a. Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan pedoman arah yang akan dicapai dalam kegiaan belajar mengajar. Semakin jelas tujuan pembelajaran
maka semakin mudah menentukan alat dan cara mencapainya. b.
Guru Performance guru dalam mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti kepribadian, latar belakang pendidikan, pengalaman dan pandangan filosofis guru terhadap murid. Misalnya guru yang
memiliki pandangan bahwa siswa laksana gelas kosong akan banyak menggunakan pendekatan metode yang teacher-centered. Hal ini
dikarenakan siswa bisa diisi apapun. Padahal yang terpenting bagi guru adalah mengetahui siswa dengan segala potensi dan kekuatannya.
c. Peserta Didik
Peserta didik dengan segala perbedaannya seperti motivasi, minat, bakat, perhatian, harapan, latarbelakang, dan sebagainya menyatu
dalam sebuah sistem belajar dikelas. Perbedaan-perbedaan inilah yang dikelola dan diorganisir oleh guru untuk mencapai proses
pembelajaran yang optimal. d.
Kegiatan Pengajaran Kegiatan pengajaran meliputi lingkungan belajar serta gaya mengajar
guru. Gaya mengajar guru dapat mempengaruhi gaya belajar siswa. Gaya mengajar menurut Muhammad ali yaitu gaya mengajar klasik,
teknologis, personalisasi, dan interaksional. Perbedaan gaya mengajar yang digunakan guru dapat menyebabkan perbedaan kegiatan
mengajar. e.
Evaluasi Evaluasi yang dilakukan harus benar-benar dapat mengevaluasi tujuan
yang telah ditetapkan, bahan yang diajarkan, dan proses yang dilakukan.
47
Ibid., h.115.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan strategi konflik kognitif dalam pembelajaran matematika yaitu:
1. Asdar, 2012 dengan judul penelitian “Strategi Konflik Kognitif Dalam
Pemecahan Masalah Geometri Siswa SMA di Kota Makassar”. Penelitian ini menyebutkan bahwa strategi konflik kognitif dapat digunakan untuk
memperkuat pemahaman konsep geometri siswa SMA. Strategi ini diterapkan dengan memberikan informasi dan pengetahuan baru yang
menimbulkan konflik dalam pemahaman konsep siswa, kemudian melatihkannya untuk memecahkan konflik tersebut agar dapat
memperkuat pemahaman konseptual siswa. Strategi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran berbasis masalah.
2. Nur Fajriyani, 2012 dengan judul penelitian “Pengaruh Strategi Konflik
Kognitif Terhadap Kemampuan Penalaran Logis Siswa”. Penelitian ini
mendapatkan hasil bahwa penalaran logis siswa yang menggunakan strategi konflik kognitif dalam pembelajaran matematika lebih tinggi
dibandingkan dengan penalaran logis siswa yang menggunakan strategi konvesional dalam pembelajaran matematika.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah proses mental yang menghasilkan suatu ide yang baru novelty, menghasilkan ide yang banyak
fluency dan berbeda-beda flexibility untuk memperbaiki keadaan atau menyelesaikan masalah. Ide yang baru tidak seluruhnya harus baru, bisa jadi yang
baru adalah gabungan atau kombinasi yang digunakan, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya.
Banyak siswa yang masih memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah strategi pembelajaran yang guru
gunakan masih berorientasi pada guru. Guru menyajikan informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian ilustrasi atau
contoh soal, diskusi, tanya jawab, dan penugasan sampai akhirnya guru merasa
bahwa apa yang telah diajarkannya dapat dimengerti siswa. Sementara kegiatan siswa adalah duduk, memperhatikan dan mencatat penjelasan guru, menghafal,
kemudian mengerjakan latihan. Latihan-latihan yang guru berikan pun tidak memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, yakni latihan-latihan
yang bersifat tertutup. Adapun salah satu alternatif strategi pembelajaran yang diharapkan mampu
untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu strategi konflik kognitif. Strategi konflik kognitif merupakan strategi yang menuntut keaktifan siswa dan
menjadikan siswa pusat pembelajaran sehingga siswa berani mengungkapkan ide –
ide. Konflik yang dihadirkan merupakan upaya untuk membiasakan siswa dan memberi pengalaman bagaimana menghadapi suatu situasi yang tidak
dikehendaki, memberi tantangan dan kesempatan kepada siswa untuk memantapkan pengetahuan dan keterampilan berpikir matematis yang
dimilikinya, dalam hal ini berpikir kreatif matematis. Strategi konflik kognitif memiliki tiga tahap: preliminary stage, conflict stage,
and resolution stage. Tahap pendahuluan preliminary stage merupakan tahapan prakonsepsi yakni guru mengidentifikasi miskonsepsi dan pemahaman awal siswa
tentang aspek-aspek penting yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian konflik kognitif dihadirkan pada tahap yang kedua, yakni tahap konflik
conflict stage. Konflik ini dapat berupa miskonsepsi yang diidentifikasi pada tahap prakonsepsi ataupun soal dengan pendekatan pemecahan masalah yang
dapat mengkonflikkan prakonsepsi siswa. Tahap yang terakhir adalah tahap penyelesaian konflik resolution stage. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk
menemukan sendiri pemecahan masalahnya dengan cara scaffolding dari guru, berdiskusi dengan teman, menganalogikan, mengkontradiksikan, atau dengan
memberikan contoh-contoh tandingan counter example. Kemudian hasilnya dikomunikasikan dan dievaluasi.
Ketika siswa diberikan masalah yang berbasis konflik kognitif, siswa akan berpikir berdasarkan pengetahuan awalnya mengeluarkan ide-idenya dengan
lancar atau bahkan siswa dapat menghasilkan ide-ide yang bersifat baru karena berbeda dari ide temannya yang lain. Ketika siswa sudah melewati tahapan
konflik kognitif, siswa akan memperbaharui konsep matematika nya yang mengalami miskonsepsi secara luwes dan logis. Dengan demikian diharapkan
melaui pembelajaran dengan strategi konflik kognitif akan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Kerangka berpikir pada penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian D.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
1.
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan strategi konflik kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang menggunakan strategi ekspositori.
Tingginya Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Rendahnya Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Faktor Penyebab
Strategi Konflik Kognitif
Langkah-langkahnya : A.
Tahap
pendahuluan Preliminary
stage
B. Tahap
konflik conflict stage
C. Tahap
penyelesaian konflik
resolution stage Tahap-tahap
pada stretegi
konflik kognitif dapat melatih
kemampuan berpikir kreatif matematis:
A. Berpikir
lancar fluency
B. Berpikir fleksibel
fleksibility
C. Berpikir kebaruan
novelty
A. Strategi
pembelajaran yang diterapkan belum
melatih kemampuan
berpikir
kreatif siswa.
B. Pembelajaran
masih berpusat
pada guru.
C. Tidak dibiasakan
dengan soal
kemampuan berpikir kreatif.
Alternatif Strategi
Pembelajaran Pengaruh