Kelayakan usaha perikanan tangkap di desa pesisir Kecamatan

100 akan menjelaskan hal ini yang didasarkan pada hasil analisis BCR sebagai parameter utama penelitian ini yang membandingkan tingkat penerimaan dan pengeluaran usaha perikanan tangkap termasuk pada kondisi suku bunga yang berubah-ubah.

5.5 Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Ambon

Hasil analisis terkait biaya investasi, biaya operasional, penerimaan, dan keuntungan pada bagian sebelumnya memasukan penting bagi analisis kelayakan menggunakan GeneralTemporal Benefit Cost Ratio BCR terhadap setiap jenis usaha perikanan tangkap armada perikanan yang terdapat pada desa pesisir di Kota Ambon. Menurut Arrow et. al 1996, BCR merupakan paramater untuk mengetahui tingkat perbandingan antara NPV yang bernilai positif dengan NPV yang bernilai negatif pada kondisi suku bunga berbeda pada periode yang berbeda. Terkait dengan dengan ini, maka dalam analisis BCR usaha perikanan tangkap dalam penelitian ini, perubahan suku bunga tersebut menjadi faktor pengoreksi dari penerimaan kini present benefit dan pengeluaran kini present cost yang dilakukan oleh usaha perikanan tangkap selama masa tahun pengoperasiannya.

