95
Tabel 36 Penerimaan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Nusaniwe
No Nama
Desa Penerimaan Rptahun
Gillnet Hanyut
Gillnet Dasar
Handline Pancing
Tonda Purse
Seine
1 Latuhalat
- -
44.100.000 386.568.000 500.040.000 2
Seilale 38.880.000 20.880.000
7.650.000 -
- 3
Amahusu -
- -
43.200.000 -
4 Nusaniwe
57.600.000 -
- 81.000.000
- 5
Benteng 38.880.000 230.400.000
8.550.000 -
- 6
Urimesing -
- -
338.220.000 144.000.000 7
Waihaong 80.434.140
27.000.000 -
76.500.000 897.600.000 8
Silale 38.880.000
- 8.550.000
- 162.000.000
Dari segi kuantitas, penerimaan handline dan gillnet ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pancing tonda dan purse seine, namun untuk keberlanjutan
usaha perikanan, handline dan gillnet baik karena lebih mudah memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama pada musim ikan sepi paceklik. Menurut Wilson 1999,
kondisi produksi yang lesu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan akan lebih terasa pada usaha perikanan skala besar yang menggunakan banyak faktor produksi
yang berasal dari luar lokasi usaha, terutama BBM solar, minyak tanah, bensin, oli, dan es balok.
5.4 Keuntungan Usaha Perikanan Tangkap
Keuntungan menjadi perhatian penting bagi usaha yang dijalankan secara komersial, termasuk usaha perikanan tangkap di desa-desa pesisir di Kota Ambon.
Keuntunganlaba usaha merupakan ukuran umum untuk menentukan apakah suatu usaha memberikan manfaat yang layak atau tidak bagi bagi pelakunya. Keuntungan
usaha perikanan tangkap dapat dilihat dari dua sisi, yaitu jumlah uang yang didapat oleh pelaku baik pemilik dan ABK sebelum dikurangi semua biaya operasi non
personil sebelum bagian ABK diberikan dan jumlah uang yang didapat oleh pemilik setelah semua biaya operasi termasuk bagian dari ABK, selama usaha
perikanan berlangsung dengan menggunakan satu jenis alat tangkap. Bagian untuk ABK bervariasi untuk setiap alat tangkap dan juga berbeda di setiap desa, tetapi
yang umumnya ialah untuk gillnet dan bagan, pemilik mendapat sepertiga bagian, dan sisanya dua per tiga bagian dibagi merata antara ABK, termasuk juga jika
pemilik ikut serta dalam operasi penangkapan. Untuk purse seine dan pole and line serta penangkapan tuna, umumnya pemilik mendapat setengah bagian dan ABK
mendapat setengah bagian. Dengan demikian, keuntungan atau laba dari
96
pengoperasian suatu alat tangkap untuk pemilik atau usaha perikanan tangkap diperoleh dari penerimaan hasil penjualan dikurangi biaya operasional dan bagian
ABK. Untuk kepentingan pengembangan usaha perikanan tangkap dalam penelitian ini, keuntungan yang diterima oleh pemilik menjadi fokus pembahasan dalam
perhitungan BCR. Hal ini karena pengembangan usaha perikanan tangkap, seperti perbaikan kapal, pengadaan alat tangkap baru, dan mesin baru menjadi tanggung
jawab pemilik, sehingga untuk keberlanjutannnya kemampuan pemilik untuk menyisihkan sebagai dari penerimaan usahanya menjadi sangat penting. Konsep
perhitungan keuntungan yang digunakan dalam penelitian ini, ialah total jumlah keuntungan atau laba operasi dari tiap atat tangkap selama alat tanggap tersebut
digunakan. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini ialah 10 tahun. Tabel 37 - 41 menyajikan hasil analisis keuntungan usaha perikanan tangkap yang dapat
diterima nelayan pemilik usaha di Kota Ambon setiap tahun atau pada tahun 2010. Tabel 37 Keuntungan usaha perikanan tangkap per tahun
di Kecamatan Leitimur Selatan
No Nama
Desa Bagan
Gillnet Hanyut
Gillnet Dasar
Handline Pancing
Tonda Pole and
Line Purse Seine
UP Tuna
1 Naku
- 25.488.200
- 35.072.200
45.173.400 -
- -
2 Kilang
- 33.294.500
- 9.587.170
- -
- 13.070.000
3 Hukurilla
- 24.764.450 17.566.300
30.781.920 20.521.620
- -
- 4
Hutumuri 140.880.000 34.040.830 25.195.000
24.178.920 373.184.700
127.062.000 -
- 5
Rutong -
33.154.000 16.556.000 15.091.000
22.376.670 -
- -
6 Leahari
- 60.077.000 18.662.400
32.356.700 33.924.110
- 176.626.660
-
Berdasarkan Tabel 37, keuntungan yang didapat oleh nelayan pemilik dari usaha perikanan tangkap di Kecamatan Leitimur Selatan cukup baik, kecuali untuk
usaha penangkapan tuna. Bila dikalkulasikan, usaha penangkapan tuna di Desa Kilang mengalami kerugian dalam operasinya. Kerugian tersebut terjadi karena
biaya operasionalnya yang besar dari penerimaannya. Biaya operasional penangkapan tuna di Kilang disebabkan biaya pengadaan BBM yang mencapai 84
dari total biaya operasionalnya. Dutton 1998 menyatakan bahwa usaha perikanan dengan biaya operasional
tinggi perlu dihindari karena dapat menganggu konsentrasi personil pelaku yang secara jangka panjang dapat memicu konflik pengelolaan di masyarakat nelayan.
