129
Tabel 54 Tingkat kepemilikan usaha perikanan tangkap di Kota Ambon
No. Nama Desa
Populasi Usaha Perikanan Tangkap
unit Proporsi
Kepemilikan Tingkat
Kepemilikan Bobot
1 Waihaong
37 0,048
sedang 2
2 Seilale
8 0,010
rendah 1
3 Batu Merah
24 0,031
sedang 2
4 Benteng
6 0,008
rendah 1
5 Pandan Kasturi
2 0,003
rendah 1
6 Lateri
51 0,066
sedang 2
7 Urimesing
12 0,016
rendah 1
8 Silale
15 0,020
rendah 1
9 Hunut
10 0,013
rendah 1
10 Negeri Lama
9 0,012
rendah 1
11 Waeheru
6 0,008
rendah 1
12 Wayame
20 0,026
rendah 1
13 Nusaniwe
13 0,017
rendah 1
14 Kilang
15 0,020
rendah 1
15 Leahari
27 0,035
sedang 2
16 Halong
5 0,007
rendah 1
17 Nania
5 0,007
rendah 1
18 Hatiwe Kecil
6 0,008
rendah 1
19 Rutong
18 0,023
rendah 1
20 Naku
27 0,035
sedang 2
21 Hutumuri
139 0,181
tinggi 3
22 Passo
32 0,042
sedang 2
23 Poka
19 0,025
rendah 1
24 Latta
14 0,018
rendah 1
25 Hatiwe Besar
19 0,025
rendah 1
26 Laha
68 0,089
tinggi 3
27 Tawiri
27 0,035
sedang 2
28 Galala
2 0,003
rendah 1
29 Latuhalat
26 0,034
sedang 2
30 Rumah Tiga
37 0,048
sedang 2
31 Hukurilla
54 0,070
sedang 2
32 Amahusu
14 0,018
rendah 1
6.4.2 Kelompok desa berdasarkan tingkat kepemilikan usaha perikanan
tangkap sedang
Desa Waihaong, Waihaong, Batu Merah, Lateri, Leahari, Naku, Passo, Tawiri, Latuhalat, Rumah Tiga, dan Hukurilla merupakan desa pesisir dengan tingkat
kepemilikan usaha tangkap “sedang” Tabel 54. Hal ini karena proposi kepemilikan
130
usaha perikanan tangkap di kesepuluh desa tersebut berada pada kisaran nilai 0,031 – 0,083. Populasi usaha perikanan tangkap di Desa Waihaong, Desa Lateri, Desa
Batu Merah, Desa Leahari, Desa Naku, Desa Passo, Desa Tawiri, Desa Latuhalat, Desa Rumah Tiga, dan Desa Hukurilla berturut-turut 37 unit, 51 unit, 24 unit, 27
unit, 27 unit, 32 unit, 27 unit, 26 unit, 37 unit, dan 54 unit. Sedangkan sebaran jenis usaha perikanan tangkap di kesepuluh desa pesisir tersebut disajikan pada Gambar
6.1.
Gambar 31 Sebaran jenis usaha perikanan tangkap di Desa Waihaong, Desa Lateri, Desa Batu Merah, Desa Leahari, Desa Naku, Desa Passo, Desa Tawiri,
Desa Latuhalat, Desa Rumah Tiga, dan Desa Hukurilla Berdasarkan Gambar 31, sebaran jenis usaha perikanan tangkap di Desa Batu
Merah termasuk merata, yaitu gillnet hanyut 7 unit, gillnet dasar 5 unit, handline 5 unit, dan mini purse seine 7 unit. Hal ini menunjukkan bahwa keempat usaha
perikanan tangkap tersebut telah dapat diterima dengan baik di Desa Batu Merah sehingga memberi banyak alternatif untuk pengembangan. Banyaknya alternatif ini
menjadi pertimbangan positif bagi penetapan kluster Desa Batu Merah. Hal yang sama juga terjadi pada Desa Hukurilla, yaitu gillnet hanyut 14 unit, gillnet dasar 8
unit, handline 18 unit, dan pancing tonda 14 unit. Menurut Campling dan Havice 2007, banyaknya alternatif pengembangan usaha perikanan yang dilakukan akan
131
memudahkan pengembangan pasar produk dan mendukung pengembangan industri perikanan yang dapat memajukan perekonomian wilayah kepulauan. Sedangkan
menurut Zulham 2007, usaha perikanan tangkap harus memerankan fungsi yang saling mendukung satu sama lain untuk memajukan perekonomian daerah.
Desa Passo, Desa Tawiri, dan Desa Rumah Tiga hanya mengembangkan pada satu jenis usaha perikanan tangkap, yaitu masing-masing gillnet hanyut, handline,
dan handline. Gillnet hanyut telah dikembangkan secara turun temurun di Desa Passo, namun dalam beberapa tahun terakhir hasil tangkapan tidak begitu
memuaskan, dimana selisih pendapatan dengan biaya operasional yang relatif rendah, sehingga jika dikeluarkan untuk biaya perawatan terutama mesin kapal
dan penyusutan, perolehan laba sangat kecil, bahkan kemungkinan rugi. Proporsi kepemilikan usaha perikanan tangkap yang cukup baik berkisar
0,031 - 0,083, bobot = 2 di Desa Waihaong, Waihaong, Batu Merah, Lateri, Leahari, Naku, Passo, Tawiri, Latuhalat, Rumah Tiga, dan Hukurilla termasuk
tinggi, memberi peluang kepada desa-desa tersebut untuk masuk masuk Kluster desa 2 - 4 K2 – K4, namun bila melihat lebih jauh tentang status desa dan kelayakan
usahanya, maka ada juga yang dapat masuk kluster lebih rendah, misalnya Kluster desa 5 K5 dan Kluster desa 6 K6. Penggabungan hasil analisis pada akhir bab ini
akan menunjukkan hasil akhir dari pengklusteran setiap desa pesisir tersebut. Menurut Dahuri 2001, setiap kelompokkluster potensi wilayah akan memberi
peran tersendiri bagi pengembangan ekonomi daerah, dan hal ini menjadi penentu maju mundurnya perekonomian wilayah pesisir di daerah tersebut.
6.4.3 Kelompok desa berdasarkan tingkat kepemilikan usaha perikanan