10 Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD
Negeri Kradenan Tahun Pelajaran 20132014 ”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa fasilitas belajar dan lingkungan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar Matematika siswa kelas V di SD Negeri Kradenan
dengan sumbangan pengaruh sebesar 25,8. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penel itian dengan judul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Sekolah
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1 Beberapa siswa masih memperoleh prestasi belajar yang rendah.
2 Beberapa siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran.
3 Beberapa siswa tidak mengerjakan PR dari guru.
4 Pada saat ulangan, masih ada siswa yang menyontek jawaban teman.
5 Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
6 Beberapa guru kurang memvariasikan metode mengajar sehingga siswa
kurang aktif di dalam kegiatan pembelajaran. 7
Beberapa siswa kurang berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa lain. 8
Beberapa siswa kurang disiplin.
11
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti. Pembatasan masalah ini untuk menjelaskan maksud dan tujuan
dalam penelitian sehingga pembahasan tidak meluas agar lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah, yaitu prestasi belajar siswa dalam
nilai Ulangan Tengah Semester UTS genap kelas V tahun ajaran 20152016.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1 Adakah pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas
V SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal?
2 Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar pada siswa
kelas V SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal?
3 Adakah pengaruh kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah terhadap prestasi
belajar pada siswa kelas V SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari
Kabupaten Tegal?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
5.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar pada siswa
kelas V di SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
12
5.1.2 Tujuan Khusus
1 Mengetahui ada tidaknya pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar
siswa kelas V SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
2 Mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi
belajar siswa kelas V SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
3 Mengetahui ada tidaknya pengaruh kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah
terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
1.6 Manfaat Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas mengenai manfaat penelitian. Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis. Secara rinci manfaat teoritis maupun praktis dari penelitian ini sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis merupakan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang bersifat teoritis. Secara teori, penelitian ini dilakukan untuk
mendukung teori-teori yang sudah ada.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah terhadap
prestasi belajar siswa serta menjadi acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian
selanjutnya, khususnya di bidang psikologi pendidikan.
13
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini yang bersifat praktik dalam kegiatan belajar. Manfaat praktis ini ditujukan
pada berbagai pihak terkait yaitu sekolah, guru, dan peneliti. 1.6.2.1
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, yaitu dengan memfasilitasi
kegiatan belajar siswa sehingga siswa dapat belajar secara efektif.
1.6.2.2 Bagi Guru
1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
guru dalam membentuk kebiasaan belajar yang baik pada siswa sehingga siswa dapat menerapkan kebiasaan itu dalam kegiatan belajarnya.
2 Guru dapat meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa agar
prestasi belajar siswa meningkat sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
1.6.2.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan memberikan bekal kepada peneliti menjadi calon
pendidik dalam menanamkan kebiasaan belajar yang baik dan lingkungan yang kondusif bagi siswa.
14
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pada kajian pustaka ini, akan dibahas tentang: 1 kajian teori, 2 kajian empiris, 3 kerangka berpikir, dan 4 hipotesis. Uraiannya sebagai berikut.
2.1 Kajian Teori
Pada kajian teori ini, akan dibahas tentang: 1 prestasi belajar, 2 kebiasaan belajar, 3 lingkungan sekolah, 4 pengaruh kebiasaan belajar
terhadap prestasi belajar, 5 pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar, dan 6 pengaruh kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah terhadap
prestasi belajar siswa. Uraian selengkapnya sebagai berikut.
2.1.1 Prestasi Belajar
Pada bagian ini, akan membahas tentang prestasi belajar yang meliputi pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, dan faktor yang memengaruhi
prestasi belajar siswa. Berikut uraian selengkapnya.
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu, tidak terlepas dari kegiatan belajar. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan tingkah laku pada diri orang
yang belajar. Perubahan tersebut terjadi secara keseluruhan. Slameto 2013:2 menyatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
15 Rifa‟i dan Anni 2012: 66 menyatakan “belajar merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku setiap orang dan mencakup segala sesuatu yang dipiki
rkan dan dikerjakan oleh seseorang”. Karwati dan Priansa 2014: 188 mengemukakan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu
sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan, yang ditandai dengan peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan lain yang menjadi tolak ukur keberhasilan proses belajar yang dialami oleh siswa.
Gagne dalam Slameto 2013:13 mengemukakan teori terhadap masalah belajar dengan memberikan dua definisi, yaitu belajar adalah proses untuk
memperoleh informasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku, serta belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi. Pendapat lain dari Purwanto 2014: 102 menyatakan “belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan”. Berdasarkan definisi belajar dari para ahli, dapat disimpulkan belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu secara keseluruhan yang relatif menetap atau permanen. Perubahan itu diperoleh individu dari hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya menuju
ke arah yang lebih baik. Perubahan yang terjadi tidak hanya dari aspek kognitif atau pengetahuan, tetapi juga dalam wujud peningkatan keterampilan, kecakapan,
sikap, tingkah laku, daya pikir, dan sebagainya.
16
2.1.1.2 Pengertian Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar ini merupakan
wujud dari proses belajar yang telah dilakukan siswa di sekolah. Tu‟u 2004: 75- 6 menyatakan “prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu”. Tu‟u menyatakan “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru”.
Tu‟u berpendapat prestasi belajar adalah hasil belajar siswa berupa nilai atau angka yang diperoleh siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran di
sekolah. Nilai atau angka yang diperoleh merupakan hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas dan ulangan yang ditempuh siswa. Dengan demikian, guru
akan melihat tingkat penguasaan siswa selama mengikuti pembelajaran di sekolah. Saefullah 2012: 171 menyatakan:
Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah
diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya
bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Saefullah menyatakan “prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa, berupa kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di
sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di d
alam rapor”. Melalui prestasi belajar, siswa dapat mengetahui kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
17 Berdasarkan definisi prestasi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah dalam waktu tertentu yang
ditunjukkan melalui nilai atau angka. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui prestasi belajar peneliti menggunakan data yang diperoleh dari nilai Ulangan
Tengah Semester UTS genap siswa kelas V tahun pelajaran 20152016 dan dibatasi pada ranah kognitif.
