Epidemiologi remaja di Indonesia Tahap-tahap masa remaja

pembentukan identitas yang sedang terjadi dalam diri dan senang dengan perubahan tersebut, lebih suka berfantasi meningkatkan mawas diri “Stereotypical adolescent” stabil Terbentuk identitas yang lebih mantap Emansipasi mulai sempurna Keluarga Peningkatan kebutuhan privasi diri Peningkatan penawaran untuk lebih mandiri Konflik antara kontrol dan kemandirian Perjuangan untuk menerima kemandirian Meningkatkan kemandirian Pemisahan emosional dan fisik dari keluarga Grupteman sekelompok Mencari jalinan teman yang berjenis kelamin sama sebagai wadah ekspresi Lebih suka berteman secara grup Asyik dengan budaya kelompok Mulai kurang menyenangi teman berkelompok, lebih suka secara kedekatan Seksual Meningkatnya ketertarikan terhadap anatomi seksual Merasa gelisah dan banyak bertanya mengenai anatomi seksual Keterbatasan dalam berkencan. Mencoba untuk menarik perhatian patner Bertanya mengenai seksual Mulai menginisiasi hubungan dan aktivitas seksual Fokus pada hubungan dengan lawan jenis yang stabil konsolidasi dari identitas seksual perencanaan masa depan dan komitmen Pergaulan dengan masyarakat Penyesuaian sekolah Mengukur kemampuan dan kesempatan Memutuskan karir

2.1.1.4 Teori perkembangan psikososial anak

Banyak teori mengenai perkembangan psikososial mengenai anak salah satunya adalah teori Erik Erikson yang meliputi delapan tahap – tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Berikut adalah delapan tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson : 1. Tahap I : Trust versus Mistrust 0-1 tahun Pada tahap ini, bayi berusaha untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika sang ibu memenuhi kebutuhan anaknya, maka sang anak akan mengembangkan kemampuannya untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa. 2. Tahap II : Auotonomy versus Shame and Doubt 1-3 tahun Pada tahap ini anak belajar bahwa dirinya memiliki control atas tubuhnya, sehingga diharapkan orang tuanya menuntun anaknya, mengajarkan untuk mengontrol keinginan atau implus-implusnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi. 3. Tahap III : Initiative versus Guilt 3-6 tahun Pada tahap ini anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif, memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan. Bila tahap ini terselesaikan dengan baik maka anak mempunyai tujuan dalam hidupnya. 4. Tahap IV : Industry versus Inferiority 6-12 tahun Pada saat ini, anak belajar memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas, khususnya tugas-tugas akademik.penyelesaian yang baik dari tahap ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan maslah dan bangga akan prestasi dan hasil resolusi ego berupa kompetensi.sebalaiknya, apabila gagal maka anak akan merasa inferior. 5. Tahap V : Identity versus Role Confusion 12-18 tahun Pada tahap ini, terjadi perubahan baik pada fisik maupun jiwa di masa biologis seperti orang dewasa, tetapi disisi lain dia dianggap belum dewasa. Pada masa ini anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran sebaya dan kelompok lebih tinggi pengaruhnya ketimbang peran orang tua. 6. Tahap VI : Intimacy versus Isolation masa dewasa muda Pada masa dewasa muda, lebih mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam.apabila proses ini berhasil maka akan timbul resolusi ego berupa cimta. 7. Tahap VII : Generativity versus dtagnation masa dewasa menengah Pada tahap ini, individu berusaha memberikan balasan kepada dunia atasa apa yang telah diberikan, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. 8. Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair masa dewasa akhir Pada masa dewasaakhir ini, mereka mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman, dan integritas. Refleksi ke masa lalu akan sangat menyenangkan dan pencarian saat ini adalah unntuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun- tahun. Kegagalan tahap ini akan membuat putus asa.

2.1.2 Perilaku seksual

2.1.2.1 Pengertian perilaku seksual pranikah

a. Perilaku Menurut Lewit yang dikutip oleh Notoatmodjo 1993, perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. 13 Suatu perilaku yang merupakan respon terhadap beberapa stimulus dapat dibagi menjadi beberapa aspek yang terdiri dari: 13 1. Perilaku tertutup convert behavior Perilaku yang sifatnya masih tertutup dan masih berbentuk seperti perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap seseorang dalam menerima stimulus. 2. Perilaku terbuka overt behavior Suatu respon yang bersifat terbuka dan sudah berbentuk sebagai tindakan nyata terhadap suatu stimulus yang sudah diterimanya serta mudah dipahami dan dapat dilihat oleh orang lain. b. Seksual Menurut stenzel dan Krigiss 2003, seks adalah suatu ekspresi fisik diatas komitmen, kepercayaan dan saling ketergantungan yang membentuk pernikahan. Ketika seseorang tersenyum, memeluk, meremas tangan dengan pasangannya maka pada dasarnya ia tengah melakukan aktivitas seksual. 17 Menurut KBBI 2014 seksual adalah berkenaan dengan seks jenis kelamin; berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki- laki dan perempuan. 19 c. Pranikah Menurut KBBI 2014 pra artinya sebelum; di depan. Nikah artinya ikatan akad perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Dapat disimpulkan bahwa pra nikah adalah sebelum terjadi ikatan perkawinan yang dilakukan sesuai dengan hukum agama. 19