Verifikasi Model Kalibrasi Metode Spektroskopi FTIR
46 Tabel 6. Hasil verifikasi model kalibrasi metode spektroskopi FTIR menggunakan uji t
Parameter n
SD Hasil uji t
FTIR Manual
T
hitung
T
tabel
0.05;9 P two tail
Total Padatan 10
1.4580 1.3431
-1.6110 2.2622
0.1416 Lemak
10 0.0435
0.0685 -1.6948
0.1244 Sukrosa
10 1.1285
1.1094 -1.2137
0.2557 Protein
10 0.0184
0.0488 -2.1828
0.0569 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui pengujian metode spektroskopi FTIR memiliki
ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvensionalmanual SD FTIR ≤ SD Manual pada parameter kadar lemak dan protein sampel recovery produk B. Parameter total
padatan dan sukrosa memiliki ketelitian metode konvensional yang lebih baik dibandingkan metode spektroskopi
FTIR SD manual ≤ SD FTIR. Untuk mengidentifikasi apakah hasil analisis metode spektroskopi FTIR dapat diterima
maka dilakukan uji t. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui empat parameter yang terdapat pada sampel recovery produk B memiliki nilai T
hitung
≤ T
tabel
atau P two tail 5. Maksud dari 5 adalah tingkat kesalahan yang diizinkan maksimal 5 dengan taraf kepercayaan 95 Efendi
Miranto 2008. Apabila dilakukan pengujian sebanyak 100 kali, diasumsikan data yang gagal adalah lima kali.
Parameter total padatan pada sampel recovery produk B memiliki nilai T
hitung
≤ T
tabel
- 1.6110 2.2622 atau P two tail 0.05 0.1416 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis awal H diterima, yaitu hasil analisis total padatan sampel recovery produk B
metode spektroskopi FTIR tidak berbeda nyata dengan hasil analisis metode konvensional pada taraf kepercayaan 95. Meskipun ketelitian metode spektroskopi FTIR tidak sebaik
ketelitian metode konvensional, namun berdasarkan uji t dapat dikatakan hasil analisis menggunakan metode spektroskopi FTIR dapat diterima karena tidak berbeda nyata.
Parameter kadar lemak sampel recovery produk B memiliki nilai T
hitung
≤ T
tabel
-1.6948 2.2622 atau P two tail 0.05 0.1244 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis awal H diterima, yaitu hasil analisis kadar lemak sampel recovery produk B
metode spektroskopi FTIR tidak berbeda nyata dengan hasil analisis metode konvensional pada taraf kepercayaan 5. Begitu pula dengan parameter sukrosa yang memiliki nilai T
hitung
≤ T
tabel
-1.2137 2.2622 atau P two tail 0.05 0.2557 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis awal H
diterima, yaitu hasil analisis sukrosa sampel recovery produk B metode spektroskopi FTIR tidak berbeda nyata dengan hasil analisis metode konvensional
pada taraf kepercayaan 9 5. Meskipun parameter sukrosa memiliki nilai SD manual ≤ SD
FTIR tetapi setelah dilakukan uji t diketahui bahwa hasil analisis metode spektroskopi FTIR tidak berbeda nyata dan dapat dikatakan hasil analisis metode spektroskopi FTIR dapat
diterima. Nilai uji t parameter protein paling rendah di antara keempat parameter smapel
recovery. Parameter protein sampel recovery produk B memiliki nilai T
hitung
≤ T
tabel
-2.1828 2.2622 atau P two tail 0.05 0.0569 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis
awal H diterima, yaitu hasil analisis protein sampel recovery produk B metode spektroskopi
FTIR tidak berbeda nyata dengan hasil analisis metode konvensional pada taraf kepercayaan 95. Hal ini didukung oleh hasil ketelitian metode spektroskopi FTIR lebih baik dibandingkan
metode konvensional SD FTIR ≤ SD Manual. Nilai uji t yang rendah pada parameter protein
mungkin dapat dipengaruhi adanya deteriorasi kimia seperti denaturasi protein pada sampel
47 sebelum dilakukan analisis menggunakan metode konvensional dan error pada hasil analisis
metode konvensional. Selain itu, dilihat dari nilai R
2
model kalibrasi parameter protein yang rendah mungkin juga mempengaruhi hasil analisis protein dengan metode FTIR.
Berdasarkan hasil uji t tersebut dapat dikatakan model kalibrasi yang telah dibuat cukup baik dilihat dari hasil analisis metode spektroskopi FTIR yang tidak berbeda nyata dengan
hasil analisis metode konvensional pada parameter total padatan, kadar lemak, sukrosa, dan protein sampel recovery produk B. Berdasarkan hasil tersebut, model kalibrasi sampel
recovery yang dihasilkan dikatakan baik dan dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu parameter komposisi sampel recovery produk B.
48