2.1.1.3 Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar
Setiap siswa memperoleh prestasi belajar yang berbeda-beda. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat
memengaruhi pencapaian prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa faktor internal dan faktor yang berasal
dari luar diri siswa faktor eksternal. Hal ini dapat dikemukakan oleh Djaali 2014: 99 sebagai berikut:
Faktor dari dalam diri internal meliputi kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, serta cara belajar. 1 Kesehatan, kesehatan dapat memengaruhi belajar
seseorang. Apabila orang tersebut sedang sakit, maka akan mengakibatkan tidak ada motivasi belajar. Hal ini berdampak secara psikologis, karena dalam tubuh
yang kurang sehat maka akan mengalami gangguan pula pada pikiran; 2 Intelegensi, faktor intelegensi dan bakat sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi dan bakat yang tinggi dapat memberikan pengaruh terhadap hidupnya; 3 Minat dan motivasi, minat
yang besar terhadap sesuatu merupakan dasar untuk mencapai tujuan. Motivasi
18 merupakan dorongan dari dalam maupun dari luar diri seseorang, umumnya
motivasi itu timbul karena adanya keinginan yang besar untuk mencapai sesuatu; 4 Cara belajar, teknik atau cara yang dilakukan seseorang dalam melakukan
kegiatan belajar. Cara belajar meliputi bagaimana bentuk catatan yang dipelajari dan pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar lainnya. Cara belajar
yang baik akan tercipta kebiasaan yang baik dan memengaruhi prestasi belajar yang baik pula.
Faktor dari luar diri eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. 1 Keluarga, situasi keluarga ayah, ibu, saudara, adik,
kakak, serta famili sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Pendidikan, status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan dengan orang
tua, perkataan, dan bimbingan orang tua memengaruhi pencapaian prestasi belajar anak; 2 Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instrumen
pendidikan, lingkungan sekolah, dan rasio guru dan murid per kelas memengaruhi kegiatan belajar siswa; 3 Masyarakat, apabila di sekitar tempat tinggal keadaan
masyarakat terdiri atas orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih
giat belajar; 4 Lingkungan sekitar, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat memengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya
tempat-tempat dengan iklim yang sejuk dapat menunjang proses belajar. Syah 2015: 145 menyatakan faktor yang memengaruhi prestasi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal dari dalam diri siswa, faktor eksternal dari luar diri siswa, dan faktor pendekatan belajar.
19 Faktor internal meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis jasmaniah dan aspek
psikologis rohaniah. 1 Aspek fisiologis yaitu kondisi umum tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya serta tingkat kesehatan indera pendengar
dan indera penglihat yang dapat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan di kelas. 2 Aspek psikologis, meliputi
tingkat intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi. Intelegensikecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya dalam
menentukan berhasiltidaknya mengikuti program pendidikan. Pada umumnya orang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik prestasinya bila
dibandingkan dengan orang yang mempunyai taraf kecerdasan yang sedangrendah. Sikap merupakan gejala internal yang cenderung merespon atau
mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap orang, barang, dan sebagainya, baik yang positif ataupun negatif. Sikap siswa yang merespon dengan positif
merupakan awal yang baik bagi proses pembelajaran yang akan berlangsung, sedangkan sikap negatif terhadap guru ataupun pelajaran apalagi disertai dengan
sikap benci maka akan berdampak pada pencapaian prestasi belajar yang kurang maksimal.
Setiap individu mempunyai bakat dan berpotensi untuk mencapai prestasi atau tingkat tertentu dengan kapasitas masing-masing. Bakat akan dapat
memengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu. Selain bakat, minat dan motivasi juga memengaruhi prestasi belajar
siswa. Minat dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat memengaruhi prestasi belajar siswa, sebagai contoh siswa
20 yang mempunyai minat dalam bidang matematika akan lebih fokus dan intensif ke
dalam bidang tersebut sehingga memungkinkan mencapai hasil yang memuaskan. Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk
berbuat atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut.
Faktor eksternal siswa, meliputi faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. 1 Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan orang tua dan keluarga,
sekolah, serta masyarakat. Lingkungan sosial yang paling banyak berpengaruh dan memengaruhi kegiatan belajar adalah lingkungan orang tua dan keluarga.
Siswa sebagai anak tentu saja akan banyak meniru dari keluarga terdekatnya seperti sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga. Semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai siswa. Lingkungan
sosial sekolah meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf-staf administrasi di
lingkungan sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat memengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan masyarakat juga sangat memengaruhi karena siswa
berada dalam suatu kelompok masyarakat dan teman-teman sepermainan serta kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari yang
dapat memengaruhi prestasi belajar. 2 faktor nonsosial meliputi gedung sekolah dan bentuknya, rumah tempat tinggal, alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar siswa. Faktor pendekatan belajar juga memengaruhi keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang
21 meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
memengaruhi prestasi belajar siswa secara umum terdiri atas dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa faktor internal dan faktor yang berasal
dari luar diri siswa faktor eksternal. Ketika seorang siswa memperoleh prestasi belajar yang kurang baik, belum tentu karena tidak pandai atau bodoh. Kegagalan
atau kurang baiknya prestasi belajar yang diraih oleh siswa dapat terjadi karena adanya faktor yang memengaruhinya. Guru dan orang tua siswa perlu mengetahui
dan memahami faktor yang dapat menghambat proses belajar dan membantu siswa dalam menghadapi berbagai kendala yang muncul pada prestasi belajarnya.
Kemampuan setiap siswa berbeda-beda sehingga perlu adanya dukungan dari orang tua dan guru agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2.1.2 Kebiasaan Belajar
Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan tentang pengertian kebiasaan belajar, komponen kebiasaan belajar, aspek-aspek kebiasaan belajar, dan
pembentukan kebiasaan belajar yang baik. Uraiannya sebagai berikut.
2.1.2.1 Pengertian Kebiasaan Belajar
Slameto 2013:82 “belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, dan cara-cara yang dipakai itu akan menjadi
22 kebia
saan. Kebiasaan belajar akan memengaruhi belajar itu sendiri”. Pendapat Burghardt 1973 dalam Syah 2015: 120 mengemukakan:
Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam
proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Proses penyusutan atau pengurangan ini, muncul
suatu pola perilaku baru yang relatif, menetap, dan otomatis.
Syah 2015: 128 mengemukakan “kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang
telah ada. Tujuannya agar memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu kontekstual ”. Pendapat Covey dalam Aunurrahman 2014:
125 mengemukakan: Suatu tindakan tertentu dapat tumbuh subur menjadi kebiasaan
bilamana didukung dengan motivasi atau keinginan yang kuat untuk melakukan secara terus menerus. Oleh karena itu di dalam
pembelajaran, setiap guru di samping memberikan pengetahuan dan alasan kepada siswa untuk melakukan sesuatu, tentu harus diiringi
dengan cara melakukannya dengan baik. Kedua hal ini akan dapat efektif bilamana siswa memiliki keinginan atau dorongan untuk
melakukannya menjadi suatu kebiasaan.
