Kepentingan kriteria teknis untuk pengembangan kluster desa

166 bisnis, dan tingkat kepemilikan UPT hanya berkontribusi sedang bobot maksimal 2. Menurut Dahuri 2001, sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di daerah pesisir, dan bila sebagian besar pendukung kegiatan perikanan tersedia atau dapat dipenuhi, maka besar kemungkinan daerah pesisir tersebut berkembang lebih maju. Gambar 35 Akumulasi perbandingan berpasangan di antara desa kluster Desa kluster 2 dan 5 mempunyai kepentingan yang biasa-biasa saja terkait pengembangan perikanan tangkap berbasis desa kluster di Kota Ambon. Hal ini bisa jadi karena kelompok desa pesisir yang masuk kluster ini umumnya tidak mempunyai karakterasitik terlalu kontrasmencolok baik yang sifatnya sangat berperan maupun sangat tertinggal dalam mendukung pengembangan perikanan tangkap. Hamdan, et. al 2006 dalam penelitian di Indramayu menyatakan bahwa kebijakan perikanan haruslah dapat melindungi usaha perikanan tangkap yang berkontribusi besar bagi pembangunan sambil terus membina usaha perikanan tangkap yang kondisinya terpuruk

8.2.2 Kepentingan kriteria teknis untuk pengembangan kluster desa

Pada bagian sebelumnya telah diidentifikasi enam kriteria teknis yang digunakan dalam penentuan kebijakan perikanan tangkap berbasis kluster desa di Kota Ambon. Untuk kemudahan penggunaan analisis kebijakan dengan menggunakan AHP, maka keenam kriteria teknis tersebut perlu ditulis lebih 167 sederhanasingkat 6 karakter. Adapun kriteria teknis tersebut dan singkatannya, adalah : 1 Potensi sumberdaya ikan: SDI 2 Perangkat hukum: HUKUM 3 Dukungan teknologi: TEKNOLOG 4 Dukungan infrastruktur: INFRASTR 5 Pasar prospektif: PASAR 6 Persaingan sehat: SAING Selanjutnya akan dibahas kepentingan kriteria pengembangan per setiap kluster, dan akhirnya akan dibuat suatu formulasi kepentingan kriteria pengembangan semua kluster desa, dalam bentuk sebuah tabel yang menggambarkan resume 3 kriteria tertinggi yang penting dari tiap kluster. Di antara enam kriteria teknis pengembangan yang ada, potensi sumberdaya ikan dan dukungan teknologi merupakan dua kriteria teknis paling penting yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Kluster desa 1 Gambar 36. Perhatian pada SDI dan TEKNOLOG ini dapat dipahami karena usaha perikanan tangkap dengan BCR tinggi, status desa yang mapan mina mandiri, dan jarak yang dekat dengan jalur bisnis perikanan di desa kluster 1 ini Batu Merah tidak akan berarti, bila potensi sumberdaya ikan tidak tersedia secara memadai dan teknologi yang dikembangkan tidak handal dan tidak ramah lingkungan. Perhatian terhadap kriteria SDI dapat mengakomodir kepentingan faktor determinan ekologi desa Bab 7. Hal ini karena kriteria SDI menekankan pentingnya pelestarian sumberdaya ikan, dimana semua kegiatan yang dapat mengganggu termasuk pencemaran perairan dan pengrusakan terumbu karang akan menjadi fokus penanganan pada strategi terpilih, sedangkan pengendalian pencemaran dan kerusakan terumbu karang merupakan dimensi dari faktor ekologi desa. Hal yang sama untuk teknologi, dimana kondisi teknis UPT di Kluster desa 1 umumnya sudah baik, sehingga menjadi hal penting untuk diperhatikan dan dipertahankan. 