di antara tiga”. Kemudian ia kembali masuk Islam dan menjadi seorang muslim yang patuh.
45
5. QS. al-Nisa’ 4: 35
☺ ☺
☯ ☺
⌧ ☺
Artinya: ”Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki
dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah
memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Hasan bahwa pada suatu waktu datanglah seorang wanita menghadap Rasulullah untuk
mengadukan masalahnya, bahwa mukanya ditampar oleh suaminya. Rasulullah bersabda: “Suamimu itu harus diqishash dibalas”.
Sehubungan dengan sabda itu, maka turunlah ayat 35 yang dengan tegas memberikan ketentuan, bahwa bagi laki-laki ada hak untuk mendidik
istrinya yang melakukan penyelewengan terhadap haknya selaku istri. Setelah mendengar keterangan ayat ini, wanita itu pulang dengan tidak
menuntut qishash terhadap suaminya.
46
Diriwatkan pula oleh Ibn Mardawaih dan Ali ibn Abi Thalib bahwa suatu waktu datang seorang laki-laki dari kalangan sahabat Anshar
menghadap Rasululah bersama istrinya. Istrinya mengadu kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah suamiku ini telah memukul mukaku
sehingga terdapat bekas luka”. Rasulullah bersabda: “Suamimu tidak hak
45
Abi al-Hasan Ali ibn Ahmad al-Wahidy al-Nisabury, Asbab al-Nuzul, h. 63
46
A. Mudjab Mahalli, Asbab al-Nuzul: Studi Pendalaman al-qur’an, h. 238
untuk melakukan demikian, dia harus diqishash”. Sehubungan dengan itu maka diturunkanlah ayat ke 35 dari surat al-Nisa’ sebagai ketegasan
hukum, bahwa seorang suami berhak untuk mendidik istrinya. Dengan demikian, hukum qishash yang hendak dijatuhkan Rasulullah menjadi
gugur, tidak jadi dilaksanakan.
47
Berkenaan dengan ayat tersebut di atas, ‘Abd al-Razzaq dari ‘Ubaidah bercerita:
“Aku melihat ‘Ali ibn Abi Thalib r.a. tatkala didatangi oleh seorang perempuan bersama suaminya, yang masing-masing diantar oleh
sekelompok orang dari golongannya. Mereka datang untuk mengadukan perpecahan syiqaq yang timbul antara dua orang
suami-istri itu. Kedua golongan menunjuk orang yang mewakili masing-masing untuk menjadi juru damai. Kepada kedua Hakam yang
diajukan itu, Imam Ali ibn Abi Thalib berucap: “Apakah kamu berdua mengetahui apa kewajiban kalian?, kewajiban kalian ialah menyelidiki
sebab perpecahan kedua suami-istri ini, jika menurut pandangan kalian, keduanya masih dapat dipertemukan kembali maka
damaikanlah, dan sebaliknya jika kamu berdua berpendapat, untuk kemaslahatan mereka berdua lebih baik bercerai, maka
perceraikanlah.”
48
6. QS. al-Baqarah 2: 220