Aunurrahman 2014: 185 menyatakan “kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga
memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya”. Pendapat lain dari Dj
aali 2014: 128 menyatakan “kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi
menetap dan bersifat otomatis”. Djaali 2014: 128 mengemukakan “kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada
waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan
23 waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Pada umumnya, setiap orang bertindak
berdasarkan force of habit, walaupun sebenarnya ada cara lain yang lebih menguntungkan untuk dilakukan. Kebiasaan dianggap sebagai cara yang mudah
dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar. Sudjana 2014: 173 menyatakan “keberhasilan siswa atau mahasiswa dalam mengikuti pelajaran atau
kuliah banyak bergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”.
Berdasarkan definisi-definisi kebiasaan belajar tersebut, dapat disimpulkan kebiasaan belajar adalah suatu perilaku belajar seseorang yang terbentuk karena
dilakukan secara berulang-ulang dan sifatnya relatif menetap. Berbagai perilaku belajar tersebut menjadi terbiasa sehingga terlaksana secara otomatis dan spontan
tanpa ada paksaan dan tanpa memerlukan pikiran. Kebiasaan bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi sesuatu yang harus dibentuk
melalui pengalaman, latihan, dan belajar secara terus-menerus berkesinambungan. Oleh karena itu, kebiasaan belajar yang baik perlu ditanamkan dan dikembangkan
sedikit demi sedikit pada siswa agar ia memperoleh prestasi belajar yang baik. Kebiasaan seseorang dalam belajar secara teratur dapat terbentuk dari kebiasaan
siswa belajar mandiri di rumah dan kebiasaan belajar ketika di sekolah.
2.1.2.2 Komponen Kebiasaan Belajar
Djaali 2014: 128 mengemukakan kebiasaan belajar dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: 1 Delay Avoidan DA merupakan kebiasaan belajar yang
menunjuk pada
ketepatan waktu
penyelesaian tugas-tugas
akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian
tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam
24 belajar; 2 Work Methods WM merupakan kebiasaan belajar yang menunjuk
kepada penggunaan cara prosedur belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.
2.1.2.3 Aspek-aspek Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar tentunya ada kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar yang baik akan memperoleh hasil
yang maksimal. Slameto 2013: 82-91 menjelaskan kebiasaan belajar yang dapat memengaruhi prestasi belajar yaitu: 1 pembuatan jadwal dan pelaksanaannya,
2 membaca dan membuat catatan, 3 mengulangi bahan pelajaran, 4 konsentrasi, dan 5 mengerjakan tugas.
Kebiasaan belajar yang baik dimulai dari membuat jadwal. Proses belajar akan berjalan dengan baik dan berhasil apabila siswa dapat membagi waktu
belajarnya, yaitu dengan membuat jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur, disiplin dan efisien. Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah
kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Siswa yang menyusun jadwal dan melaksanakannya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat menandakan
siswa mampu memanfaatkan waktu-waktu yang tersedia setiap harinya untuk kegiatan belajar, tidur, makan, mandi, olahraga, dan sebagainya. Membuat jadwal
dan melaksanakannya dengan baik merupakan hal yang termasuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Membaca dan membuat catatan juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca
karena membaca adalah alat belajar. Kebiasaan-kebiasaan membaca yang baik
25 adalah sebagai berikut: memerhatikan kesehatan mata, memiliki jadwal belajar,
membuat tanda-tanda atau catatan-catatan, memanfaatkan perpustakaan, membaca sungguh-sungguh semua buku-buku yang perlu untuk setiap mata pelajaran
sampai menguasai isinya, dan membaca dengan konsentrasi penuh. Setiap siswa yang ingin meningkatkan prestasi belajar, ia harus teratur membaca buku
pelajaran setiap harinya. Belajar tidak hanya berpedoman pada satu sumber saja, siswa perlu membaca sumber belajar lain untuk memperluas pengetahuan mereka.
Tidak hanya buku pelajaran, buku lain yang berkaitan dengan materi pelajaran juga penting agar pengetahuan siswa bertambah. Semakin banyak membaca buku,
maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh. Siswa terkadang lupa dengan hal-hal yang telah dibacanya sehingga perlu
untuk membuat catatan kecil agar siswa dapat mengingat kembali apa yang telah dibacanya. Membuat catatan juga besar pengaruhnya dalam belajar karena
membantu siswa dalam mengingat hal-hal penting pada setiap materi pelajaran yang dipelajarinya. Dalam membuat catatan sebaiknya tidak semua yang
dipelajari atau dibaca itu ditulis, tetapi diambil intisarinya saja sehingga siswa mencatat rangkuman materi dari mata pelajaran yang telah dipelajari. Catatan
yang dibuat dengan rapi dan ditulis dengan jelas akan membuat siswa mudah untuk mempelajari semua materi secara umum dalam belajar sehingga dapat
meraih prestasi belajar yang diharapkan. Catatan materi yang telah dibuat siswa dapat digunakan untuk mengulang
agar materi pelajaran tetap diingat oleh siswa. Mengulangi bahan pelajaran penting karena dengan adanya pengulangan review, bahan pelajaran yang belum
26 dikuasai akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara
langsung sesudah membaca, tetapi lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Caranya adalah dengan membuat
ringkasan, kemudian untuk mengulang cukup belajar dari ringkasan itu. Agar dapat mengulang dengan baik, maka perlu menyediakan waktu untuk mengulang
dan menggunakan waktu itu sebaik-baiknya untuk menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang dengan sungguh-sungguh. Metode menghafal
bermacam-macam, yaitu dapat dengan cara diam tetapi otak berusaha untuk mengingat-ingat, dapat dengan membaca keras atau mendengarkan, dan dapat
juga dengan cara menulisnya. Dalam setiap kegiatan belajar, konsentrasi sangat diperlukan karena
menentukan prestasi belajar seseorang. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan. Pemusatan pikiran merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, bukan bakat atau pembawaan. Seseorang yang belajar dengan baik adalah orang yang
dapat berkonsentrasi dengan baik dalam belajar. Siswa harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran dalam belajar karena konsentrasi merupakan kunci
untuk berhasil dalam belajar. Agar dapat berkonsentrasi dengan baik, siswa harus memiliki minat dan motivasi yang tinggi, tempat untuk belajar yang bersih dan
rapi, mencegah timbulnya kebosanan, menjaga kesehatan dan memerhatikan kelelahan, menyelesaikan masalah yang mengganggu belajar dan bertekad untuk
mencapai tujuan dan hasil terbaik dalam setiap belajar. Menguji pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang telah
dipelajarinya dapat dilakukan dengan cara mengerjakan tugas. Mengerjakan tugas
27 dengan baik akan membuat siswa berhasil dalam belajarnya karena dapat melatih
kemampuan siswa terhadap materi pelajaran. Tugas itu mencakup mengerjakan tesulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga membuat atau mengerjakan
latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik, akan mengerjakan semua tugas
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hal itu karena siswa memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi belajar yang
maksimal. Menunda mengerjakan tugas merupakan hal yang tidak baik dalam membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Pada dasarnya, dalam proses pembelajaran ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Aunurrahman 2014: 185 mengemukakan beberapa
bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering dijumpai pada sejumlah siswa, yaitu: 1 belajar tidak teratur, 2 daya
tahan belajar rendah belajar secara tergesa-gesa, 3 belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian, 4 tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap, 5 tidak
terbiasa membuat ringkasan, 6 tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran, 7 senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya
diri di dalam menyelesaikan tugas, 8 sering datang terlambat, dan 9 melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk misalnya merokok. Dimyati dan Mudjiono 2010:
246 menyatakan kebiasaan belajar yang kurang baik, yaitu: 1 belajar pada akhir semester, 2 belajar tidak teratur, 3 menyia-nyiakan kesempatan belajar, 4
bersekolah hanya untuk bergengsi, 5 datang terlambat bergaya pemimpin, 6 bergaya jantan, seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan 7 bergaya minta
belas kasihan tanpa belajar.
