Latar Belakang Model pengembangan industri perikanan tangkap berbasis kluster desa di Kota Ambon

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Ambon terletak di bagian selatan Pulau Ambon, tepatnya di daerah pesisir Teluk Ambon dan Teluk Baguala. Total luas wilayah Kota Ambon sekitar 786 km 2 , terbagi atas luas daratan 377 km 2 48,0 sedangkan luas perairan 4 mil laut sebesar 409,0 km 2 52,0 . Luas daratan Kota Ambon ini hampir separuh dari luas Pulau Ambon dengan garis pantai sepanjang 102,7 km. Kawasan pesisir dan perairan Kota Ambon dihadapkan kepada dinamika laut Banda, terdapat dalam bentuk teluk yang relatif tertutup Teluk Ambon dan yang lebih terbuka Teluk Baguala serta perairan terbuka Pantai Selatan Kota Ambon Gambar 1. Gambar 1 Peta Pulau Ambon Laju pertumbahan penduduk Kota Ambon per tahun cenderung meningkat, yaitu untuk periode 1971-1980 meningkat sekitar 6,02 , untuk periode 1980 - 2000 meningkat sekitar 4,3 , dan untuk periode 2000 – 2010 meningkat rata-rata 5,65. Perkembangan penduduk yang demikian tinggi pertumbuhannya, selain mempunyai dampak negatif, namun berdampak positif terhadap pemasaran hasil tangkapan nelayan. Sebab dengan budaya makan ikan masyarakat di Maluku, termasuk Kota Ambon, berdampak positif terhadap permintaan ikan segar untuk konsumsi rumah tangga, sehingga peluang pasar hasil tangkapan nelayan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk. 2 Kondisi ini menyebabkan pusat-pusat pemukiman baru dalam kota selama beberapa tahun terakhir ini terus bertambah, yang membuat sistem tatanan kota yang semakin kompleks. Selain itu, sebagai dampak pengembangan sarana dan prasarana perhubungan dan transportasi di pulau-pulau sekitar yang terkoneksi dengan Kota Ambon, seperti di PP. Lease, Pulau Seram dan Pulau Buru, mengakibatkan hubungan pusat-pusat pengembangan di pulau-pulau tersebut dengan kawasan belakangnya sudah semakin baik karena adanya jalan-jalan raya, transportasi laut dan penyeberangan, sehingga Kota Ambon menjadi kawasan yang cepat tumbuh, dan Kota Ambon telah berfungsi sebagai pendorong pembangunan daerah sekitarnya. Demikian pula Kota Ambon dengan peran sebagai pusat-pusat jasa pemerintahan, ekonomi, keuangan, dan pintu gerbang transit barang dan jasa maupun orang dari dan keluar Maluku, sehingga perkembangan Kota Ambon dari berbagai aspek cukup dinamik. Dari segi ekonomi, Kota Ambon mengalami perkembangan yang cukup pesat, melebihi kabupatenkota lainnya di Maluku. Hal ini dapat dilihat dari rata- rata pertumbuhan ekonomi setiap tahun dalam lima tahun terakhir, berkisar 5,5 - 7, sedangkan kabupatenkota lain di Maluku rata-rata kurang dari 5 per tahun. Dari segi struktur ekonomi, perekonomian Kota Ambon dalam tiga tahun terakhir 2008-2010 didominasi 3 sektor primer yang memberi kontribusi tertinggi terhadap PDRB, yaitu : 1 Sektor perdagangan dengan kontribusi rata-rata per tahun 28 dengan pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 6 per tahun; 2 Sektor pemerintahan umum dan pertahanan dengan kontribusi rata-rata per tahun 22 dengan pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 6 per tahun; 3 Sektor perikanan dengan kontribusi rata-rata per tahun 17, dengan pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 4,5 per tahun. Kontribusi sektor lainnya terhadap PDRB Kota Ambon rata-rata di bawah 6. Data-data di atas menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian di Kota Ambon. Dengan demikian, sebagai kota pesisir yang memiliki wilayah laut dan dikelilingi oleh laut yang potensial, perikanan dan jasa kelautan dapat menjadi salah satu kontributor penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Untuk itu, sektor perikanan dapat dikembangkan secara 3 maksimal, dan menjadi andalan bagi pengembangan ekonomi di Kota Ambon, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, karena beberapa pertimbangan, yaitu : 1 Perikanan, terutama perikanan tangkap telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Maluku pada umumnya, termasuk juga masyarakat Kota Ambon, terutama dalam pola konsumsi sehari-hari, dimana ikan wajib ada dalam komposisi menu makan sehari-hari. 2 Kota Ambon tidak memiliki sumber daya alam potensial lain selain sumber daya laut 52 dari luas wilayah Kota Ambon, baik wilayah laut yang berada dalam wilayah kewenangan pengelolaan Pemerintah Kota Ambon sepanjang 4 mil dari garis pantai, maupun wilayah laut diatas 4 mil dari pantai. 3 Dalam struktur ekonomi Kota Ambon, sektor perikanan merupakan sektor dominan ketiga dan pertumbuhan per tahun yang relatif stabil dan cukup tinggi. 4 Kota Ambon ditetapkan sebagai salah satu dari 9 kabupatenkota lokasi Program Minapolitan percontohan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. 5 Produksi atau hasil tangkapan nelayan pesisir belum dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal, karena setiap saat kebutuhan pasar lokal mesti dicukupi dengan sebagian hasil tangkapan dari perikanan industri yang beroperasi di perairan laut Maluku, yang hendak diekspor ke luar Ambon. 