Hãd Qadzaf Menuduh Orang Lain Berzina Hãd Syurb al-Khamr Meminum Minuman Keras

pada tempatnya yang sah. Ini biasa disusul keinginan untuk menggugurkan janin yang dikandung. Kedua, jika janin dilahirkan hidup maka biasanya ia dibiarkan kurang terawat, baik fisiknya, pendidikannya, maupun spiritualitasnya. Ketiga, perzinahan yang merupakan keburukan, jika merajalela di masyarakat maka akan membunuh masyarakat itu secara perlahan namun pasti. Keempat, Mudahnya melampiaskan syahwat menyebabkan kematian rumah tangga dan tatanan kekeluargaan berkaitan dengan kebersihan keturunan dan lain-lain yang ternoda oleh zina. 107

b. Hãd Qadzaf Menuduh Orang Lain Berzina

Seperti yang telah diuraikan dalam tindak pidana zina di atas, seseorang tidak dapat dituduh berzina kecuali ada empat saksi. Tanpa itu, orang yang melontarkan tuduhan itu dapat dituntut balik dengan tuduhan menuduh orang lain berbuat zina. Di sinilah bukti bahwa hukum Islam itu tidak dipraktekkan secara sewenang-wenang. Setiap orang yang melakukan tindakan yang berimplikasi hukum harus dapat bertanggung jawab di muka hukum. Demikian diungkapkan dalam QS. al-Nur24: 4-5: ☺ ⌧ 107 Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad, Isu-isu Penting Hukum Islam Kontemporer di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 206 ⌦ ⌧ Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik- baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka yang menuduh itu delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki dirinya, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Orang yang menuduh perempuan yang baik-baik muhshanat berzina, kemudian tidak dapat membuktikan kebenaran tuduhan mereka dengan mengHãdirkan empat orang saksi yang adil yang menyaksikan sendiri perbuatan zina itu, maka hukuman untuk mereka ialah di dera 80 kali, karena mereka telah merusak nama baik yang dituduh. Kemudian penuduh-penuduh itu tidak diterima kesaksiannya selama-lamanya, kecuali, apabila melakukan taubat dengan taubat nashuha, maka kesaksiannya dapat diterima kembali dan tidak lagi digolongkan ke dalam orang-orang fasik, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. 108

c. Hãd Syurb al-Khamr Meminum Minuman Keras

Dalam sejarah Islam, sebelum Nabi Muhammad hijrah, orang- orang Arab, khususnya suku Quraisy Mekah, memiliki kegemaran minum arak atau khamr hingga mabuk. Bahkan, minum arak biasa dijadikan sebagai tradisi perlombaan. Memahami kebiasaan orang- orang Arab yang begitu dekat dengan khamr berakibat pada metode 108 Mengenai had Qazaf ini dapat dibaca pada Muhammad ibn Muhammad Abu Syuhbah, al-Hudud fi al-Islam. h. 85, Ibn Qudamah al-Maqdisi, Al-Muqni, h. 111, juga al-Ruway ibn Rajih Al- Ruhaily, Fiqh Umar ibn Khattab Muwazzinah bi Fiqhi Asyhuri al-Mujtahidin, h. 41. Lihat pula Abi Umar Yusuf al-Qurtubi, al-Kafi fi Fiqh ahl al-Madinah al-Maliki, Damaskus: Dar al- Fikr, 1992 Cet. Ke-2, h. 575-577 pelarangan khamr. Ayat khamr tidak diturunkan sekaligus dalam satu ayat atau dalam satu peristiwa, melainkan diwahyukan secara bertahap disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat ketika itu. Pada mulanya diterangkan bahwa bagi orang yang mabuk akibat minuman keras, dilarang mendekati salat atau ibadah-ibadah lainnya. Kemudian, pada tahap kedua diterangkan bahwa madharat yang ditimbulkan oleh khamr lebih besar ketimbang manfaatnya. Baru pada tahap berikutnya Allah menegaskan dengan jelas bahwa khamr adalah perbuatan setan yang setingkat dengan penyembahan terhadap berhala, judi dan sebagainya. 109 Ayat tersebut di atas juga menegaskan bahwa Islam menolak narkoba dan minuman beralkohol yang tersimpul dalam nama “khamr”. Jika dianalisa lebih jauh, ayat tersebut di atas mengandung beberapa hal yang sangat urgen berkaitan dengan keharaman “khamr” yang harus kita perhatikan, yaitu pertama, “khamr” disejajarkan oleh Allah dengan berhala dan tenung yang sangat bertentangan dengan aqidah Islam karena merupakan amalan syirik, di samping juga disejajarkan dengan judi sebagai akhlak yang tercela. Kedua, “khamr” dinyatakan sebagai sesuatu yang keji dan harus dijauhi. Ketiga, “khamr” dinyatakan sebagai salah satu perbuatan setan yang merupakan musuh agama. Keempat, “khamr” diharamkan, dan kita diperintahkan untuk menjauhinya. Kelima, “khamr” dinyatakan sebagai pemicu permusuhan. Oleh karena itu banyak kasus pembunuhan, perkosaan dan lain-lain dilakukan oleh orang yang sedang dalam pengaruh minuman keras dan atau narkoba. Keenam, “khamr” dinyatakan sebagai penghalang dari mengingat Allah dan shalat yang seharusnya tidak boleh dilalaikan oleh seorang muslim, 109 Lihat Q.S. al-Nisa’ 4: 219, QS. al-Baqarah 2:219, dan Q.S. al-Maidah 5: 90 dan ketujuh, Allah menantang orang yang tidak mau berhenti mengkonsumsi, memproduksi, dan menjualnya. 110 Adapun sanksi pidana bagi para peminum khamr terdapat perbedaan pendapat mengenai kadar jumlahnya. Mazhab Hanafiah berpendapat bahwa peminum khamr diberi sanksi dera sebanyak 80 kali. Sementara Mazhab Syafi’i berpendapat, bahwa setiap pemabuk karena khamr didera 40 kali. 111 Hal ihwal terjadi perbedaan di antara mereka adalah dalam memahami adanya perbedaan sanksi yang diberikan Nabi Muhammad dan Abu Bakar di satu pihak, dengan Umar ibn al-Khatthab di pihak lain, berdasarkan Hadis Anas: “Ia berkata: Rasulullah didatangi seorang peminum khamr, kemudian Nabi memukulnya dengan sandal sebanyak 40 kali. Lalu, pemabuk itu dibawa ke Abu Bakar, dan melakukan hal yang serupa mendera 40 kali. Lantas, pria itu diajukan ke Umar, dan beliau menyebar luaskan kepada seluruh manusia. Hãd hukuman yang paling sedikit adalah 80 kali dera”. Antara ketiga pemimpin Islam ini memang terjadi perbedaan pendapat mengenai kualitas sanksi peminum minuman keras. Namun, karena madharat yang ditimbulkannya, mulai dari mengganggu kesehatan, merusak pikiran hingga merusak masa depan pengguna, maka berapapun kuantitasnya adalah dalam rangka pencegahan tindak pidana ini.

d. Hãd Sariqah Mencuri