28 Berdasarkan penjelasan tentang aspek-aspek kebiasaan belajar tersebut,
dapat disimpulkan bahwa terdapat kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang tidak baik. Siswa yang ingin memperoleh prestasi belajar yang
optimal, maka siswa harus memiliki kebiasaan belajar yang baik. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik akan mudah dalam memahami dan
menguasai materi pelajaran yang pada akhirnya dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang tidak baik akan
mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai materi pelajaran. Hal itu akan menghambat kemajuan belajarnya yang pada akhirnya mengalami kegagalan
dalam prestasi. Kebiasaan belajar yang baik ini perlu ditanamkan dan dikembangkan dalam diri setiap siswa. Oleh karena itu, kebiasaan belajar yang
kurang baik harus dihindari dan diubah melalui kegiatan pembiasaan, pembinaan disiplin belajar pada siswa, dan dengan memberikan penguatan dalam belajar. Hal
itu dikarenakan kebiasaan belajar bukan bakat alamiah, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan sengaja. Dengan demikian, akan dapat mengurangi
kebiasaan belajar yang tidak baik dan membangkitkan kepercayaan diri siswa untuk lebih giat belajar sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang
diharapkan.
2.1.2.4 Pembentukan Kebiasaan Belajar yang Baik
Keberhasilan belajar siswa akan diperoleh apabila ia dapat menerapkan kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan bukan bawaan dari lahir, tetapi siswa
dapat membentuk sendiri kebiasaan itu melalui latihan dan belajar secara berkesinambungan. Kebiasaan dapat dibentuk melalui saran-saran yang dapat
29 dilakukan untuk mendapatkan kebiasaan belajar yang baik. Berikut ini adalah
saran yang dikemukakan Crow dan Crow yang dikutip oleh Purwanto 2014: 120- 1 untuk membiasakan belajar yang efisien sehingga memperoleh prestasi belajar
yang baik: 1 miliki dahulu tujuan belajar yang pasti; 2 usahakan adanya tempat belajar yang memadai; 3 jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu
konsentrasi dan keaktifan mental; 4 rencanakan dan ikuti jadwal waktu untuk belajar; 5 menyelingi belajar dengan waktu-waktu istirahat yang teratur; 6
carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf; 7 selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati silent recitation; 8 lakukan
metode keseluruhan whole method; 9 usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat; 10 buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi;
11 adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut; 12 susunlah dan membuat pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan mencoba untuk
menemukan jawabannya; 13 pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar; 14 pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik, dan bahan
ilustrasi lainnya; 15 biasakan membuat rangkuman dan kesimpulan; 16 buat kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar; 17 pelajari baik-baik
pernyataan yang dikemukakan oleh pengarang, dan meneliti pendapat beberapa pengarang; 18 belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya; dan 19
analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Kebiasaan belajar yang baik harus dilaksanakan oleh siswa. Keberhasilan belajar tergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur. Sudjana 2014: 165-173
30 menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses belajar, yaitu:
1 cara mengikuti pelajaran, 2 cara belajar mandiri di rumah, 3 cara belajar kelompok, 4 mempelajari buku teks, dan 5 menghadapi ujian.
Kebiasaan belajar dapat dilakukan di sekolah maupun di rumah. Kebiasaan belajar dapat dilihat dari bagaimana siswa mengikuti pelajaran di sekolah. Cara
mengikuti pelajaran di sekolah merupakan proses belajar yang penting. Menyiapkan perlengkapan belajar dan datang ke sekolah tepat waktu merupakan
awal yang baik sebelum mengikuti pelajaran. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, siswa memiliki kewajiban untuk mendengarkan dan memerhatikan
dengan baik dan penuh konsentrasi, mencatat hal-hal yang tidak jelas untuk ditanyakan kepada guru, kemudian merangkum pokok-pokok materi yang
disampaikan oleh guru. Siswa juga aktif menyampaikan pendapat, menjawab setiap pertanyaan yang diajukan guru, dan mencocokkan atau menyamakan materi
pelajaran dengan teman yang lain agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. Cara mengikuti pelajaran di sekolah tersebut dapat berpengaruh terhadap pembentukan
kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar tidak hanya di sekolah tetapi juga dapat dilihat dari
bagaimana siswa belajar di rumah. Belajar mandiri di rumah merupakan tugas pokok setiap siswa. Syarat utama belajar di rumah adalah keteraturan belajar,
yaitu memiliki jadwal belajar sendiri. Bukan lamanya belajar tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar setiap harinya meskipun dengan jam yang
terbatas. Selain itu, mempelajari kembali catatan hasil pelajaran di sekolah, membuat rangkuman, dan merumuskan pertanyaan sendiri dari catatan yang
dibuat lalu menjawabnya, dan mengerjakan tugas.
31 Cara belajar sendiri di rumah sering menimbulkan kebosanan dan
kejenuhan sehingga perlu adanya variasi belajar, seperti belajar bersama dengan teman kelompok. Belajar kelompok akan memudahkan dalam memecahkan
persoalan terkait materi pelajaran secara bersama. Setiap orang memberikan sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan. Belajar kelompok yaitu
mengajak teman berdiskusi, memiliki jadwal belajar bersama teman, menentukan permasalahan materi yang akan dibahas, membahas materi satu per satu hingga
tuntas, bertanya kepada guru saat menemui kesulitan, kesimpulan hasil diskusi dicatat untuk dipelajari.