168 Gambar 36 Hasil analisis kepentingan kriteria teknis pengembangan dalam mendukung desa kluster 1 Kluster desa 1 tidak banyak membutuhkan dukungan infrastruktur lagi, karena infrastruktur yang ada sudah lebih dari cukup untuk mendukung kelangsungan kegiatan perikanan tangkap. Widodo et al. 1998 menyatakan potensi stok sumberdaya ikan penting bagi keberlanjutan usaha perikanan dan teknologi penangkapan yang digunakan akan menentukan kelangsungan stok tersebut di perairan. Dalam kaitan ini, maka kebijakan pengembangan perikanan yang dipilih harus dapat mengakomodir kondisi ini, sehingga pelaksanaan kebijakan releven dengan kebutuhan desa kluster dan juga tidak bertentangan dengan kebijakan yang lebih tinggi. Kriteria teknis pengembangan yang penting diperhatikan untuk Kluster desa 1 bisa sama atau berbeda dengan kluster desa lainnya, tergantung pada karakteristik usaha perikanan tangkap, status pengelolaanstatus desa perikanan, dan tingkat kepemilikan usaha perikanan tangkap. Kluster desa 2 memiliki kemiripan karakteristik dengan Kluster desa 1, sehingga kriteria teknis pengembangan yang diperhatikan juga sama, namun dengan tingkat kepentingan yang agak berbeda. Potensi sumberdaya ikan SDI dan dukungan teknologi TEKNOLOGI merupakan dua kriteria teknis paling penting untuk mendukung pengembangan Kluster desa 2 Gambar 37. Menurut Nomura dan Yamazaki 1975, perbedaan teknis dalam penanganan usaha akan mempengaruhi tingkat interest terhadap kriteria yang diharapkan dari suatu kebijakan pengembangan perikanan. 169 Gambar 37 Hasil analisis kepentingan kriteria teknis pengembangan dalam mendukung desa kluster 2 Kluster desa 2 juga masih perlu pengembangan terkait faktor ekologi desa dan faktor teknis UPT. Pengembangan faktor ekologi yang dibutuhkan yaitu terkait pengendalian pencemaran dan pencegahan kerusakan terumbu karang karena dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan. Karena itu, cukup wajar bila perhatian terhadap kriteria SDI menjadi penekanan penting dalam memanjukan perikanan tangkap di Kluster desa 2. Kriteria teknologi juga demikian, dimana teknologi alat tangkap dan metode operasi sudah berkembang baik di Kluster desa 2 seperti Kluster desa 1, sehingga sangat penting untuk diperhatikan dan dipertahankan. Gambar 38 Hasil analisis kepentingan kriteria teknis pengembangan dalam mendukung desa kluster 3 170 Kriteria teknis yang penting bagi Kluster desa 3 terkait pengembangan perikanan tangkap di Kota Ambon adalah perangkat hukum, dukungan teknologi, dan tersedianya pasar prospektif. Hal cukup wajar, karena desa pesisir yang masuk kluster ini umumnya berstatus mina mandiri, nilai BCR tinggi atau sedang, namun kinerja dan tingkat kepemilikan usaha perikanan tangkapnya biasa-biasa saja. Penegakan hukum dibutuhkan bisa jadi untuk pengelolaan usaha yang lebih transparan dan tidak ada monopoli harga. Dukungan teknologi dibutuhkan untuk peningkatan kinerja operasi penangkapan usaha-usaha perikanan tangkap di desa- desa ini, agar dapat masuk ke pasar yang lebih prospektif. Pada Kluster desa 3 masih banyak terdapat usaha perikanan tangkap kecil dengan metode operasi sederhana faktor determinan teknis UPT, kontinyuitas dan pengembalian investasi rendah faktor determinan BCR. Perhatian terhadap kriteria teknologi dan pasar prospektif dapat membantu usaha perikanan di kluster 3 ini mengembangkan teknologi alat tangkap dan metode operasi serta menjamin kontinyuitas pasar produk perikanan yang dihasilkannya. Oleh karena itu, perhatian penting terhadap perangkat hukum, dukungan teknologi, dan tersedianya pasar prospektif Gambar 35 sangat revelan dengan kondisi yang terjadi pada Kluster desa 3. Kriteria teknis yang dianggap penting untuk Kluster desa 4 adalah perangkat hukum dan dukungan teknologi, serta potensi sumber daya ikan Gambar 39. Pilihan tersebut menunjukkan bahwa kepentingan dan kebutuhan kluster desa ini berorientasi pada penekanan utama pada penegakan hukum dan pengembangan