5.5.1 Kelayakan usaha perikanan tangkap di desa pesisir Kecamatan

Leitimur Selatan Desa Naku, Desa Kilang, Desa Hukurila, Desa Hutumuri, Desa Rutong, dan Desa Leahari merupakan desa-desa pesisir yang terdapat di Kecamatan Leitimur Selatan. Seperti disebutukan sebelumnya, usaha perikanan tangkap yang berkembang di antara desa pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan cukup beragam. Desa Hutumuri merupakan desa pesisir yang paling beragam usaha perikanan tangkapnya, yaitu terdiri dari bagan, gillnet hanyut, gillnet dasar, handline, pancing tonda, dan pole and line. Namun keragaman tersebut tidak menjadi jaminan usaha perikanan tangkap berkembang dengan baik dan memenuhi syarat kelayakan finansial yang ada. Tabel 42 menyajikan hasil analisis BCR setiap usaha perikanan tangkap pada setiap desa pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan. Berdasarkan Tabel 42, ada dua jenis usaha perikanan tangkap dengan nilai BCR tinggi 2,00 di Desa Hutumuri, yaitu handline BCR = 4,34 dan pancing tonda BCR = 2,62. Nilai BCR 2,00 memberi indikasi bahwa usaha perikanan handline dan pancing tonda tidak akan mengalami masalah terutama pembiayaan untuk keberlanjutan usahanya di kemudian hari karena penerimaannya lebih dari dua kali lipat biaya operasional yang dibutuhkan. Menurut Kapp 1990, nilai BCR 101 tinggi harus diupayakan dalam setiap usaha ekonomi sehingga dapat menutupi setiap kebutuhannya, dan pada kondisi ini tingkat kelayakan usaha ekonomi termasuk tinggi. Terkait dengan ini, maka handline dan pancing tonda dapat menjadi usaha perikanan tangkap unggulan di Desa Hutumuri. Tabel 42 Hasil analisis BCR setiap usaha perikanan tangkap pada desa pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan No Nama Desa Nilai BCR Bagan Gillnet Hanyut Gillnet Dasar Handline Pancing Tonda Pole and Line Purse Seine UP Tuna 1 Naku - 1,67 - 5,04 1,37 - - - 2 Kilang - 1,27 - 1.,80 - - - 0,91 3 Hukurilla - 1,57 1,77 6,98 1,43 - - - 4 Hutumuri 1,62 1,81 1,49 4,34 2,62 1,95 - - 5 Rutong - 11,77 1,77 7,84 1,43 - - - 6 Leahari - 1,58 1,52 20,24 1,68 - 1,51 - Untuk Desa Naku dan Desa Kilang, dari tiga usaha perikanan tangkap yang ada, handline merupakan usaha dengan nilai BCR paling tinggi di setiap desa, yaitu dengan nilai BCR 5,04 untuk handline di Desa Naku dan nilai BCR 1,80 untuk handline di Desa Kilang. Terkait dengan ini, maka handline dapat menjadi usaha perikanan tangkap di kedua desa tersebut. Namun demikian, nilai BCR handline di Desa Kilang tidak termasuk tinggi BCR 2,00, sehingga masih dibina dan dikembangkan lanjut. Hal ini penting karena usaha perikanan tangkap telah menjadi andalan masyarakat desa terkait dan bukan tidak mungkin menjadi suplai penting pemasaran perikanan terutama untuk ekspor minimal di tingkat Asia Tenggara. Hadi dan Mardianto 2004 dalam penelitian menyatakan bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia merupakan yang paling tinggi dalam perdagangan di antara negara anggota ASEAN pada beberapa tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah ekspor produk perikanan yang makin membaik terutama dari kawasan Indonesia Timur. Handline juga merupakan usaha perikanan tangkap dengan nilai BCR tinggi di Desa Hukurilla, Desa Rutong dan Desa Desa Leahari. Selain handline, gillnet hanyut juga mempunyai BCR tingggi di Desa Rutong, yaitu sekitar 11,77. Terkait dengan ini, maka usaha perikanan tangkap tersebut dapat menjadi unggulan untuk pengembangan perikanan di setiap desa terkait. Terlepas dari ini, semua usaha perikanan tangkap yang ada di desa pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan termasuk layak dikembangkan, kecuali usaha penangkapan tuna di Desa Kilang. Hal ini karena tingkat penerimaannya sudah 102 melebihi pembiayaan yang harus dikeluarkan selama umur teknis pengoperasiannya, yang ditunjukkan oleh nilai BCR 1,00. Menurut Arrow et al 1996, perbandingan nilai penerimaan benefit dan nilai pengeluaran cost yang cukup siginfikan akan memudahkan pengambilan keputusan bagi pengembangan usaha ekonomi ke depan, meskipun pada kondisi suku bunga yang kurang menentu. Hal ini karena penentuan perimbangan tersebut sudah mempertimbangkan perubahan suku bunga atau nilai mata uang yang terjadi. Benefit-cost ratio yang tinggi lebih menjamin kelanjutan usaha ekonomi di kemudian hari, sehingga upaya pengembangan mudah dilakukan. Usaha perikanan tangkap dengan kelayakan tinggi BCR tinggi di setiap desa sebaiknya dijadikan perhatian pengembangan karena lebih unggul dari memberikan kontribusi bagi nelayan pelaku dan masyarakat desa pesisir secara umum. Tabel 42 menunjukan bahwa handline merupakan alat tangkap yang tingkat kelayakannya lebih tinggi dibanding alat tangkap lainnya hampir di semua desa pesisir Kecamatan Leitimur Selatan, kecuali di Desa Rutong dimana gillnet hanyut adalah alat tangkap yang lebih tinggi kelayakannya. Tingginya tingkat kelayakan handline di hampir seluruh desa di kecamatan ini