QS. al-Baqarah 2: 220 QS. al-Baqarah 2: 224

untuk melakukan demikian, dia harus diqishash”. Sehubungan dengan itu maka diturunkanlah ayat ke 35 dari surat al-Nisa’ sebagai ketegasan hukum, bahwa seorang suami berhak untuk mendidik istrinya. Dengan demikian, hukum qishash yang hendak dijatuhkan Rasulullah menjadi gugur, tidak jadi dilaksanakan. 47 Berkenaan dengan ayat tersebut di atas, ‘Abd al-Razzaq dari ‘Ubaidah bercerita: “Aku melihat ‘Ali ibn Abi Thalib r.a. tatkala didatangi oleh seorang perempuan bersama suaminya, yang masing-masing diantar oleh sekelompok orang dari golongannya. Mereka datang untuk mengadukan perpecahan syiqaq yang timbul antara dua orang suami-istri itu. Kedua golongan menunjuk orang yang mewakili masing-masing untuk menjadi juru damai. Kepada kedua Hakam yang diajukan itu, Imam Ali ibn Abi Thalib berucap: “Apakah kamu berdua mengetahui apa kewajiban kalian?, kewajiban kalian ialah menyelidiki sebab perpecahan kedua suami-istri ini, jika menurut pandangan kalian, keduanya masih dapat dipertemukan kembali maka damaikanlah, dan sebaliknya jika kamu berdua berpendapat, untuk kemaslahatan mereka berdua lebih baik bercerai, maka perceraikanlah.” 48

6. QS. al-Baqarah 2: 220

☺ ⌧ ☺ ⌧ ☺ ⌧ Artinya: ”Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang 47 A. Mudjab Mahalli, Asbab al-Nuzul: Studi Pendalaman al-qur’an, h. 239 48 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984, Juz 5-6, h. 54-55 mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Sebab turun ayat ini adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasai, dan al-Hakim yang bersumber dari Ibn Abbas yang berkata bahwa ketika turun ayat “walaa taqrab ũ mãla al-yatĩmi illã billatĩ hiya ahsan” QS. Al-An’am 6: 152 dan ayat “innalladz ĩna ya’kulũna amwãla al-yatãmã zhulman”, sampai akhir ayat QS. Al-Nisa’4: 10, orang-orang yang memelihara anak yatim memisahkan makanan dan minumannya dari makanan dan minuman anak-anak yatim yang menjadi tanggung jawabnya itu. Hal ini mereka lakukan karena mereka merasa khawatir jangan-jangan mereka termasuk dalam kategori orang-orang yang memakan harta milik anak-anak yatim. Demikian juga sisanya dibiarkan begitu saja sampai membusuk kalau tidak dihabiskan olen anak-anak yatim itu. Lalu mereka menghadap Rasulullah untuk menceritakan hal tersebut. Maka turunlah ayat QS. Al-baqarah 2: 220 yang pada pokoknya membenarkan men-tasarruf-kan harta benda anak-anak yatim asal dengan ketentuan dan cara yang baik, yang tidak merugikan anak- anak yatim tersebut kelak ketika sudah dewasa. 49

7. QS. al-Baqarah 2: 224

☺ ⌧ Artinya: “Jangahlah kamu jadikan nama Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa, dan mengadakan ishlãh di antara manusia. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. 49 A. Mudjab Mahalli, Asbab al-Nuzul: Studi Pendalaman al-qur’an, h. 99 Diriwayatkan oleh Ibn Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan sumpah Abu Bakar untuk tidak memberi nafkah lagi kepada Misthah seorang fakir miskin yang hidupnya menjadi tanggungannya. Hal ini ia lakukan lantaran Misthah termasuk orang yang ikut serta memfitnah Siti Aisyah. Ayat tersebut turun sebagai teguran agar sumpah itu tidak menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan. 50

8. QS. al-Hujurat 49: 9