6 Potensi sumberdaya manusia produktif di desa atau kelurahan pesisir cukup tersedia, karena angkatan kerja produktif banyak yang menganggur Namun demikian, peran sektor perikanan bagi pengembangan ekonomi Kota Ambon tersebut belum diikuti oleh kemampuan pasokan hasil tangkapan nelayan lokal pada pasar potensial yang terus berkembang di Kota Ambon. Selama ini, pemenuhan kebutuhan ikan di pasar lokal selalu dicukupi oleh industri perikanan laut yang berbasis di Kota Ambon. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah Kota Ambon seringkali meminta industri perikanan yang melakukan bongkar-muat ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Ambon maupun Pelabuhan Pendaratan Ikan PPI Erie, agar secara rutin dapat mencukupi permintaan pasar lokal, di samping pasar regional dan ekspor. Kondisi ini tentu sangat disayangkan, karena potensi pasar lokal yang terus meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk, dan tingkat konsumsi ikan per kapita yang tinggi tersebut, tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh nelayan lokal. 4 Selain kegiatan perikanan tangkap, di Kota Ambon juga terdapat kelompok kegiatan sosial ekonomi khas perkotaan yang beraktivitas di laut maupun pesisir pantai, seperti transportasi laut dengan menggunakan perahu tradisional, kapal motor dari kecil sampai kapal-kapal niaga besar maupun aktivitas armada Angkatan Laut yang berpangkalan di dalam Teluk Ambon, maupun armada penyeberangan feri. Terdapat juga kawasan pariwisata pantai, dan kawasan bisnis dan ekonomi lainnya di pesisir pantai Kota Ambon. Dengan kata lain, pesisir Kota Ambon sangat padat dengan berbagai aktivitas ekonomi yang terus meningkat. Kondisi obyektif ini akan terus berkembang sejalan dengan dinamika kemajuan kota, yang akan berdampak pada pemanfaatan kawasan pesisir secara meluas untuk menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Namun demikian, aktivitas ekonomi yang terus meningkat tersebut belum dapat mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi Kota Ambon. Selama ini, aktivitas ekonomi nelayan pesisir sangat sedikit dibawah 3 dibanding dengan jumlah total angkatan kerja. Dilain sisi, tingkat pengangguran cukup tinggi, yaitu sebasar 17,57 BPS Kota Ambon 2010. Berdasarkan gambaran mengenai status perikanan, terutama perikanan tangkap di Kota Ambon, dan perkembangan berbagai sektor ekonomi lainnya, terutama sektor-sektor ekonomi yang khas perkotaan, seperti perdagangan, dan jasa-jasa jasa layanan pemerintahan, jasa keuangan, jasa perhotelan dan restoran, jasa transportasi dan telekomunikasi, serta jasa-jasa modern lainnya, dengan melihat indeks perkembangan PDRB Kota Ambon berdasarkan harga berlaku, selama periode 2008 – 2010 Pendapatan Regional Kota Ambon 2011, sektor perikanan mengalami perkembangan yang stabil, yaitu tiap tahun sekitar 4,5 lebih rendah dari sektor moderen khas perkotaan yang pertumbuhannya di atas 5. Jika dilihat dari struktur ekonomi Kota Ambon, kontribusi sektor perikanan dalam tiga tahun terakhir relatif stabil, yaitu 17,61 di tahun 2008 dan 16,80 di tahun 2010, sedangkan sektor- sektor modern, yaitu sektor jasa-jasa, terutama jasa perdagangan sedikit mengalami peningkatan kontribusi, yaitu 25,77 di tahun 2008 menjadi 26,36 di tahun 2010, sedangkan sektor unggulan lainnya, yakni sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa, terutama jasa pemerintahan umum dan pemerintahan, yang relatif stabil kontribusi nya terhadap PDRB Kota Ambon dari tahun ke tahun. 5 Disisi lain, tingkat kemiskinan penduduk desa dan kelurahan pesisir di Kota Ambon tahun 2011 masih lebih tinggi, yaitu 16,0, dibanding dengan Kota Ambon secara keseluruhan yang hanya 14,9 lihat Tabel 1. Dengan kata lain, berbagai aktivitas masyarakat pesisir di 32 desa dan kelurahan di Kota Ambon, pada berbagai sektor, termasuk perikanan, belum efektif mengurangi tingkat kemiskinan, dibanding dengan 18 desa dan kelurahan non pesisir. Karena itu, diperlukan adanya kajian komprehensif untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab pokok kemiskinan penduduk sehingga dapat merumuskan kebijakan strategis yang tepat. Tabel 1. Tingkat Kemiskinan Di Kota Ambon Kecamatan Seluruh Desa Kelurahan Desa Kelurahan Pesisir Desa Kel. 2008 2009 2010 2011 Desa Kel. 2008 2009 2010 2011 Sirimau 14 12,5 11,7 10,2 10,1 4 13,1 13,0 11,7 11,7 Nusaniwe 13 15,4 15,7 15,1 14,7 8 14,1 13,9 13,7 13,5 TA. Baguala 7 25,9 24,7 22,9 19,1 7 25,9 24,7 22,9 19,1 Teluk Ambon 8 22,8 20,8 20,5 20,7 7 22,5 20,8 20,6 20,7 Leitimur Selatan 8 23,4 22,6 22,5 21,3 6 20,0 24,2 24,0 22,8 TOTAL 50 17,2 16,7 15,7 14,9 32 18,1 18,1 17,1 16,0 Sumber : Diolah dari data BKKBPM Kota Ambon Berdasarkan uraian-uraian di atas, salah satu cara yang strategis untuk merumurskan kebijakan pengembangan perikanan, terutama perikanan tangkap, di Kota Ambon, sekaligus sebagai salah satu instrumen pengentasan kemiskinan di desa dan kelurahan pesisir, ialah klusterisasi desa dan kelurahan pesisir berbasis kesamaan karakteristik.

1.2 Perumusan Masalah