pembentukan identitas
yang sedang terjadi dalam diri dan senang
dengan perubahan tersebut, lebih suka
berfantasi meningkatkan mawas
diri “Stereotypical adolescent”
stabil Terbentuk identitas yang
lebih mantap Emansipasi mulai
sempurna
Keluarga Peningkatan
kebutuhan privasi diri Peningkatan
penawaran untuk lebih mandiri
Konflik antara kontrol dan kemandirian
Perjuangan untuk menerima kemandirian
Meningkatkan kemandirian
Pemisahan emosional dan fisik dari keluarga
Grupteman sekelompok
Mencari jalinan teman yang berjenis kelamin
sama sebagai wadah ekspresi
Lebih suka berteman secara grup
Asyik dengan budaya kelompok
Mulai kurang menyenangi teman
berkelompok, lebih suka secara kedekatan
Seksual Meningkatnya
ketertarikan terhadap anatomi seksual
Merasa gelisah dan banyak bertanya
mengenai anatomi seksual
Keterbatasan dalam berkencan.
Mencoba untuk menarik perhatian patner
Bertanya mengenai seksual
Mulai menginisiasi hubungan dan aktivitas
seksual Fokus pada hubungan
dengan lawan jenis yang stabil
konsolidasi dari identitas seksual
perencanaan masa depan dan komitmen
Pergaulan dengan
masyarakat Penyesuaian sekolah
Mengukur kemampuan dan kesempatan
Memutuskan karir
2.1.1.4 Teori perkembangan psikososial anak
Banyak teori mengenai perkembangan psikososial mengenai anak salah satunya adalah teori Erik Erikson yang meliputi delapan
tahap – tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Berikut adalah
delapan tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson : 1.
Tahap I : Trust versus Mistrust 0-1 tahun Pada tahap ini, bayi berusaha untuk mendapatkan pengasuhan
dan kehangatan, jika sang ibu memenuhi kebutuhan anaknya, maka sang anak akan mengembangkan kemampuannya untuk dapat
mempercayai dan mengembangkan asa.
2. Tahap II : Auotonomy versus Shame and Doubt 1-3 tahun
Pada tahap ini anak belajar bahwa dirinya memiliki control atas tubuhnya, sehingga diharapkan orang tuanya menuntun anaknya,
mengajarkan untuk mengontrol keinginan atau implus-implusnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Harapan idealnya, anak
bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi.
3. Tahap III : Initiative versus Guilt 3-6 tahun
Pada tahap ini anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan
ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif, memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan. Bila
tahap ini terselesaikan dengan baik maka anak mempunyai tujuan dalam hidupnya.
4. Tahap IV : Industry versus Inferiority 6-12 tahun
Pada saat ini, anak belajar memperoleh kesenangan dan kepuasan
dari menyelesaikan
tugas, khususnya
tugas-tugas akademik.penyelesaian yang baik dari tahap ini akan menciptakan
anak yang dapat memecahkan maslah dan bangga akan prestasi dan hasil resolusi ego berupa kompetensi.sebalaiknya, apabila gagal maka
anak akan merasa inferior.
5. Tahap V : Identity versus Role Confusion 12-18 tahun
Pada tahap ini, terjadi perubahan baik pada fisik maupun jiwa di masa biologis seperti orang dewasa, tetapi disisi lain dia dianggap
belum dewasa. Pada masa ini anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran sebaya dan kelompok lebih tinggi
pengaruhnya ketimbang peran orang tua.
6. Tahap VI : Intimacy versus Isolation masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda, lebih mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam.apabila proses ini berhasil
maka akan timbul resolusi ego berupa cimta.
7. Tahap VII : Generativity versus dtagnation masa dewasa
menengah Pada tahap ini, individu berusaha memberikan balasan kepada
dunia atasa apa yang telah diberikan, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan.
8. Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair masa dewasa akhir
Pada masa dewasaakhir ini, mereka mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman, dan integritas. Refleksi ke masa
lalu akan sangat menyenangkan dan pencarian saat ini adalah unntuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-
tahun. Kegagalan tahap ini akan membuat putus asa.
2.1.2 Perilaku seksual
2.1.2.1 Pengertian perilaku seksual pranikah
a. Perilaku
Menurut Lewit yang dikutip oleh Notoatmodjo 1993, perilaku merupakan
hasil pengalaman
dan proses
interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan
pendorong dan kekuatan penahan.
13
Suatu perilaku yang merupakan respon terhadap beberapa stimulus dapat dibagi menjadi beberapa aspek yang terdiri dari:
13
1. Perilaku tertutup convert behavior
Perilaku yang sifatnya masih tertutup dan masih berbentuk seperti perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap
seseorang dalam menerima stimulus.
2. Perilaku terbuka overt behavior
Suatu respon yang bersifat terbuka dan sudah berbentuk sebagai tindakan nyata terhadap suatu stimulus yang sudah
diterimanya serta mudah dipahami dan dapat dilihat oleh orang lain.
b. Seksual
Menurut stenzel dan Krigiss 2003, seks adalah suatu ekspresi fisik diatas komitmen, kepercayaan dan saling ketergantungan yang
membentuk pernikahan. Ketika seseorang tersenyum, memeluk, meremas tangan dengan pasangannya maka pada dasarnya ia tengah
melakukan aktivitas seksual.
17
Menurut KBBI 2014 seksual adalah berkenaan dengan seks jenis kelamin; berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-
laki dan perempuan.
19
c. Pranikah
Menurut KBBI 2014 pra artinya sebelum; di depan. Nikah artinya ikatan akad perkawinan yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum dan ajaran agama. Dapat disimpulkan bahwa pra nikah adalah sebelum terjadi ikatan perkawinan yang dilakukan sesuai
dengan hukum agama.
19