Nelayan pemilik perlu dibina dan dibantu untuk mengembangkan usaha perikanan yang lebih menguntungkan. Dalam skala besar, bagan, pole and line, dan purse seine
dapat menjadi alternatif, sedangkan dalam skala kecil handline sangat menjanjikan.
97
Namun untuk lebih baiknya dapat dipilih yang nilai BCR-nya paling tinggi Bagian 5.5. Nilai BCR ini menunjukkan tingkat perimbangan penerimaan dengan
pembiayaan, yang mana bila nilai BCR tinggi berarti selisih penerimaan dengan pembiayaan tinggi.
Untuk Kecamatan Teluk Ambon Dalam, semua usaha perikanan yang dikembangkan di desa-desa pesisir memperoleh keuntungan. Purse seine dan
pancing tonda mempunyai keuntungan paling besar, karena pengusahaannya dilakukan dalam skala besar. Usaha perikanan purse seine di Desa Laha dan Desa
Hative Besar mencatat keuntungan tertinggi. Ruddle, et. al 1992 menyatakan bahwa usaha perikanan dengan skala besar akan dapat memberikan keuntungan
dalam jumlah besar bila dikelola dengan baik, namun untuk kepentingan pengembangan, jumlah keuntungan tersebut perlu dibandingkan dengan besarnya
investasinya. Keuntungan yang relatif besar namun tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk kelanjutan investasi dan operasional biasanya tidak akan bertahan
lama di suatu kawasan. Perimbangan penerimaan dan biaya operasional yang dianalisis pada Bagian 5.5 akan memperjelas hal ini.
Tabel 38 Keuntungan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Teluk Ambon
No Nama Desa
Gillnet Hanyut
Handline Ketinting
Pancing Tonda
Purse Seine
1 Laha
- 28.143.770
19.037.240 242.078.630
440.808.000 2
Tawiri -
24.536.390 -
- -
3 Hatiwe Besar
- 6.914.910
- -
390.225.400 4
Wayame -
- -
21.204.250 -
5 Rumah Tiga
- 21.447.600
- -
- 6
Waeheru -
36.210.920 -
- -
7 Poka
56.959.750 -
- -
- 8
Hunut -
41.732.500 -
- -
Gillnet hanyut mempunyai keuntungan yang sedikit lebih rendah selama periode operasinya, namun termasuk cukup baik karena skala pengusahaannya
hanya menengah ke bawah. Handline yang biasa diusahakan dalam skala kecil biasanya dilakukan sendiri oleh nelayan pemilik, mempunyai keuntungan cukup
baik dalam operasinya. Bila dihubungkan dengan kepentingan pengembangan, maka handline ini lebih dapat menjamin karena dari pemantauan lapang, operasi
penangkapan ikan untuk handline ini menggunakan kapal perahu kecil, tanpa
98
mesin, dan alat tangkap pancing tangan sederhana. Karena itu, akan lebih baik jika nelayan perorangan mengusahakan alat tangkap ini meskipun keuntungan usaha
tidak terlalu besar. Untuk Kecamatan Teluk Ambon Baguala, usaha perikanan pole and line,
bagan dan payang merupakan usaha perikanan tangkap yang memberi keuntungan besar bagi nelayan pemilik di desa-desa pesisir di Kota Ambon. Berdasarkan Tabel
39, usaha perikanan pole and line mendatangkan keuntungan yang tinggi dalam pengoperasiannya, demikian juga untuk bagan dan payang.
