Model Kalibrasi Metode Spektroskopi FTIR
43 sampel recovery produk B tidak sesuai. Hal ini ditunjukkan oleh hasil verifikasi awal analisis
sampel recovery produk B. Hasil verifikasi tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis total padatan, kadar lemak, sukrosa, dan protein sampel recovery produk B menggunakan metode
spektroskopi FTIR berbeda nyata dengan hasil analisis metode konvensionalnya sehingga perlu dibuat model kalibrasi baru.
Model kalibrasi baru tersebut dibuat berdasarkan sampel set kalibrasi dan data metode konvensional sampel recovery produk B. Proses pembuatan model kalibrasi dilakukan
menggunakan software WinISI pada instrumen FTIRS. Selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan analisis multivariate yang terdapat di software WinISI. Metode kalibrasi
untuk pembuatan model kaibrasi sampel recovery produk B adalah metode adjustment slope and intercept. Metode adjustment slope and intercept digunakan untuk menyesuaikan model
kalibrasi yang telah tersedia pada instrumen FOSS MilkoScan FT120 dengan seri kalibrasi sampel recovery produk B. Penyesuaian slope dan intercept tersebut menghasilkan model
kalibrasi baru untuk sampel recovery produk B. Setelah data analisis metode konvensional dimasukkan, selanjutnya software WinISI
mengolah data tersebut menjadi model kalibrasi. Model kalibrasi yang dihasilkan berupa model linear dan data yang diperoleh ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil kalibrasi FTIR pada sampel recovery produk B Parameter
Slope Intercept
SEC R
2
SE Bias
Baru Lama
Baru Lama
Total Padatan 1.2276 1.1054 -1.7212
-0.0865 0.0327 0.9993 0.6358
0.6235 Lemak
0.8448 1.4433 0.0339
-0.2667 0.0125 0.9084 0.1329
-0.1296 Sukrosa
0.8897 0.8703 0.3562
0.6802 0.0294 0.9991 0.1903
0.1870 Protein
0.3615 0.3615 0.2240
0.4397 0.0377 0.5993 0.2188
0.2157 Setelah data metode konvensional dimasukkan dan diolah dengan software WinISI pada
instrumen FTIRS, selanjutnya diperoleh data slope, intercept, SEC , dan R
2
model kalibrasi baru. Model kalibrasi parameter total padatan yang baru memiliki nilai slope dan intercept
berturut-turut sebesar 1.2276 dan -1.7212. Hasil ini menjelaskan bahwa model kalibrasi parameter total padatan sampel recovery produk B memiliki kemiringan garis sebesar 1.2276
dan memotong sumbu y pada titik -1.7212. Pembuatan model kalibrasi parameter total padatan sampel recovery produk B yang baru menunjukkan nilai SEC sebesar 0.0327. Hasil ini
memperlihatkan hasil analisis total padatan metode spektroskopi FTIR memiliki perbedaan dengan hasil kuantitatif metode konvensional sebesar 0.0327. Hasil SEC 1 menunjukkan
bahwa model kalibrasi parameter total padatan sampel recovery produk B cukup baik. Nilai R
2
yang dihasilkan parameter total padatan sampel recovery produk B adalah 0.9993. Nilai koefisien determinasi total padatan hampir mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
pendugaan total padatan metode spektroskopi FTIR 99.93 mendekati hasil analisis metode konvensional.
Kemampuan model kalibrasi yang telah ada sebelumnya lama untuk menganalisis jenis sampel yang baru dapat diketahui berdasarkan nilai standard error SE dan bias yang
dihasilkan Tabel 5. Nilai SE model kalibrasi parameter total padatan yang lama sebesar 0.6358 dengan bias sebesar 0.6253. Nilai SE yang semakin mendekati nol menunjukkan
bahwa model kalibrasi yang digunakan dalam keadaan baik. Semakin kecil nilai bias maka rata-rata error antara hasil pembacaan instrumen dengan hasil analisis metode konvensional
semakin kecil EMEA 2012. Hasil ini menunjukkan bahwa model kalibrasi yang telah ada
44 sebelumnya tidak baik untuk digunakan pada analisis parameter total padatan sampel recovery
produk B. Selain itu, model kalibrasi parameter total padatan yang telah ada memiliki slope dan intercept berturut-turut sebesar 1.1054 dan -0,0856. Adanya perbedaan slope dan intercept
menyebabkan dilakukannya penyesuaian slope dan intercept model kalibrasi parameter total padatan yang telah ada terhadap model kalibrasi yang baru.
Berdasarkan Tabel 5, model kalibrasi parameter kadar lemak sampel recovery produk B yang baru memiliki slope dan intercept sebesar 0.8448 dan 0.0339. Hasil ini menjelaskan
bahwa model kalibrasi parameter kadar lemak sampel recovery produk B memiliki kemiringan garis sebesar 0.8448 dan memotong sumbu y pada titik 0.0339. Pembuatan model kalibrasi
parameter kadar lemak sampel recovery produk B yang baru menunjukkan nilai SEC sebesar 0.0125. Hasil ini memperlihatkan hasil analisis kadar lemak metode spektroskopi FTIR
memiliki perbedaan dengan hasil kuantitatif metode konvensional sebesar 0.0125. Hasil SEC 1 menunjukkan bahwa model kalibrasi pada parameter kadar lemak sampel recovery
produk B cukup baik. Nilai R
2
yang dihasilkan parameter kadar lemak sampel recovery produk B adalah 0.9084. Nilai koefisien determinasi kadar lemak hampir mendekati 1. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai pendugaan kadar lemak metode spektroskopi FTIR 90.84 mendekati hasil analisis metode konvensional.