Setiap kegiatan belajar tidak akan terlepas dari buku karena merupakan sumber ilmu yang diperlukan siswa. Kebiasaan membaca buku harus membudaya
pada siswa agar lebih memahami materi pelajaran dan dapat mengetahui terlebih dahulu sebelum materi pelajaran tersebut dijelaskan oleh guru. Cara mempelajari
buku pelajaran yaitu menentukan materi yang ingin dipelajari, membaca keseluruhan, membuat catatan penting, menandai pada hal-hal penting,
menggabungkan catatan yang dibuat dengan catatan yang sudah ada, dan membuat pertanyaan-pertanyaan dari buku tersebut. Mempelajari buku akan
memudahkan dalam menyelesaikan masalah terkait materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
Siswa yang memiliki kebiasaan membaca atau mempelajari buku pelajaran tentu akan lebih mudah dalam menjawab soal saat ujian. Sebagian besar siswa
memiliki kebiasaan belajar pada saat menjelang ujian. Hal tersebut menandakan dalam diri siswa belum tertanam kebiasaan belajar yang baik. Belajar pada saat
32 menjelang ujian akan memberikan hasil yang tidak optimal karena siswa akan
ragu-ragu dan tidak memiliki kepercayaan diri dalam menjawab soal ujian. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kebiasaan belajar yang teratur dan menghindari
belajar saat menjelang ujian agar memperoleh hasil yang optimal. Selain itu, memperkuat kepercayaan diri dengan tidak menyontek jawaban teman, membaca
setiap pertanyaan dengan teliti sambil mengingat jawabannya, mendahulukan menjawab pertanyaan yang lebih mudah, dan memeriksa kembali jawaban
sebelum diserahkan. Petunjuk dalam proses belajar tersebut perlu dilakukan secara rutin
sehingga membentuk kebiasaan belajar pada diri siswa. Hal tersebut karena cara- cara belajar yang baik dan dilakukan secara berulang-ulang, lama-kelamaan akan
menjadi suatu kebiasaan. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti pelajaran tergantung dari kebiasaan belajar yang teratur. Seseorang memiliki kebiasaan
belajar yang salah menyebabkan ia malas belajar dan berakibat pada prestasi belajar yang diperoleh tidak optimal. Belajar dalam tempo dan kadar belajar yang
berat menjelang ujian, kurang membantu dalam keberhasilan belajar. Kebiasaan belajar harus dimulai sejak dini kepada siswa dengan membiasakan diri dan
mendisiplinkan diri dalam belajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa merasa terbiasa melakukan kegiatan belajar dalam kesehariannya.
2.1.3 Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan tentang pengertian lingkungan sekolah dan
unsur-unsur lingkungan sekolah. Uraian selengkapnya sebagai berikut.
33
2.1.3.1 Pengertian Lingkungan Sekolah
Manusia dalam kehidupannya pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar. Lingkungan secara langsung maupun tidak langsung dapat
memengaruhi tingkah laku manusia. Dalyono 2009 dalam Karwati dan Priansa 2014: 267 menyatakan “lingkungan sebenarnya mencakup segala material dan
stimulus di dalam dan di luar individu, baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial kultural”. Munib, dkk. 2012: 72 menyatakan lingkungan diartikan sebagai
semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala perilakunya yang dapat memengaruhi kelangsungan kehidupan
manusia dan kesejahteraan makhluk hidup lain yang ada di sekitarnya. Manusia dan lingkungan terjadi hubungan timbal balik dan saling memengaruhi satu sama
lain. Sartain seorang ahli psikologi Amerika yang dikutip dalam Purwanto 2014: 27 menyatakan “lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam
dunia ini yang dalam cara-cara tertentu memengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita, kecuali gen-
gen”. “Lingkungan pendidikan diartikan sebagai berbagai lingkungan tempat
berlangsungnya proses pendidikan” Munib, dkk. 2012: 72. Salah satu lingkungan pendidikan adalah lingkungan sekolah.
Sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Siswoyo 2011: 110 menyatakan
“sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan bertingkah laku
baik”. Tu‟u 2004: 1 menyatakan “sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, di mana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu
34 pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik”. Tu‟u 2004: 18
menyatakan nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan keterampilan ditumbuhkan dan dikembangkan di sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan prestasi seorang
siswa. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai
etik, moral, mental, spiritual, disiplin, dan ilmu pengetahuan. Karwati dan Priansa 2014: 267-8 mengemukakan lingkungan sekolah
yang kondusif sangat mendukung bagi kenyamanan dan kelangsungan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa. Lingkungan sekolah dikatakan efektif
apabila mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa untuk tumbuh dan berkembang dalam proses pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa lingkungan sekolah adalah semua kondisi yang ada di sekolah yang dapat memengaruhi tingkah laku warga sekolah, terutama guru dan siswa
sebagai ujung tombak proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan definisi lingkungan sekolah tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan sekolah adalah seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dalam rangka membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa serta dapat memengaruhi tingkah laku warga sekolah terutama guru dan siswa.
2.1.3.2 Unsur-unsur Lingkungan Sekolah
Proses belajar mengajar memerlukan lingkungan yang mendukung siswa dan guru agar dapat berkonsentrasi dalam belajar. Slameto 2013: 64-9
35 menyatakan faktor sekolah yang memengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, dan keadaan gedungruang kelas.
Metode mengajar guru dapat memengaruhi belajar siswa. Mengajar merupakan kegiatan membimbing agar peserta didik mengalami proses belajar.
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa siswa untuk belajar dengan efektif Karwati dan Priansa 2014: 88. Untuk itu, guru mengajar harus
efektif agar siswa memperoleh prestasi belajar yang efektif pula. Syarat mengajar yang efektif adalah guru mampu menggunakan variasi metode pada saat mengajar
sehingga mampu menarik perhatian siswa dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Mengajar dengan metode ceramah saja membuat siswa menjadi bosan,
mengantuk, dan pasif dalam pembelajaran. Guru juga harus menguasai bahan pelajaran sebaik mungkin dan mampu menjelaskan materi tersebut dengan jelas.
Selain itu, guru harus memiliki persiapan yang matang sebelum mengajar sehingga akan mantap saat di depan kelas. Metode mengajar guru yang kurang
baik akan memengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik, seperti guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga akan berdampak pada keberhasilan belajar siswa. Metode mengajar harus diusahakan tepat dan efektif mungkin.