Tabel 39 Keuntungan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Baguala
No Nama Desa
Bagan Gillnet Hanyut
Handline Payang
Pole and Line
Redi
1 Nania
- -
- 769.294.800
- -
2 Negeri Lama
- 32.573.330
- -
- 10.314.200
3 Passo
- 22.811.200
- -
- -
4 Lateri
133.412.250 32.529.700
23.934.010 -
945.480.380 114.275.300
5 Halong
- 32.573.330
- -
673.769.000 46.350.000
6 Latta
- 5.216.590
65.405.100 -
- -
Bila dibandingkan usaha perikanan lainnya, usaha perikanan pole and line termasuk yang paling tinggi keuntungannya. Kondisi ini tidak hanya terjadi di
Kecamatan Leitimur Selatan Tabel 37, tetapi juga pada Kecamatan Teluk Ambon Baguala Tabel 39 dan di Kecamatan Sirimau Tabel 40. Karena itu, pole and line
ini dapat menjadi acuan atau referensi bagi pengembangan usaha perikanan tangkap skala menengah dan besar. Nelayan dengan modal berlebih dapat menjadi pole and
line ini sebagai tujuan bisnis di bidang perikanan. Tabel 40 Keuntungan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Sirimau
No Nama Desa
Gillnet Hanyut
Gillnet Dasar
Handline Pole and
Line Purse Seine
1 Batu Merah
57.258.360 5.450.000
4.610.000 -
42.696.250 2
Pandan Kasturi
12.535.000 -
- -
- 3
Hatiwe Kecil -
- -
574.307.500 -
4 Galala
11.722.000 -
- 138.976.270
-
Namun demikian, hal ini perlu pengecekan silang juga terkait dengan perimbangan penerimaan dengan pembiayaan yang dikeluarkan selama menjalankan
usaha perikanan tangkap ini. Analisis BCR pada Bagian 5.5 akan memberi arahan terkait hal ini, sehingga usaha perikanan tangkap tersebut tidak putus ditengah jalan.
Menurut Evelyn 1989, usaha perikanan terutama yang skala besar perlu menjalin
99
kerjasama dengan pemilik modal, sehingga tidak mengalami kesulitan baik terkait operasional usaha maupun kemungkinan pengembangan usaha. Keuntungan usaha
yang didapat biasanya sulit untuk membantu pengembangan, disamping karena biaya yang dibutuhkan besar,juga karena modal usaha tidak tersediadisimpan cash
dalam jumlah besar. Dari segi pembiayaan, gillnet hanyut merupakan usaha ideal yang bisa dikembangkan di Kecamatan Sirimau, karena keuntungannya juga cukup
baik Tabel 40, sementara biaya investasi dan operasional tidak sebesar pole and line. Namun demikian, kondisi ini sangat tergantung dari kelayakan usaha tersebut
dalam realisasinya di lapangan, dan Bagian 5.5 akan menjelas hal ini. Tabel 41 Keuntungan usaha perikanan tangkap per tahun di Kecamatan Nusaniwe
No Nama
Desa Gillnet
Hanyut Gillnet
Dasar Handline
Pancing Tonda
Purse Seine
1 Latuhalat
- -
28.760.640 142.026.610
145.773.400 2
Seilale 22.618.120
16.270.000 -
- 3
Amahusu -
- -
9.521.500 -
4 Nusaniwe
30.471.660 -
- 29.776.500
- 5
Benteng 15.792.000
143.952.700 4.227.600
- -
6 Urimesing
- -
- 87.880.000
28.622.000 7
Waihaong 50.992.200
14.725.000 -
21.251501. 352.800.000
8 Silale
3.222.000 -
4.560.000 -
7.015.000
Sebagaimana di kecamatan lainnya, usaha perikanan tangkap di Kecamatan Nusaniwe Tabel 41, juga mempunyai keuntungan yang baik, dan kerugian hanya
terjadi pada usaha perikanan purse seine di Desa Urimesing. Hasil survai lapang menunjukkan hal ini lebih disebabkan oleh manajemen operasional yang kurang
baik pada usaha perikanan tangkap ini, dimana SDM yang terlibat tidak cukup terampil, sedangkan pemiliknya tidak menangani sendiri usahanya tetapi diserahkan
kepada orang lain yang kurang berpengalaman. Hasil pengamatan lapang, mencatat bahwa ABK yang terlibat pada usaha perikanan skala besar di Kota Ambon
umumnya berasal dari keluarga nelayan miskin dan rendah tingkat pendidikannya. Untuk memperbaiki kinerja mereka, maka perlu diberi pembinaan lebih misalnya
melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi terkait di Kota Ambon, mengadakan pertemuan rutin ABK, dan lainnya. Bila dilihat dari skala
pengusahaannya, maka usaha perikanan gillnet hanyut, gillnet dasar, dan handline juga mempunyai keuntungan cukup baik di Kecamatan Nusaniwe. Namun untuk
mengetahui dukungan dalam rangka keberlanjutan pengembangannya di masa datang sangat tergantung pada kelayakan usaha tersebut secara finansial. Bagian 5.5
100
akan menjelaskan hal ini yang didasarkan pada hasil analisis BCR sebagai parameter utama penelitian ini yang membandingkan tingkat penerimaan dan pengeluaran
usaha perikanan tangkap termasuk pada kondisi suku bunga yang berubah-ubah.
5.5 Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Ambon