oleh Mustafa Ahmad Zarqa, adalah sesuatu yang dicenderungi oleh tabi’at manusia, dan mungkin disimpan sampai waktu dibutuhkan.
117
e. Hãd Hirãbah Merampok
Delik hirabah ini merupakan delik yang paling luas interpretasinya. Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dapat
dikategorikan delik ini adalah memerangi Allah dan Rasul-Nya termasuk agama dan panji-panji kebesarannya, membuat kekacauan
dan kerusakan di muka bumi, dan perbuatan-perbutan yang membahayakan dan merugikan banyak orang seperti perampokan,
termasukdi dalamnya terorisme. Seimbang dengan delik yang telah dilakukan, sanksi hirabah
juga sangat tegas, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Ma’idah 5: 33.
☺
⌧
⌧
117
Mustafa Ahmad Zarqa’, al-Fiqh al-Islam fi Tsaubih al-Jadid, Damaskus: Mathba’ah Tharafain, 1965, Juz ke-2, h. 114
Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di
muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,
atau dibuang dari negeri tempat kediamannya. yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di
dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”.
Orang-orang yang menggangu keamanan, mengacau ketenteraman, menghalangi berlakunya hukum dan keadilan, serta
merusak kepentingan umum seperti merusak jalan, jembatan, irigasi, dan lain-lain dapat dikenai sanksi yang berat, mulai dari salib, potong
tangan dan kakinya secara bersilang, hingga diasingkan. Menurut jumhur ulama, sanksi bunuh itu dapat diterapkan atas penggangu
keamanan yang disertai dengan pembunuhan. Sedangkan sanksi hukum salib sampai mati dilakukan bagi pengganggu keamanan yang
disertai dengan pembunuhan dan perampasan harta. Khusus sanksi hukum potong tangan dikenakan bagi mereka yang melakukan
perampasan harta.
118
f. Hãd Riddah Keluar dari Agama Islam
Hãd riddah didasarkan atas firman Allah dalam QS. al-Baqarah 2: 217
☺ ⌦
☺
118
Mengenai had hirabah ini dapat dibaca pada Muhammad ibn Muhammad Abu Suhbah, al-Hudud fi al-Islam.h. 89, Ibn Qudamah al-Maqdisi, al-Mughni, h. 115, al-Ruway inm Rajih Al-
Ruhaily, Fiqh Umar ibn Khattab Muwazzinah bi Fiqhi Asyhuri al-Mujtahidin, h. 56.
Artinya: ”Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang
sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Definisi riddah adalah meninggalkan atau keluar dari agama Islam murtad. Konsep riddah hanya ada dalam Islam, dalam arti,
hanya seorang muslim yang keluar dari agamanya Islam yang masuk dalam kategori pelaku jar
ĩmah riddah dan layak mendapatkan hukuman hãd riddah. Adapun hukuman bagi muslim yang murtad
terbagi dalam dua kategori yaitu hukuman asli ‘uq ũbah ashliyah
yang dalam hal ini adalah hukuman mati, dan hukuman tambahan ‘uq
ũbah thaba’iyah yaitu penyitaan harta murtad untuk diserahkan kepada baitul mal. Adapun mengenai jumlah harta murtad yang disita,
para fuqaha berbeda pendapat. Mazhab Maliki, Syafi’i dan mayoritas Hanbali menyatakan bahwa yang disita adalah seluruh harta murtad.
Sedangkan menurut mazhab Hanafi dan sebagian Hanbali menyatakan bahwa harta yang disita hanya harta yang murtad dapatkan setelah ia
murtad saja. Adapun harta yang ia dapatkan sebelum murtad menjadi warisan bagi keluarganya yang muslim.
119
g. Hãd Baghy Pemberontakan