Berdasarkan hasil kalibrasi parameter kadar lemak sampel recovery produk B Tabel 5 dapat diketahui bahwa pada parameter kadar lemak memiliki nilai SE model kalibrasi lama
sebesar 0.1329 dengan bias sebesar -0.1296. Nilai SE yang semakin mendekati nol menunjukkan bahwa model kalibrasi yang digunakan dalam keadaan baik. Hasil ini
menunjukkan bahwa model kalibrasi yang telah ada sebelumnya tidak cukup baik untuk digunakan pada analisis parameter kadar lemak sampel recovery produk B. Selain itu, model
kalibrasi parameter kadar lemak yang telah ada memiliki slope dan intercept berturut-turut sebesar 1.4433 dan -0,2667. Adanya perbedaan slope dan intercept menyebabkan
dilakukannya penyesuaian slope dan intercept model kalibrasi parameter kadar lemak yang telah ada terhadap model kalibrasi baru.
Berdasarkan Tabel 5, model kalibrasi parameter sukrosa sampel recovery produk B yang baru memiliki slope dan intercept sebesar 0.8897 dan 0.3562. Hasil ini menjelaskan
bahwa model kalibrasi parameter sukrosa sampel recovery produk B memiliki kemiringan garis sebesar 0.8897 dan memotong sumbu y pada titik 0.3562. Pembuatan model kalibrasi
parameter sukrosa sampel recovery produk B yang baru menunjukkan nilai SEC sebesar 0.0294. Hasil ini memperlihatkan hasil analisis sukrosa metode spektroskopi FTIR memiliki
perbedaan dengan hasil kuantitatif metode konvensional sebesar 0.0294. Hasil SEC 1 menunjukkan bahwa model kalibrasi pada parameter sukrosa sampel recovery produk B cukup
baik. Nilai R
2
yang dihasilkan parameter sukrosa sampel recovery produk B adalah 0.9991. Nilai koefisien determinasi sukrosa hampir mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
pendugaan sukrosa metode spektroskopi FTIR 99.91 mendekati hasil analisis metode konvensional.
Berdasarkan hasil kalibrasi parameter sukrosa sampel recovery produk B Tabel 5 dapat diketahui bahwa pada parameter sukrosa memiliki nilai SE model kalibrasi lama sebesar
0.1903 dengan bias sebesar 0.1870. Hasil ini menunjukkan bahwa model kalibrasi yang telah ada sebelumnya tidak cukup baik untuk digunakan pada analisis parameter sukrosa sampel
recovery produk B. Selain itu, model kalibrasi yang telah ada memiliki slope dan intercept berturut-turut sebesar 0.8703 dan 0.6802. Adanya perbedaan slope dan intercept menyebabkan
45 dilakukannya penyesuaian slope dan intercept model kalibrasi parameter sukrosa yang telah
ada terhadap model kalibrasi yang baru. Berdasarkan Tabel 5, model kalibrasi parameter protein sampel recovery produk B yang
baru memiliki slope dan intercept sebesar 0.3615 dan 0.2240. Hasil ini menjelaskan bahwa model kalibrasi parameter protein sampel recovery produk B memiliki kemiringan garis
sebesar 0.3615 dan memotong sumbu y pada titik 0.2240. Pembuatan model kalibrasi parameter protein sampel recovery produk B yang baru menunjukkan nilai SEC sebesar
0.0377. Hasil ini memperlihatkan hasil analisis protein metode spektroskopi FTIR memiliki perbedaan dengan hasil kuantitatif metode konvensional sebesar 0.0377. Hasil SEC 1
menunjukkan bahwa model kalibrasi pada parameter protein sampel recovery produk B cukup baik. Nilai R
2
yang dihasilkan parameter prtotein sampel recovery produk B tidak cukup baik, yaitu sebesar 0.5993. Nilai koefisien determinasi protein sampel recovery produk B sangat
rendah belum mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pendugaan protein metode FTIR hanya 59.93 mendekati hasil analisis metode konvensional. Rendahnya nilai koefisien
determinasi parameter protein dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya deteriorasi kimia pada sampel karena sampel disimpan terlalu lama, error pada hasil analisis
metode konvensional, dan adanya beberapa komponen selain protein, lemak, atau sukrosa dalam jumlah yang tidak teratur yang mungkin menyerap radiasi sinar inframerah pada satu
atau lebih komponen contohnya asam sitrat Kaylegian et al. 2006. Berdasarkan hasil kalibrasi parameter protein sampel recovery produk B Tabel 5 dapat
diketahui bahwa pada parameter protein memiliki nilai SE model kalibrasi lama sebesar 0.2188 dengan bias sebesar 0.2157. Hasil ini menunjukkan bahwa model kalibrasi yang telah
ada sebelumnya tidak cukup baik untuk digunakan pada analisis parameter protein sampel recovery produk B. Selain itu, model kalibrasi yang telah ada memiliki slope dan intercept
berturut-turut sebesar 0.3615 dan 0.4397. Adanya perbedaan intercept menyebabkan dilakukannya penyesuaian intercept model kalibrasi parameter protein yang telah ada terhadap
model kalibrasi yang baru.