Daun Pacing Costus spiralis Data hasil perhitungan morfologi spermatozoa abnomal kemudian diolah menggunakan Kruskal-Wallis yang menunjukkan terjadi perbedaan secara 5 10 15 20 25 30 Kontrol Dosis 12,5mgkgBB Dosis 25mgkgBB Dosis 37,5mgkgBB m o rf o lo gi s pe rm at o zo a ab n o rm al Kelompok Uji Abnormalitas Morfologi Spermatozoa 39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermakna p ≤0,05. Hasil dari Kruskal Wallis dilanjutkan uji LSD yang menunjukkan terjadi perbedaan bermakna p≤0,05.antara masing-masing dosis yaitu 12,5mgkgBB, 25mgkgBB, dan 37,5mgkgBB terhadap kontrol. Hasil perbandingan antara dosis 12,5mgkgBB, 25mgkgBB, dan 37,5mgkgBB tidak menunjukkan perbedaan secara bermakna p≥0,05. Peningkatan abnormalitas morfologi spermatozoa menunjukkan adanya gangguan pada proses spermatogenesis. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 11.

4.1.7 Perhitungan Konsentrasi Testosteron

Perhitungan konsentrasi testosteron serum pada hari ke-0 dan ke-49 dilakukan menggunakan ELISA kompetitif. Data hasil perhitungan konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan ke-49 dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Perhitungan Konsentrasi Testosteron Ekstrak Etanol 70 Daun Pacing Costus spiralis Kelompok Rerata Konsentrasi Testosteron ngml±SD H-0 H-49 Kontrol 3,79±0,70 2,39±0,77 Dosis 12,5 mgkgBB 4,49±1,93 2,63±0,41 Dosis 25 mgkgBB 1,83±0,32 4,25±0,98 Dosis 37,5 mgkgBB 3,51±0,86 4,96±1,54 Hasil perhitungan konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan 49 pada masing-masing kelompok uji mengalami penurunan dan peningkatan konsentrasi testosteron gambar 4.3.

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis) terhadap Diameter Tubulus Seminiferus, Motilitas, dan Spermisidal pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley

0 10 95

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang Putih (Allium Sativum L.) Pada Tikus Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo Dan In Vitro

3 25 115

Uji Antifertillitas Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo

4 11 134

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol dan Air Rimpang Pacing (Costus spiralis) terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Salmonella typhimurium, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus serta Fungi Candida albicans

3 17 79

Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 4 121

Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

0 23 107

Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley Secara In Vivo

1 16 121

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116

Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Daun Pacing Costus speciosus (koen.) J.E. Smith pada Sperma Tikus Wistar Jantan

0 3 6