teknologi perikanan, serta potensi sumber daya ikan. Hal ini bisa jadi karena pelaku perikanan di desa pesisir yang masuk Kluster desa 4 ini masih melihat kemungkinan adanya ketidakadilan dan mereka merasa belum dilindungi oleh perangkat hukum yang ada. Hasil analisis faktor determinan pada Bab 7 juga menunjukkan Kluster desa 4 masih perlu pengembangan pada teknologi alat tangkap faktor determinan teknis UPT, karena masih banyak UPT dengan BCR rendah 1,50 di desa kluster tersebut. Teknologi alat tangkap yang sederhana dan masih bersifat tradisional mengurangai kehandalan UPT tersebut dalam melakukan operasi penangkapan ikan, sehingga keuntungan dan BCR-nya juga rendah. 171 Gambar 39 Hasil analisis kepentingan kriteria teknis pengembangan dalam mendukung desa kluster 4 Dukungan infrastruktur dan akomodasi perangkat hukum dan potensi sumber daya ikan menjadi kriteria teknis yang dianggap penting untuk diperhatikan oleh pelaku perikanan di desa pesisir yang masuk Kluster desa 5 Gambar 40. Desa-desa yang masuk dalam Kluster desa 5, adalah Seilale, Wayame, Kilang, dan Rutong, umumnya tidak memiliki sarana pendukung perikanan tangkap yang memadai. Gambar 40 Hasil analisis kepentingan kriteria teknis pengembangan dalam mendukung desa kluster 5 172 Kluster desa 5 bersama Kluster desa 6 masih butuh banyak pengembangan yang berkaitan dengan fisik desa. Hal ini karena desa yang masuk Kluster desa 5 ini umumnya kurang sarana pendukung untuk pengembangan perikanan tangkap. Selain itu, jarak dengan jalur bisnis tidak ada yang dekat, teknologi penangkapan ikan kurang berkembang, serta tingkat kepemilikan usaha perikanan tangkap umumnya rendah. Dahuri 2003 menyatakan dalam orasinya bahwa kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan haruslah berorientasi pada kebutuhan dan kepentingan nelayan dan masyarakat pesisir. Hal ini penting supaya pembangunan perikanan tersebut berkembang dengan pesat dan masyarakat sekitar ikut merasakan manfaatnya. Gambar 41 Hasil analisis kepentingan kriteria teknis pengembangan dalam mendukung kluster desa 6 Kluster desa 6 menjadikan dukungan pasar prospektif sebagai sebagai kriteria teknis penting dalam pengembangan perikanan tangkap berbasis kluster desa. Desa- desa pesisir yang masuk Kluster desa 6 ini juga memerlukan dukungan infrastruktur dan teknologi dalam pengembangannya. Desa kelurahan pesisir yang masuk Kluster desa 6 ini adalah Hative Besar dan Dusun Seri Desa Urimessing Bab 6. Perhatian yang tinggi terhadap pasar ini bisa jadi karena lokasi desa yang jauh dari jalur distribusi dan pasar ikan yang ada saat ini. Jarak rata-rata Hatiwe Besar dan Urimessing dengan jalur bisnis perikanan masing-masing mencapai 26,5 km dan 29,2 km, sehingga pelaku perikanan di kedua desa pesisir tersebut harus meluangkan 173 waktu khusus untuk menjual ikan hasil tangkapannya ke pasar potensial di pusat kota. Masalah pasar ini relevan dengan hasil analisis faktor determinan Bab 7 Kluster desa 6 membutuhkan pengembangan pada aspek pasar, keuntungan, dan pengembalian investasi. Dimana kondisi tersebut hanya bisa terjadi bila pasar produk selalu tersedia dan tidak ada monopoli harga dalam transaksi. Perbaikan teknologi juga diperlukan di Kluster desa 6 ini, karena masih sedikit perahu bermotor, tingkat kepemilikan usaha perikanan tangkap rendah, dan teknologi penangkapan kurang berkembang. Hasil analisis faktor determinan pada Bab 7 menyatakan bahwa teknologi dan metode operasi penangkapan di Kluster desa 6 harus dikembangkan karena menyebabkan kinerja BCR usaha perikanan tangkap rendah 1,50. