Kesimpulan Model pengembangan industri perikanan tangkap berbasis kluster desa di Kota Ambon

9 KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Penelitian tentang model pengembangan industri perikanan tangkap di desa- desa pesisir Kota Ambon ini menghasilkan beberapa kesimpulan tersebut di bawah ini. 1 Berdasarkan keberadaan usaha perikanan, sarana penunjang usaha perikanan, dan kondisi sosial-budaya, sebanyak 30 dari 32 desa pesisir yang ada berstatus mina mandiri, yaitu status desa yang diklasifikasi sebagai desa yang cukup maju. Dua desa lainnya berstatus mina mula atau setara dengan status desa swakarya menurut kriteria yang ditetapkan BPS. Sebaliknya, tidak adanya satu desa pun berstatus mina politan, yaitu desa pesisir yang sudah sangat maju. Status desa pesisir di Kota Ambon yang relatif maju dan kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kota Ambon yang termasuk tinggi yakni sebesar 17 ternyata tidak dibarengi oleh kesejahtaeraan masyarakat yang setimpal. 2 Tingginya tingkat kemiskinan desa dan kelurahan pesisir di Kota Ambon, tidak disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan, tetapi disebabkan oleh faktor-faktor lain. Kesimpulan ini didasarkan atas fakta bahwa secara rata-rata orang yang bekerja di sektor perikanan kurang dari 3 dari seluruh pekerja di Kota Ambon, dan secara makro ekonomi dengan kontribusi PDRB sektor perikanan yang cukup dominan, maka pendapatan per kapita rumah tangga perikanan juga tinggi. 3 Semua jenis usaha penangkapan ikan, baik yang berada di desa berstatus maju atau sedang, adalah layak secara ekonomi untuk dikelola. Mempertimbangkan kelayakan tersebut dan status desa beserta faktor aksesibilitas terhadap jaringan bisnis usaha perikanan tangkap, dan proporsi kepemilikan usaha perikanan tangkap, yang menjadi teori yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka ada 9 kategori atau kluster desa. Namun, sesuai dengan data lapang, maka ke 32 desa di Kota Ambon, hanya dapat dibedakan menjadi 6 kategori atau 6 kluster desa. 4 Faktor determinan yang paling umum dijumpai di antara 6 kluster desa di atas adalah faktor-faktor potensi sumber daya ikan, akomodasi perangkat hukum, dan dukungan teknologi, merupakan faktor determinan pada empat kluster. Tiga faktor lainnya hanya berlaku di satu hingga tiga kluster, yaitu faktor-faktor dukungan infrastruktur, pasar prospektif, dan persaingan sehat. 191 5 Strategi kebijakan untuk pengembangan perikanan tangkap berbasis kluster desa di Kota Ambon yang paling penting dengan prioritas pertama adalah pembinaan SDM berbasis kinerja kluster. 6 Pengembangan perikanan tangkap untuk nelayan pesisir yang efektif dan tepat sasaran, hanya dapat dilakukan jika didasari oleh suatu proses analisis kondisi obyektif kawasan pesisir, serta perumusan kebijakan yang berbasis pada kebutuhan setiap kawasan. Karena itu, klusterisasi kawasan seperti yang dikembangkan dan dibahas dalam penelitian merupakan suatu hal yang penting. Dengan klusterisasi, maka pendekatan keseragaman program pengembangan yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan setempat dapat dihindari, sehingga ada jaminan keberhasilan program pengembangan. Model pengembangan industri perikanan tangkap berbasis kluster desa di Kota Ambon yang dikembangkan dalam penelitian ini diberi nama Model Manggurebe Maju.

9.2 Saran