Total Padatan AOAC 990.19, 2006 Kadar Lemak AOAC 989.05, 2006

31 borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui melalui tahap titrasi menggunakan larutan asam klorida dengan indikator Conway Brom Cresol Green : Metil Merah 1:1. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna merah muda. Sebanyak 2.5 g sampel recovery dimasukkan ke dalam tabung pedal dan diletakkan pada digestion block, kemudian ditambahkan 2 butir tablet Kjeldahl mengandung K 2 SO 4 dan CuSO 4 , 20 ml asam sulfat pekat, larutan dikocok hingga larut dan didiamkan selama 5 menit. Scrubber cup dipasangkan pada digestion block dan digestion block diletakkan pada FOSS Digestor, kemudian sampel didestruksi selama 3 jam 1 jam pada suhu 200 o C dan 2 jam pada suhu 400 o C. Setelah dingin ditambahkan 50 ml air destilata. Tahap selanjutnya yaitu destilasi dilakukan dengan penambahan natrium hidroksida 40. Gas ammonia yang dihasilkan ditampung dengan menggunakan larutan asam borat 3. Sampel dititrasi menggunakan HCl 0.1 N dan hasil titrasi ditampilkan di layar alat Kjeltech. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama tanpa menggunakan sampel. Adapun perhitungan kadar protein: Protein - 10 dimana: N HCl = normalitas HCl 0.1 N BM = berat molekul protein FK = Faktor konversi untuk susu = 6.38

4. Analisis Statistik

a. Standard Error of Calibration SEC EMEA 2012

Standard Error of Calibration SEC adalah perhitungan statistik yang menghitung perbedaan antara nilai prediksi NIRS dengan nilai hasil pengukuran menggunakan metode konvensional pada tahap kalibrasi. Pada tahap kalibrasi metode spektroskopi NIRS digunakan 23 data dari keseluruhan sampel. SEC 1 menunjukkan model yang semakin baik. Standard Error of Calibration SEC diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: √ ∑ - - 11 dimana: Y lab = nilai hasil analisis metode konvensional Y NIR = nilai hasil analisis metode NIR n = jumlah sampel p = jumlah koefisien faktor 32

b. Standard Error of Cross Validation SECV EMEA 2012

Standard Error of Cross Validation SECV adalah perhitungan statistik yang menghitung perbedaan antara nilai prediksi NIRS dengan nilai hasil pengukuran menggunakan metode konvensional untuk pembuatan validasi silang. Cross Validation merupakan teknik validasi internal yang digunakan untuk optimasimemilih model kalibrasi. Validasi merupakan tahap untuk meyakinkan model kalibrasi yang telah terbentuk. Validasi internal dilakukan dengan melakukan sampling ulang data statistik secara acak 13 data dari keseluruhan sampel yang digunakan untuk kalibrasi dan diberlakukan berbagai macam proses statistik untuk mengidentifikasi model kalibrasi dilakukan oleh software yang sesuai dengan data yang ada EMEA 2012. SECV 1 menunjukkan model yang semakin baik. Standard Error of Cross Validation SECV diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: √ ∑ - 12 dimana: Y lab = nilai hasil analisis metode konvensional Y NIR = nilai hasil analisis metode NIR n = jumlah sampel

c. Koefisien Determinasi Kalibrasi R

2 dan Cross Validation 1-VR Wahyono 2010 Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan model menerangkan keragaman nilai peubah tak bebas. Semakin besar nilai R 2 dan 1-VR maka model semakin mampu menerangkan perilaku peubah tidak bebas. Data yang digunakan untuk perhitungan nilai R 2 adalah data yang digunakan untuk perhitungan pada tahap kalibrasi, sedangkan data yang digunakan untuk perhitungan nilai 1-VR adalah data untuk perhitungan validasi silang cross validation. Kisaran nilai R 2 dan 1-VR mulai dari 0 hingga 1 Wahyono 2010. Koefisien determinasi diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Koefisisen Determinasi ∑ - ̅ - ̅ √∑ - ̅ ∑ - ̅ 13 R 2 = 1- SECSD 2 14 1-VR = 1- SECVSD 2 15 dimana: Y lab = nilai hasil analisis metode konvensional Y NIR = nilai hasil analisis metode NIR ̅ = rata-rata hasil analisis metode konvensional ̅ = rata-rata hasil analisis metode NIR R 2 = koefisien determinasi kalibrasi 1-VR = koefisien determinasi cross validation