disebabkan biaya investasi yang relatif kecil dibanding dengan alat tangkap lainnya, karena relatif sederhana dibanding alat tangkap lainnya. Handline di Ambon dan Maluku pada umumnya terdiri dari tali, kail, umpan dan penggulung tali, seperti terlihat pada Gambar 27 dibawah ini. Gambar 27 Alat tangkap handline 5.5.2 Kelayakan usaha perikanan tangkap di desa pesisir Kecamatan Teluk Ambon Dalam Secara umum, usaha perikanan tangkap yang berkembang di desa-desa pesisir di Kecamatan Teluk Ambon Dalam terdiri dari gillnet hanyut, handline, ketininting, pancing tonda, dan purse seine. Bila dibandingkan dengan Kecamatan Leitimur 103 Selatan, maka keragaman usaha perikanan tangkap di Kecamatan Teluk Ambon Dalam tidak terlalu beragam, meskipun jumlah desa pesisirnya banyak. Tabel 43 menyajikan hasil analisis BCR setiap usaha perikanan tangkap pada delapan desa pesisir yang terdapat di Kecamatan Teluk Ambon Dalam. Berdasarkan Tabel 43, semua usaha perikanan tangkap yang dikembangkan pada delapan desa pesisir yang terdapat di Kecamatan Teluk Ambon Dalam mempunyai BCR di atas 1,00. Hal ini menunjukkan bahwa semua usaha perikanan tangkap tersebut layak dikembangkan dimasa yang akan datang secara berkelanjutan. Nilai BCR 1,00 tersebut memberi indikasi bahwa penerimaan yang didapat oleh nelayan dan pelaku perikanan lainya di Kecamatan Teluk Ambon Dalam telah dapat menutupi semua pembiayaan yang dibutuhkan dalam pengoperasian usaha. Karena itu, usaha perikanan tangkap tersebut perlu terus dibina sehingga produktivitas usahanya meningkat dan lebih mandiri. Menurut Lin 1997 usaha ekonomi yang produktivitasnya baik dapat menghembat biaya produksi yang dikeluarkan sehingga harga produk yang ditawarkan ke pasar lebih komptetif. Hal ini sangat mungkin karena BCR yang tinggi dan produktivitas yang meningkat merupakan indikasi dari penerimaan yang semakin lebih baik pada kondisi biaya operasi yang dikeluarkan sama, sehingga terdapat keleluasaan untuk memberi harga yang lebih murah dan bersaing. Tabel 43 Hasil analisis BCR setiap usaha perikanan tangkap pada desa pesisir di Kecamatan Teluk Ambon No Nama Desa N i l a i BCR Gillnet Hanyut Handline Ketinting Pancing Tonda Purse Seine 1 Laha - 14,19 1,63 2,09 1,57 2 Tawiri - 6,70 - - - 3 Hatiwe Besar - 1,22 - - 1,50 4 Wayame - - - 1,76 - 5 Rumah Tiga - 4,85 - - - 6 Waeheru - 9,38 - - - 7 Poka 1,67 - - - - 8 Hunut - 3,04 - - - Bila dilihat satu persatu untuk setiap desa, maka handline dan pancing tonda dapat dijadikan usaha perikanan tangkap unggulan di Desa Laha karena mempunyai nilai BCR yang sangat baik, yaitu masing-masing 14,19 dan 2,09. Untuk Desa Tawiri, Desa Rumah Tiga, Desa Waeheru, dan Desa Hunut, meskipun hanya berkembang handline tetapi usaha perikanan tangkap ini mempunyai nilai BCR 104 tinggi BCR 2,00, sehingga juga menjadi unggulan bagi keempat desa pesisir tersebut. Untuk Desa Hatiwe Besar, tidak ada usaha perikanan perikanan tangkap dengan nilai BCR tinggi meskipun nilai BCR 1,00, tetapi bila harus dipilih sebagai unggulan, maka purse seine akan lebih baik. Berdasarkan nilai BCR tersebut, maka usaha perikanan tangkap di Desa Laha, Desa Tawiri, Desa Rumah Tiga, Kelurahan Waeheru, dan Desa Hunut lebih prospektif untuk dikembangkan. Namun hal ini, sangat tergantung dari dukungan faktor lainnya, seperti status desa, tingkat kepenilikan usaha, kedekatan dengan jalur distribusi dan pemasaran. Nilai BCR dan dukungan faktor tersebut akan menentukan kluster desa terkait pengembangan usaha perikanan tangkap ke depan. Menurut Dahuri 2001, pengembangan usaha perikanan ke depan sangat tergantung pada dukungan infrastruktur dan kesiapan masyarakat pesisir dalam mengelola potensi perikanan yang ada. Jusuf 2005 dalam penelitian disertasinya menyatakan bahwa kesiapan masyarakat pesisir tercermin dari jumlah kepemilikan usaha perikanan, tingkat penguasaan teknologi penangkapan, dan pola interaksi serta kultur mempengaruhi mereka dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Kesiapan tersebut juga terlihat dari respon masyarakat desa pesisir dalam berbagai kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga lainnya. Tabel 43 menunjukan bahwa alat tangkap handline adalah alat tangkap yang tinggi tingkat kelayakannya di kecamatan ini, sama seperti di kecamatan lain. Namun demikian, khusus di Desa Hative Besar, handline malahan yang terendah tingkat kelayakannya dibanding dengan alat tangkap lain yang digunakan nelayan di desa ini. Kajian hasil data lapang menunjukan bahwa penyebab rendahnya tingkat kelayakan alat tangkap handline di Desa Hative Besar disebabkan rendahnya intersitas melaut dari nelayan yang menggunakan alat tangkap ini. Walau demikian, tidak berarti bahwa handline di desa ini tidak menguntungkan, karena dengan BCR yang lebih besar dari 1, menunjukan bahwa alat tangkap ini tetap menguntungkan bagi nelayan di desa ini yang menggunakannya.

5.5.3 Kelayakan usaha perikanan tangkap di desa pesisir Kecamatan