Menegakkan Keadilan dalam Masyarakat

ekonomi. 169 Begitu juga konflik sosial yang terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia tidak terlepas dari faktor ekonomi dan politik. 170 Oleh karena itu, maka Allah pun berwasiat untuk menyelenggarakan hajat hidup orang banyak ini dengan seadil-adilnya. Dapat dikemukakan satu contoh dalam masalah ini yaitu kasus perebutan harta rampasan perang di kalangan umat Islam sendiri yang menjadi sebab turunnya QS. Al-Anfal 8: 1 sebagai berikut: ⌧ ⌧ Artinya: “Mereka bertanya kepada engkau Muhammad tentang rampasan perang. Katakanlah: rampasan perang itu untuk Allah dan Rasul. Maka takwalah kepada Allah dan perbaikilah keadaan di antara kamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu orang-orang yang beriman.” Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa perang badar sebagimana diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasa’i dari Ibn Abbas. Bahwa sebelum perang dimulai, Rasulullah -dalam rangka membakar semangat pasukannya- bersabda: “Barang siapa berbuat begitu dan begitu, dia akan mendapat rampasan sekian dan sekian.” Mendengar perkataan Rasulullah itu, para pemuda dengan semangat menyerbu ke garis depan, sedangkan yang tua-tua tinggal di sekeliling bendera 169 Syaikh Sidi Abd. Al-Qadir al-Jilani, Fikih Tasawuf, h. 252, 170 Tahmidy Lasahido dkk., Suara dari Poso, Kerusuhan, Konflik, dan Resolusi, h. 41, 54 perang. Setelah selesai perang dan harta rampasan dikumpulkan, datanglah yang muda-muda meminta bagian mereka. Lalu yang tua-tua berkata: “Janganlah kami diabaikan, karena kamilah sebenarnya yang melindungi kalian ketika kalian maju. Karena kalau pecah barisan kalian, niscaya kepada kamilah kalian akan berlindung.” Maka timbullah perselisihan, di saat itu turunlah ayat tersebut di atas. Dengan turunnya ayat tersebut, maka selesailah pertengkaran di antara mereka dan pembagian harta rampasan perang diserahkan kepada keadilan Allah dan Rasul-Nya, dan umat Islam dilarang saling memperebutkannya. 171 Dari ayat di atas juga dapat disimpulkan bahwa pembagian ekonomi sebagai hasil kerja bersama haruslah dapat dirasakan bersama dengan seadil-adilnya. Ketidakadilan dalam pembagian ekonomi ini akan berakibat sangat fatal bagi keutuhan persatuan dan kedamaian. Dalam sebuah masyarakat yang baru mulai membangun kembali pasca dilanda konflik, pembagian peran dalam pembangunan juga perlu dilakukan sebijak dan seadil mungkin. Karena secara langsung atau tidak, pembagian peran dalam pembangunan ini akan berpengaruh pada pembagian hasilnya, kelak ketika buah pembangunan itu sudah dapat dipetik hasilnya. Jadi, baik pembagian peran maupun hasil pembangunan harus dilakukan serata mungkin sesuai kondisi, kebutuhan, dan keahlian tiap segmen masyarakat.

c. Mempererat Silaturrahmi

171 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984, Juz 9, h. 246-247. Lihat juga Qamaruddin Saleh, H.A.A Dahlan dkk. Asbab al-Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat- ayat Al-Qur’an , h. 219 Silaturrahmi ini dimaksudkan untuk mempererat hubungan dalam rangka memperbaiki keadaan. Allah memberikan perumpamaan menarik sebagaiman difirmankan dalam QS. Al-Baqarah 2: 220 ☺ ⌧ ☺ ⌧ ☺ ⌧ Artinya: “Di dunia dan akhirat. Dan mereka akan bertanya kepadamu tentang anak-anak yatim. Katakanlah: mengatur baik-baik keadaan mereka adalah lebih baik. Jika kamu bercampur gaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu. Dan Allah mengetahui siapa yang merusak dan siapa yang suka memperbaiki. Sekiranya Allah menghendaki niscaya diberatiNya kamu. Sesungguhnya Allah maha gagah lagi maha bijaksana.” Ayat ini turun berkaitan dengan “ketakutan” para sahabat terhadap harta anak yatim yang ada dalam pemeliharaan mereka akan termakan oleh mereka. Sehingga memelihara anak yatim menjadi tidak menyenangkan karena terlalu banyak ancaman jika ada harta anak yatim tersebut yang bercampur dan termakan, seperti dicap sebagai pendusta agama atau dianggap seperti memakan bara api. Maka ada sahabat yang bertanya kepada Nabi tentang bagaimana sebaiknya memelihara mereka. Maka turunlah ayat tersebut. 172 172 Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz I-II, h. 190 Lihat juga A. Mudjab Mahalli, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-qur’an, h. 99