QS. al-Nisa’ 4: 114 Ishlãh dalam al-Qur’an Dan Hadis

dengan term ishlãh disertai penjelasan tentang sebab turun ayat-ayat tersebut, dilanjutkan dengan pembahasan singkat mengenai sejarah ishlãh dalam rentang sejarah kemanusiaan, khususnya dalam sejarah Islam.

B. Ishlãh dalam al-Qur’an Dan Hadis

Dari berbagai ayat yang menjelaskan tentang ishlãh, akan penulis deskripsikan beberapa ayat yang berkaitan dengan pembahasan dalam tesis ini. Ayat-ayat tersebut antara lain adalah:

1. QS. al-Nisa’ 4: 114

⌧ ِ Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” Ketika menafsirkan ayat ini, Rasyid Ridla menjelaskan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan kasus Thumah ibn Ubairiq yang dititipi baju besi oleh seorang Yahudi. Ketika tiba waktunya baju tersebut diambil oleh pemiliknya, Thumah berkonspirasi untuk mengingkari orang Yahudi tersebut bahkan meremehkannya. Karena terjadi keributan, maka akhirnya peristiwa ini sampai kepada Nabi. Hampir-hampir saja Nabi membela Thumah. Kemudian turunlah ayat ini, menjelaskan kepada Nabi perihal yang sebenarnya terjadi dan penyelesaiannya. 39 Al-Thabari menjelaskan makna ishlãh baina al-nãs yaitu mengadakan perdamaian antara dua pihak yang sedang bertikai dalam batas-batas yang dibenarkan syari’at Islam, untuk menormalisasi hubungan kedua belah pihak. 40 Yang dimaksud dengan batas-batas yang dibenarkan syara adalah tidak diperbolehkan isi perjanjian damai tersebut menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal dan yang semisalnya. Dari ayat 114 surat al- Nisa di atas dapat diambil istinbãth hukum antara lain: boleh berdesas-desus atau berbisik-bisik dalam hal sedekah, amar maruf nahi munkar, perdamaian, dan anjuran berlaku adil walaupun kepada non muslim. Jika diteliti lebih lanjut maka ayat 114 surat al- Nisa di atas -dalam kaitannya dengan hukum Islam- merupakan kasus perdata berupa wanprestasi terhadap perjanjian, atau kasus pidana berupa penggelapan yang dilakukan oleh Thumah terhadap teman Yahudinya. Perbuatan Thumah telah menyebabkan terjadinya perselisihan antara Thu’mah dengan teman Yahudinya dan diselesaikan oleh Rasulullah dengan perdamaian antara keduanya dengan keharusan atas Thu’mah mengembalikan baju besi milik teman Yahudinya tersebut.

2. QS. al-An’am 6: 54