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan setiap kluster desa tidak selalu sama. Diantara 6 kriteria teknis yang di pakai, 3 kriteria diantaranya cukup umum ditemukan di 4 kluster. Ketiga kriteria teknis tersebut adalah potensi sumber daya ikan, akomodasi perangkat hukum, dan dukungan teknologi Tabel 65. Perhatian stake holder kepada ketiga faktor tersebut menunjukan adanya kesadaran bahwa potensi sumber daya ikan adalah suatu keharusan agar usaha perikanan dapat berlangsung. Perangkat hukum diperlukan sebagai instrumen tata kelola sumber daya perikanan, dan teknologi adalah faktor penting untuk mewujudkan manfaat ekonomi sumber daya ikan. Hasil analisis ini juga mengungkapkan bahwa infrastruktur adalah sebuah isyu yang diprioritaskan. Hal menarik karena tidak seperti yang biasa dikhawatirkan oleh banyak pihak bahwa pembangunan perikanan memerlukan infrastruktur yang baik. Di Kota Ambon, para stake holder menganggap bahwa infrastruktur yang ada sudah cukup, mungkin karena sudah cukup tersedia atau para stake holder memandang bahwa yang ada saja belum dimanfaatkan secara maksimal. Para pemangku kepentingan juga tidak menganggap adanya masalah dalam persaingan usaha di antara sesama pelaku usaha. Rendahnya keprihatinan terhadap masalah ini, kemungkinan besar disebabkan skala usaha para pemangku kepentingan belum mencapai titik jenuh karena kapasitas terpasang pada unit-unit produktif mereka masih rendah dan belum sampai pada tahap dimana ada kelebihan pasokan ikan. Situasi ini kemungkinan besar juga disebabkan oleh adanya pasokan 174 ikan dari armada-armada pendatang yang menggunakan Kota Ambon sebagai tempat pembongkaran hasil tangkapan. Oleh karena kontribusi armada lokal terhadap pasokan ikan relatif kecil dibanding dengan kebutuhan pasar lokal, sehingga persaingan usaha dianggap masih wajar. Kondisi seperti dapat mengeliminasi konflik yang terjadi antar pelaku usaha perikanan. Hou 1997 menyatakan bahwa konflik antar pelaku pasar merupakan konflik yang paling berdampak terhadap kemajuan usaha perikanan, karena dapat mengganggu mekanisme pasar yang terjadi, dapat tercipta black market, dan menyebabkan kemunduran perekonomian suatu daerah. Selanjutnya, walaupun tidak sepopuler ketiga masalah umum, pasar prospektif merupakan perhatian stake holder dari Kluster desa 1, 3 dan 6. Hal ini kemungkinan disebabkan kepentingan Kluster desa 1 yang relatif lebih maju usaha perikanannya memerlukan prospek pasar yang dimasa yang akan datang untuk menjual hasil tangkapan nya. Sementara itu, di Kluster desa 3 dan 6 yang agak jauh dari jaringan pemasaran, memerlukan waktu dan biaya transport yang lebih besar untuk menjual hasil tangkapan mereka. Hal menarik dari kedua fenomena ini, ialah di kluster tertentu, yaitu baik di kluster desa yang lebih maju Kluster desa 1 maupun di kluster desa yang kurang maju Kluster desa 6, sama-sama memerlukan pasar yang prospektif. Kondisi ini terkonfirmasi dengan aspek sistem persaingan yang tidak begitu penting di hampir semua kluster desa, kecuali di Kluster desa 2. Tabel 65 Tiga pilihan atau kepentingan prioritas kriteria teknis pengembangan perikanan tangkap di tiap kluster desa Kebijakan Kluster Desa 1 2 3 4 5 6 Potensi sumber daya ikan ■ ■ ≠ ■ ■ ≠ Akomodasi perangkat hukum ■ ≠ ■ ■ ■ ≠ Dukungan teknologi ≠ ■ ■ ■ ≠ ■ Dukungan infrastruktur ≠ ≠ ≠ ≠ ■ ■ Pasar prospektif ■ ≠ ■ ≠ ≠ ■ Sistem persaingan sehat ≠ ■ ≠ ≠ ≠ ≠ Keterangan simbol : tanda ■ = pilihan prioritas kebijakan; ≠ = bukan pilihan prioritas kebijakan 175

8.3 Kebijakan Makro Lintas Kluster Pola Implementasi Kebijakan Pengembangan Terpilih