Kurikulum juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa dengan
menyajikan bahan
pelajaran agar
siswa menerima,
menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum merupakan pedoman bagi guru
36 dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Apabila kurikulum kurang
baik, maka akan berpengaruh kurang baik pula terhadap belajar siswa. Kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat dan minat
akan membuat siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar. Hal ini dapat memengaruhi prestasi belajar menjadi tidak maksimal. Kurikulum yang baik dan
seimbang adalah kurikulum yang sesuai dengan kemampuan siswa, mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa, dan sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Proses belajar mengajar terjadi karena adanya relasi atau interaksi antara
g uru dengan siswa dan siswa dengan siswa. “Interaksi adalah suatu hubungan atau
kegiatan timbal balik antara individu yang satu dengan yang lain, yang di dalamnya ada proses saling memengaruhi, mengubah, dan memperbaiki”
Karwati dan Priansa 2014: 273. Interaksi belajar mengajar terjadi karena ada komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan teman sebayanya. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran perlu adanya relasi yang baik sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Di dalam relasi guru dengan siswa
yang baik, siswa yang menyukai gurunya juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya. Guru yang kurang berinteraksi secara akrab dengan siswa
menyebabkan proses belajar menjadi kurang lancar. Siswa akan merasa jauh dari guru dan tidak mau berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar. Guru sebagai
pendidik harus memiliki sikap dan kepribadian yang baik dan dapat dijadikan teladan bagi siswa. Guru akan disegani oleh siswa yang akan membuat relasi guru
dengan siswa menjadi akrab.
37 Relasi antara siswa dan siswa juga penting. Guru yang kurang mendekati
siswa dan kurang bijaksana, tidak akan dapat melihat di dalam kelas ada grup yang saling bersaing tidak sehat, jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan
masing-masing siswa tidak tampak. Siswa yang memiliki sifat dan tingkah laku yang kurang menyenangkan teman-temannya, akan mengalami rasa rendah diri
dan tekanan batin sehingga akan diasingkan dari kelompoknya. Siswa akan malas untuk masuk sekolah karena mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari
teman-temannya. Akibatnya, proses belajarnya akan terganggu. Menciptakan relasi yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sangatlah
penting sehingga akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. Faktor disiplin sekolah juga memengaruhi belajar siswa. Kedisiplinan
sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dan
melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawaikaryawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihanketeraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-
lain. Kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa- siswanya. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan
disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Sekolah yang kurang disiplin, seperti banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas sekolah, sering datang
terlambat, tidak menaati tata tertib sekolah maupun kelas, dan sebagainya akan berpengaruh negatif pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, agar siswa
disiplin haruslah guru dan seluruh staf sekolah disiplin pula. Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari alat-alat pelajaran yang
tersedia di sekolah. Sekolah yang menyediakan alat pelajaran yang lengkap dan
38 tepat meliputi buku-buku sumber belajar, laboratorium, dan media akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan guru kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
lebih giat lagi. Purwanto 20 14: 105 menyatakan “sekolah yang cukup memiliki
alat-alat dan perlengkapan belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari gurunya, kecakapan guru menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah belajar
anak”. Alat pelajaran yang kurang lengkap akan menghambat proses belajar mengajar karena guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan bahan
pelajaran. Siswa juga kesulitan dalam menerima pelajaran dari gurunya. Sekolah perlu mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sehingga mendukung
kegiatan belajar mengajar. Keadaan gedung juga memengaruhi proses belajar mengajar. Dengan
jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai di dalam setiap kelas. Jika keadaan
gedung memadai, maka proses belajar berjalan efektif. Begitu pula sebaliknya, keadaan gedung yang kurang memadai membuat aktivitas belajar siswa menjadi
kurang efektif. Slameto 2013: 76 menyatakan untuk dapat belajar dengan efektif, maka diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya: ruang
belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran; ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata; cukup
sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya. Apabila komponen tersebut belum terpenuhi, maka akan
memengaruhi kelancaran proses belajar mengajar siswa sehingga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.
39 Aunurrahman 2014: 195-
6 menyatakan “keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur,
tersedianya fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media atau alat bantu belajar merupakan komponen penting yang dapat
mendukung terwujudnya kegiatan belajar sis wa”. Aunurrahman 2014: 195-6
mengatakan “ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak terhadap terciptanya iklim pembelajaran yang lebih kondusif, terjadinya
kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai
prestasi belajar yang lebih baik”. Karwati dan Priansa 2014: 278 mengemukakan lingkungan sekitar
sekolah sangat menentukan kenyamanan siswa, misalnya lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara, berada di pinggir jalan
raya yang padat dan berisik, berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah menimbulkan ketidaknyamanan siswa dalam
belajar. Hal itu akan sangat mengganggu proses pembelajaran siswa sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. Oleh karena itu,
lingkungan sekitar sekolah juga dapat memengaruhi konsentrasi belajar siswa. Berdasarkan penjelasan tentang lingkungan sekolah tersebut, dapat
disimpulkan bahwa lingkungan sekolah sangat besar peranannya dalam menentukan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Sekolah harus mampu
menciptakan lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar. Apabila sekolah berhasil menciptakan suasana kondusif, hubungan dan komunikasi setiap
40 orang di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran aktif interaktif, sarana
penunjang yang cukup memadai, siswa tertib disiplin, maka kondisi kondusif tersebut akan memberikan kenyamanan dan kelancaran proses pembelajaran.
Keadaan ini diharapkan membuat prestasi belajar siswa lebih optimal.
2.1.4 Pengaruh Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar
Kebiasaan belajar merupakan faktor yang memengaruhi siswa dalam pencapaian prestasi belajarnya. Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah
atau pembawaan lahir yang dimiliki siswa sejak kecil. Kebiasaan belajar terdapat kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang kurang baik. Dalam
proses keberhasilan dalam menguasai materi pelajaran tergantung pada kebiasaan belajar yang dilakukan siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Sudjana 2014:
173 “keberhasilan siswa atau mahasiswa dalam mengikuti pelajaran atau kuliah banyak
bergantung kepada
kebiasaan belajar
yang teratur
dan berkesinambungan”. Siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang baik
apabila ia mampu memilih cara-cara belajar yang baik dan diterapkan dalam kegiatan belajarnya sehari-hari. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang
teratur dan berkesinambungan akan mudah memahami dan menguasai materi pelajaran, baik yang disampaikan oleh guru di sekolah maupun yang dipelajari
sendiri dari buku pelajaran. Berbeda dengan siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang kurang baik, ia akan mengalami kesulitan dalam menguasai dan
memahami materi pelajaran. Hal itu akan menghambat kemajuan dan kesuksesan belajarnya di sekolah sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang
diperoleh. Dengan kata lain, semakin baik kebiasaan belajar yang dilakukan siswa, maka akan semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
41
2.1.5 Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar
Lingkungan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Prestasi belajar di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh
bagaimana siswa dapat memahami pelajaran di sekolah, tetapi juga kondisi lingkungan sekolahnya yang mendukung. Slameto 2013: 72 menyatakan
“lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-
baiknya”. Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah perlu menyediakan segala kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan. Kebutuhan tersebut adalah terciptanya lingkungan sekolah
yang mendukung kegiatan belajar siswa sehingga membantu siswa untuk mencapai prestasi yang optimal.
