Verifikasi Model Kalibrasi Spektroskopi Fourier Transform Infrared FTIR

29

3. Prosedur Analisis

a. Total Padatan AOAC 990.19, 2006

Penetapan total padatan pada sampel recovery dilakukan dengan menggunakan fiber paper yang selanjutnya dikeringkan di oven. Total padatan sampel recovery ditentukan dengan menimbang sampel, mengeringkannya, dan menimbang residu sampel yang telah dikeringkan. Terlebih dahulu dua lembar fiber paper dibuat persegi 2 x 2 cm dan diletakkan di atas aluminium dish yang selanjutnya dimasukkan ke dalam oven bersuhu 102°C selama 15 menit. Selanjutnya fiber paper beserta aluminium dish dikeluarkan dan didiamkan selama 2 menit, kemudian ditimbang. Sebanyak 1 gram sampel recovery dari botol sampel diambil menggunakan syringe, ditimbang dengan bantuan alat penyangga syringe , dan kemudian tekan tanda “Tare”. Sampel kemudian diteteskan pada selembar fiber paper dan ditutup dengan lembar fiber paper lainnya. Selanjutnya syringe ditimbang kembali dan dicatat sebagai Bobot sampel. Fiber paper beserta aluminium dish yang telah berisi sampel selanjutnya dikeringkan dalam oven bersuhu 102°C selama 30 menit, dikeluarkan, aluminium dish dilipat, dan didiamkan selama 2 menit. Bobot sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang. Total padatan dalam sampel dihitung dengan persamaan : Total Padatan = A-B Bobot sampel setelah pengenceran x FP x 100 7 dimana : A = bobot dish setelah pengeringan B = bobot dish sebelum pengeringan FP = Bobot sampel air Bobot sampel

b. Kadar Lemak AOAC 989.05, 2006

Metode yang digunakan pada penetapan kadar lemak adalah metode Roese- Göttlieb atau metode Mojonnier. Prinsip metode ini adalah gravimetri dengan menggunakan alat Mojonnier Tester. Sampel recovery ditimbang sebanyak 10 gram dengan bantuan syringe dan dimasukkan ke dalam tabung Mojonnier. Selanjutnya ditambahkan 2 ml ammonia 20 yang berfungsi untuk melarutkan protein dan 10 ml etanol yang dicampur dengan indikator Brom Cresol Purple BCP kemudian diekstrak dengan 20 ml dietil eter dan 20 ml petroleum benzena, lalu disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 530 rpm. Setiap penambahan pereaksi, tabung Mojonnier disumbat lalu dikocok dengan shaker. Pada proses sentifugasi dihasilkan dua lapisan, yaitu lapisan atas supernatan yang jernih dan lapisan bawah. Tahapan ekstraksi pada lapisan bawah dilakukan dua kali lagi untuk memperbesar ketelitian. Tahapan ekstraksi kedua dan ketiga sama seperti tahapan ekstraksi pertama hanya berbeda pada penambahan pereaksi. Pada ekstraksi kedua, lapisan bawah hasil ekstraksi pertama ditambahkan 5 ml etanol 96, 20 ml dietil eter, dan 20 ml petroleum benzena sedangkan pada ekstraksi ketiga ditambahkan 15 ml dietil eter dan 15 ml petroleum benzena. Supernatan dari setiap hasil ekstraksi dimasukkan ke cawan aluminium yang telah diketahui berat kosongnya, dipanaskan di atas pemanas hot plate hingga hanya 30 terdapat residu lemak. Selanjutnya cawan aluminium dimasukkan ke dalam oven vakum selama 10 menit dan didinginkan di dalam desikator hingga mencapai berat konstan. Berat residu dinyatakan sebagai persentase lemak yang terdapat dalam sampel susu dan dihitung dengan persamaan: Lemak ww = – 8

c. Kadar Sukrosa IDF 35:2004, 2004

Metode yang digunakan pada penetapan kadar sukrosa adalah metode polarimetri. Prinsip metode ini adalah mengukur perubahan rotasi optik dengan menggunakan polarimeter. Sampel recovery ditimbang 16.3 gram dan dimasukkan ke dalam labu takar 200 ml. Selanjutnya ditambahkan 50 ml air destilata dan diaduk. Selanjutnya ammonia 7 ditambahkan sebanyak 1 ml, diaduk, dan didiamkan selama 20 menit. Setelah 20 menit, sampel selanjutnya ditambahkan 5 ml asam asetat 25, 5 ml larutan K 4 FeCN 6 , 5 ml larutan seng asetat, dan air destilata hingga tanda tera pada labu ukur. Larutan sampel tersebut dipastikan harus dikocok setiap penambahan pereaksi. Sampel yang telah ditambahkan pereaksi selanjutnya disaring melalui kertas saring ke dalam erlenmeyer 300 ml. Erlenmeyer yang digunakan dipastikan dalam keadaan bersih dan kering. Larutan yang disaring disebut P1. Sebanyak 50 ml larutan hasil penyaringan dipindahkan ke dalam labu takar 50 ml, ditambahkan 5 ml HCl 30 untuk menghidrolisis sukrosa sehingga menghasilkan laktosa dan beberapa gula yang tidak mempengaruhi pengukuran, dan dikocok. Larutan sampel dalam labu ukur 50 ml disebut P2. Selanjutnya P2 direndam dalam waterbath 60 o C selama 15 menit dan didinginkan hingga suhunya sama dengan suhu larutan P1. Seluruh larutan P2 harus dipastikan terendam. Kadar sukrosa sampel selanjutnya dibaca dengan menggunakan polarimeter pada λ = 546 nm. Adapun perhitungan kadar sukrosa : 9 dimana : P1 = larutan sampel hasil penyaringan di Erlenmeyer P2 = larutan sampel hasil penyaringan di labu ukur 50 ml K = konstanta susu cair = 0.00 1.0402 = gaya berat sukrosa 1.1 = faktor konversi sukrosa

d. Kadar Protein AOAC 991.20, 2006

Metode yang digunakan adalah metode Kjeldahl. Metode ini menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung berdasarkan kadar nitrogennya. Persen protein dihitung dengan mengalikan hasil analisis dengan faktor konversi 6.38. Nilai faktor konversi 6.38 berdasarkan pada protein murni yang mengandung 15.67 nitrogen pada produk susu Winarno 2008. Prinsip metode ini adalah destruksi, destilasi dan titrasi. Dekomposisi senyawa nitrogen organik melalui tahap destruksi dengan asam sulfat pekat dan katalis membentuk ammonium sulfat, kemudian didestilasi dengan natrium hidroksida membentuk gas ammonia yang bereaksi dengan asam borat. Banyaknya asam