pengkajian faktor determinan dalan penelitian ini, sebagai indikator perkembangan perikanan tangkap berbasis kluster desa di Kota Ambon.
7.3.1 Pengaruh faktor determinan secara bersama-Sama
Pada Bagian 7.2 telah dijelaskan bahwa faktor utama dan menjadi penentu bagi peningkatan BCR usaha perikanan tangkap pada desa kluster di Kota Ambon
terdiri dari kondisi teknis UPT, kondisi fisik desa, kondisi sosial budaya, dan ekologi desa. Keempat faktor ini merupakan konstruk komponen utama dari
model yang dikembangkan pada Gambar 7.1 dan semuanya mempunyai link terhadap BCR UPT. Analisis menyimpulkan bahwa hanya tiga diantara keempat
faktor tersebut yang siginifikan: faktor sosial-budaya disimpulkan tidak signifikan terhadap BCR Tabel 63 dan Lampiran 87.
Tabel 63 Hasil analisis koefisien pengaruh dan probabilitas komponen utama terhadap BCR
Faktor KP
S.E. C.R.
P
Faktor Teknis UPT 0.779
0.103 7.53
0.000 Faktor Kondisi Fisik Desa
-1.347 0.645
12,064 0.037
Faktor Sosial Budaya -329.224 7471.976
-0.044 0.965
Faktor Ekologi Desa 0.334
0.069 4.832
0.000 Pengaruh faktor teknis UPT yang signifikan, menunjukkan bahwa perbaikan
atau pengembangan faktor teknis penangkapan akan secara nyata meningkatkan kinerja BCR usaha perikanan tangkap UPT pada di desa kluster di Kota Ambon.
Secara khusus, pengaruh faktor teknis ini didukung oleh dimensi alat tangkap, dan dimensi teknologimetode operasi Tabel 58. Hal ini juga memberi petunjuk bahwa
jenis perbaikan faktor teknis penangkapan perlu dikembangkan di desa peisir Kota Ambon. Perbaikan alat tangkap dapat dilakukan untuk semua kluster desa 1 – 6 K1
– K6, sedangkan perbaikan teknologi dan metode operasi penangkapan ikan perlu dilakukan di desa berstatus mina mula di kluster 4-5 K4-K5 dan desa dengan UPT
BCR rendah 1,50 di kluster 6 K6. Faktor kondisi fisik desa juga memegang peranan penting dalam
pengembangan kluster desa dan peningkatan BCR usaha perikanan tangkap. Seperti disebutkan sebelumnya, kondisi fisik akan menentukan jenis sumberdaya
alam terutama ikan yang bisa dimanfaatkan, menentukan kesiapan infrastruktur
dalam mendukung berbagai usaha perikanan tangkap yang dikembangkan desa kluster, dan arahan penting bagi pengembangan kebijakan perikanan pada desa
kluster. Semua komponen tersebut dibutuhkan untuk mendukung desa secara fisik dalam peningkatan kinerja usaha perikanan perikanan tangkap BCR UPT. Namun
yang terjadi di Kota Ambon masih sebaliknya, yaitu faktor kondisi fisik desa cenderung berpengaruh negatif terhadap peningkatan BCR UPT, yaitu dengan
koefisien pengaruh KP -1,35 Tabel 7.7. Hal ini memberi indikasi bahwa kondisi fisik desa masih belum mendukung pengembangan desa kluster dengan basis
aktivitas utama pada bidang perikanan tangkap, dan ini dapat dipercaya karena mempunyai nilai probabilitas p 0,05, yaitu 0,037.
P
engaruh positif signifikan dimensi topografi dan demografi desa X21 dan potensi sumberdaya alam desa X22 Tabel 7.3 belum berkontribusi besar bagi
kesiapan fisik desa, karena pengaruh faktor fisik desa yang masih negatif KP = - 1,35. Karena itu, kedua dimensi yang berpengaruh positif signifikan tersebut perlu
terus dikembangkan atau dipertahankan, sehingga desa kluster dalam kesiapan penuh untuk mendukung peningkatan BCR UPT. Pembenahan terkait dimensi
topografi dan demografi perlu terus dilakukan di desa kluster 5-6 K5-6 terutama yang status mina mula karena topografi desa yang umumnya terjal di pinggir
gunung dan penduduknya jarang. Sementara itu, untuk potensi SDA perlu dikembangkan di kluster 1 – 3 K1-K3, terutama pada desa-desa yang berada di
Teluk Ambon dan Teluk Ambon Dalam, karena aktivitas penangkapan ikannya relatif padat.
Faktor sosial budaya mempengaruhi secara negatif BCR dengan koefisien pengaruh KP -329,22, namun demikian pengaruh negatif tersebut bersifat tidak
signifikan karena mempunyai nilai probabilitas p 0,05, yaitu 0,965. Hal ini memberi gambaran bahwa maju tidaknya usaha perikanan tangkap tidak
dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya masyarakat pada desa kluster di Kota Ambon.
Faktor ekologi desa berpengaruh positif signifikan bagi peningkatan BCR UPT yang ditunjukkan oleh koefisien pengaruh KP 0,334 dan probabilitas p
0,000 Tabel 60. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan tiga dimensi pemukiman, pengendalian pencemaran, dan ekosistem terumbu karang telah berhasil
mempersiapkan secara ekologi untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap
termasuk dalam meningkatkan nilai BCR-nya. Dari tiga dimensi tersebut, kondisi pemukiman dan pengendalian pencemaran merupakan dimensi yang signifikan
Tabel 58 memberikan dukungan bagi kesiapan ekologi desa kluster di Kota Ambon, sehingga perlu menjadi perhatian penting. Pemukiman perlu terus dibenahi
di desa kluster yang belum mapan K5 dan K6, terutama yang kepadatan penduduknya rendah atau masih berstatus mina mula, sedangkan di desa kluster 1-4
K1-K4 tinggal dipertahankan. Khusus dimensi pengendalian pencemaran perlu ditingkatkan di desa pesisir yang aktivitas perikanannya padat, berstatus mina
mandiri, dan dekat jalur bisnis di kluster 1-2 K1 K2.
7.3.2 Rumusan faktor determinan untuk setiap kluster desa