Lingkungan sekolah yang mendukung akan memberikan kenyamanan bagi siswa sehingga dapat belajar dengan optimal yang pada akhirnya dapat mencapai
prestasi yang baik. Sejalan dengan pendapat Karwati dan Priansa 2014: 267 “siswa yang nyaman akan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar sehingga
dalam dirinya akan tumbuh kesadaran untuk belajar dengan baik, yang pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang baik”. Lingkungan sekolah
yang kurang mendukung kegiatan belajar siswa membuat siswa kurang nyaman untuk belajar sehingga pencapaian prestasi belajar kurang maksimal. Dengan kata
lain semakin baik lingkungan sekolah, maka semakin baik pula prestasi belajar yang diperoleh siswa di sekolah.
42
2.1.6 Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadap
Prestasi Belajar
Kebiasaan belajar yang baik menjadi hal yang penting dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang
baik apabila ia mampu memilih cara-cara belajar yang baik kemudian ia terapkan dalam kesehariannya sehingga akan tercipta suasana belajar yang benar-benar
mendukung untuk belajar. Hal tersebut akan mendorong kelancaran proses belajar siswa. Proses belajar akan lebih optimal apabila ditunjang dengan lingkungan
sekolah yang kondusif. Sumantri 2015: 415 menyatakan “suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila suasana kelas dan lingkungan sekitarnya
mendukung terlaksananya proses belajar siswa sehingga akan menghantarkan siswa pada prestasi belajar yang
optimal”. Slameto 2013: 28 menyatakan “proses belajar perlu adanya interaksi
antara siswa dengan lingkungan”. Selain dari dalam diri siswa perlu menerapkan kebiasaan belajar yang baik, sekolah sebagai tempat belajar siswa juga harus
menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar. Apabila lingkungan sekolah siswa mendukung, maka kegiatan belajar akan
berlangsung dengan lancar. Dengan adanya kebiasaan belajar yang baik, kemudian didukung oleh lingkungan sekolah yang kondusif, akan diperoleh
prestasi belajar yang optimal. Dapat dikatakan bahwa semakin baik kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah, akan semakin baik pula prestasi belajarnya.
2.2 Kajian Empiris
Kajian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu kajian tentang hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan beberapa peneliti. Berikut uraiannya.
43 Penelitian yang dilakukan oleh Ni Md Novi Indrayani D, Ni Nym
Garminah, dan I Nym. Jampel 2013 yang berjudul “Kontribusi Kebiasaan Belajar dan Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di Sekolah
Dasar Inti Kecamatan Jembrana ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1
terdapat kontribusi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa, korelasi sebesar 0,70 dan sumbangan 49; 2 terdapat kontribusi antara konsep diri
dengan prestasi belajar siswa, korelasi sebesar 0,68 dan sumbangan 46,24; dan 3 terdapat kontribusi antara kebiasaan belajar dan konsep diri terhadap prestasi
belajar siswa, korelasi sebesar 0,854 dengan sumbangan sebesar 60. Letak perbedaan dengan penelitian yang diteliti adalah pada variabel bebas, tujuan yang
ingin diteliti, dan populasi penelitian. Dalam penelitian tersebut, variabel bebas yaitu kebiasaan belajar dan konsep diri, sedangkan dalam penelitian ini yaitu
kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kontribusi kebiasaan belajar dan konsep diri terhadap prestasi belajar,
sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar. Perbedaan yang ketiga
yaitu populasi penelitian. Populasi dalam penelitian tersebut yaitu siswa kelas IV SD Inti Kecamatan Jembrana, sedangkan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V
SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman MS 2012
dengan judul “Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika di Gugus V Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunungkidul
Tahun Ajaran
20112012 ”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar
44 dengan prestasi belajar Matematika dengan harga r
hitung
sebesar 0,300, sedangkan r
tabel
dengan N = 89 90 pada taraf signifikansi 5 sebesar 0,207, sehingga r
hitung
r
tabel
0,3000,207. Letak perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel, populasi penelitian, dan tujuan penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan Abdul
Rohman terdapat dua variabel yaitu kebiasaan belajar dan prestasi belajar Matematika, sedangkan dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu kebiasaan
belajar, lingkungan sekolah, dan prestasi belajar. Populasi penelitian yaitu siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul, sedangkan
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Perbedaan yang ketiga yaitu tujuan penelitian.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Rahmawati, I Komang Sudarma, dan
Made Sulastri 2014 yang berjudul “Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester Genap
di Kecamatan Melaya-Jembrana ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1
terdapat hubungan yang signifikan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa dengan kontribusi sebesar 18,23; 2 terdapat hubungan yang signifikan
kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa dengan kontribusi sebesar 10,6; dan 3 secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan antara
pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa dengan kontribusi sebesar 70,56 dengan kategori sangat kuat. Letak perbedaan dengan
penelitian yang diteliti adalah pada variabel bebas, populasi penelitian, dan tujuan
45 yang ingin diteliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitria Rahmawati, I
Komang Sudarma, dan Made Sulastri, variabel bebas yaitu pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah. Populasi penelitian yaitu siswa kelas IV Kecamatan Melaya-Jembrana, sedangkan populasi penelitian ini adalah siswa
kelas V SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Perbedaan ketiga terletak pada tujuan penelitian. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh
Infirul Tati‟ah 2010 yang berjudul
“Pengaruh Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 20092010
”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 kebiasaan belajar siswa tergolong
sedang dengan rentangan skor 53,2 sampai 64,2 dan persentase sebesar 42,5; 2 prestasi belajar siswa tergolong cukup dengan rentangan skor 68,1 sampai 75,1
dan persentase sebesar 32,5; dan 3 ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar matematika dengan F
hitung
F
tabel
= 6,12˃4,10 dan sumbangan sebesar 14. Letak perbedaan dengan penelitian ini
yaitu pada variabel dan populasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Infirul Tati‟ah terdapat dua variabel yang diteliti yaitu kebiasaan belajar dan prestasi
belajar, sedangkan dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti yaitu kebiasaan belajar, lingkungan sekolah, dan prestasi belajar. Populasi dalam
penelitian tersebut yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rejotan Tulungagung,
46 sedangkan populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri di Dabin
II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Hany Fatmawati 2015 dengan
judul “Pengaruh Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kradenan Tahun Pelajaran
20132014 ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 fasilitas belajar
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Matematika dengan hasil t
hitung
t
tabel
, yaitu 2,0352,011 dan nilai signifikansi 0,05, yaitu 0,047; 2 lingkungan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Matematika
