Sedangkan kebutuhan dalam kelompok tahs ĩniyyah adalah kebutuhan yang
menunjang peningkatan martabat seseorang dalam masyarakat dan di hadapan Tuhannya, sesuai dengan kepatutan.
75
Guna memperoleh gambaran yang utuh tentang teori Maqãshid al- syar
ĩ’ah, berikut ini akan dijelaskan kelima pokok kemaslahatan dengan peringkatnya masing-masing. Uraian ini bertitik tolak dari kelima pokok
kemaslahatan, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kemudian masing-masing dari kelima pokok itu akan dilihat berdasarkan tingkat
kepentingan atau kebutuhannya.
1. Memelihara Agama Hifzh al-D ĩn
Memelihara agama dalam peringkat dhar ũriyyah, yaitu memelihara
dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang termasuk peringkat primer, seperti melaksanakan shalat lima waktu. Kalau shalat ini diabaikan, maka
akan terancamlah eksistensi agama. Memelihara agama dalam peringkat hajiyyat, yaitu melaksanakan ketentuan agama, dengan maksud
menghindari kesulitan, seperti shalat jama dan qashar bagi orang yang sedang bepergian. Kalau ketentuan ini tidak dilaksanakan, maka tidak akan
mengancam eksistensi agama, melainkan hanya akan mempersulit orang yang melakukannya. Memelihara agama dalam peringkat tahs
ĩniyyah, yaitu mengikuti petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat
manusia, sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajibannya kepada Tuhan. Misalnya, menutup aurat, baik di dalam maupun di luar shalat,
membersihkan badan, pakaian dan tempat. Kegiatan ini erat kaitannya dengan akhlak yang terpuji. Kalau hal itu tidak dilakukan, karena tidak
memungkinkan, maka tidak akan mengancam eksistensi agama dan tidak pula akan mempersulit orang yang melakukannya.
75
al-Syatibi, h. 5
2. Memelihara Jiwa Hifzh al-Nafs
Memelihara jiwa dalam peringkat dhar ũriyyah, seperti memenuhi
kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup. Kalau kebutuhan pokok itu diabaikan, maka akan berakibat terancamnya
eksistensi jiwa manusia. Memelihara jiwa dalam peringkat hãjjiyah, seperti dibolehkan berburu dan menikmati makanan yang lezat dan halal.
Kalau kegiatan ini diabaikan, maka tidak akan mengancam eksistensi manusia, melainkan hanya akan mempersulit hidupnya. Memelihara jiwa
dalam peringkat tahs ĩniyyah, seperti ditetapkannya tatacara makan dan
minum. Kegiatan ini hanya berhubungan dengan kesopanan atau etiket, sama sekali tidak akan mengancam eksistensi jiwa manusia, ataupun
mempersulit kehidupan seseorang.
3. Memelihara Akal Hifzh al-Aql
Memelihara akal dalam peringkat dhar ũriyyah, seperti diharamkan
meminum khamr. Jika ketentuan ini tidak diindahkan, maka akan berakibat terancamnya eksistensi akal. Memelihara akal dalam peringkat
hajjiyyat, seperti dianjurkan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sekiranya kegiatan itu tidak dilakukan, maka tidak akan merusak akal, tetapi akan
mempersulit diri seseorang, dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Memelihara akal dalam peringkat tahs
ĩniyyah, seperti menghindarkan diri dari mengkhayal atau mendengarkan sesuatu yang
tidak berfaidah. Hal ini erat kaitannya dengan etiket, tidak akan mengancam eksistensi akal secara langsung.
4. Memelihara Keturunan Hifzh al-Nasl