dengan hasil t
hitung
t
tabel
, yaitu 2,3492,011 dan nilai signifikansi 0,05, yaitu 0,023; dan 3 fasilitas belajar dan lingkungan belajar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar Matematika dengan hasil F
hitung
F
tabel
, yaitu 8,3413,23 dan koefisien determinasi sebesar 25,8. Letak perbedaan dengan
penelitian ini yaitu pada variabel bebas dan populasi penelitian. Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan oleh Hany Fatmawati yaitu fasilitas belajar dan
lingkungan belajar, sedangkan dalam penelitian ini yaitu kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah. Populasi penelitian tersebut yaitu siswa kelas V SD Negeri
Kradenan, sedangkan populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih dan Moh. Djazari 2013 dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Kebiasaan Belajar terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Srandakan ”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 lingkungan sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi yang ditunjukkan dengan nilai
47 r
x1y
=
0,496
,
r
2
sebesar
0,246,
dan
t
hitung
t
tabel
yaitu 3,4701,685; 2 kebiasaan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi yang
ditunjukkan dengan
nilai
r
x2y
= 0,441, r
2
sebesar 0,194,
dan
t
hitung
t
tabel
yaitu 2,9881,685; dan 3 lingkungan sekolah dan kebiasaan belajar secara bersama-
sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi yang ditunjukkan dengan Ry
1,2
= 0,614, R
2
sebesar 0,377, dan harga F
hitung
F
tabel
yaitu 10,9093,24. Letak perbedaan dengan penelitian yang diteliti yaitu pada populasi
penelitian. Populasi penelitian tersebut yaitu siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Srandakan, sedangkan populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD
Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nokwanti 2013 dengan judul
“Pengaruh Tingkat Disiplin dan Lingkungan Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa
”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 ada pengaruh positif disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Warungasem Kabupaten Batang Tahun Ajaran 20092010 yang ditunjukkan dari
t
hitung
t
tabel
atau 9,481,98 dan kontribusi sebesar 45; 2 ada pengaruh positif dan signifikan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan
dari t
hitung
t
tabel
atau 8,131,98 dan kontribusi sebesar 38; dan 3 ada pengaruh disiplin belajar dan lingkungan belajar secara bersama-sama terhadap prestasi
belajar siswa yang ditunjukkan dari F
hitung
F
tabel
, atau 42,453,08. Letak perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebas dan populasi penelitian.
Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan oleh Nokwanti yaitu tingkat disiplin dan lingkungan belajar di sekolah, sedangkan dalam penelitian ini yaitu
kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah. Populasi dalam penelitian yang
48 dilakukan oleh Nokwanti tersebut yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Warungasem Kabupaten Batang, sedangkan populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
Penelitian yang dilakukan oleh Agustin Denik 2014 dengan judul “Pengaruh Minat Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar
Ekonomi pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Waru Tahun Ajaran 20132014
”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 minat belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar. Hal ini terbukti dari hasil uji t diperoleh t
hitung
t
tabel
atau 2,7541,990 dengan nilai signifikansi 0,0070,05; 2 lingkungan sekolah berpengaruh positif terhadap prestasi belajar. Hal ini terbukti dari hasil uji
t diperoleh t
hitung
t
tabel
atau 2,0311,990 dengan nilai signifikansi 0,0460,05; 3 minat belajar dan lingkungan sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar. Terbukti dari hasil uji F diperoleh F
hitung
F
tabel
atau 7,1743,109 dengan nilai signifikansi 0,0000,05.
Letak perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebas dan populasi penelitian. Variabel bebas
dalam penelitian yang dilakukan oleh Agustin Denik yaitu minat belajar dan lingkungan sekolah, sedangkan dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
kebiasaan belajar dan lingkungan sekolah. Populasi penelitian tersebut adalah siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Waru, sedangkan populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ehtesham Anwar 2013 dengan judul
“A Correlational Study Of Academic Achievement And Study Habits: Issues and Concerns
” menjelaskan bahwa:
49 There is significant relationship between study habits and academic
achievement of senior secondary school students. Thus, it is clear that the study habit has an impact on the academic achievement.
Various factors such as method of study, family background, socio- economic status and environment etc are the determinants of study
habits i.e. these factors affect study habits, but the investigator has kept these variables controlled in this study. It is also found that the
academic achievement of the students having good and poor study habits differ significantly. The result also shows that the academic
achievement of the students having good study habits is higher as compared to the students having poor study habits.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi akademik dengan kebiasaan belajar siswa. Prestasi
akademik siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik dan yang memiliki kebiasaan belajar yang buruk berbeda secara signifikan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kebiasaan belajar yang baik akan menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebiasaan belajar yang buruk.
Letak perbedaan dengan penelitian yang diteliti adalah pada variabel dan populasi penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ehtesham Anwar terdapat
dua variabel yaitu kebiasaan belajar dan prestasi akademik, sedangkan dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu kebiasaan belajar, lingkungan sekolah,
dan prestasi belajar. Populasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ehthesham Anwar yaitu siswa SMA di India, sedangkan dalam penelitian ini yaitu
siswa kelas V SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Penelitian yang dilakukan oleh Odeh. R. C, Oguche, O. Angelina Ivagher,
dan Ezekiel Dondo 2015 dengan judul “Influence Of School Environment On Academic Achievement Of Student
s In Secondary Schools In Zone „A‟ Senatorial District Of Benue State, Nigeria
” menjelaskan bahwa “school climate, discipline and physical facilities has significant influence on academic achievement of
50 seco
ndary school students in Zone „A‟ Senatorial District of Benue State, Nigeria
”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sekolah yang meliputi iklim sekolah, disiplin, dan fasilitas fisik memiliki pengaruh signifikan pada
prestasi akademik siswa sekolah menengah di Negara Benue, Nigeria. Letak perbedaan dengan penelitian yang diteliti yaitu pada variabel dan populasi
penelitian. Variabel penelitian tersebut yaitu prestasi akademik dan lingkungan sekolah yang terdiri dari iklim sekolah, disiplin, dan fasilitas fisik, sedangkan
dalam penelitian ini yaitu kebiasaan belajar, lingkungan sekolah, dan prestasi belajar. Populasi dalam penelitian tersebut adalah siswa sekolah menengah di
Negara Benue, Nigeria, sedangkan populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Dabin II Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
2.3 Kerangka Berpikir