8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Edward de Bono menyebutkan bahwa “berpikir adalah eksplorasi
pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai suatu tujuan. Tujuan itu mungkin berbentuk pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan,
pemecahan masalah, penilaian, tindakan, dan sebagainya ”.
1
Bahan dasar berpikir adalah pengetahuan dan informasi. Namun, informasi dan
pengetahuan yang sempurna tidak akan menimbulkan kegiatan berpikir. Untuk itu dalam pembelajaran, informasi tidak seharusnya diberikan dalam keadaan
yang tersusun rapi. Informasi ini diperoleh siswa dengan menyimak pengalaman, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengetahui dimana mencari
informasi tersebut, dan dengan membuat berbagai asumsi. Dengan demikian, berpikir merupakan upaya untuk menarik informasi dari pengalaman.
a. Pengertian Berpikir Kreatif Matematis
Krulik dan Rudnik menjelaskan bahwa, “Berpikir kreatif merupakan
pemikiran yang bersifat asli, reflektif dan menghasilkan suatu produk yang kompleks. Berpikir tersebut melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide-
ide baru dan menentukan efektivitasnya, membuat keputusan serta menghasilkan produk yang baru”.
2
Menurutnya, tingkat berpikir seseorang dimulai dengan ingatan recall kemudian penalaran reasoning. Dalam
penalaran dikategorikan berpikir dasar basic thinking, berpikir kritis critical thinking, dan berpikir kreatif creative thinking. Berpikir kreatif
merupakan pemikiran yang bersifat keaslian dan menghasilkan produk
1
Edward de Bono, Buku Mengajar Berpikir. Ter. dari Teaching Thinking oleh Soemardjo, tt.p.: Erlangga, 1992, Cet. 2, h 36.
2
Tatag Eko Yuli Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, tt.p.: Unesa University
Press, 2008, h. 21.
yang baru dan komplek melalui mensintesis, membangun, dan menerapkan ide-ide.
3
Berpikir kreatif memperhatikan berpikir logis maupun intuitif untuk menghasilkan ide-ide. Oleh karena itu, seseorang menggunakan otak
bagian kanan dan bagian kirinya dalam berpikir kreatif. Jika seseorang berpikir logis terlalu banyak maka ide-ide kreatif akan terabaikan. Dengan
demikian keseimbangan logika dan intuitif sangat penting karena keduanya saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan.
Sementara menurut Sumarmo, berpikir kreatif memuat aspek keterampilan kognitif, afektif, dan metakognitif. Keterampilan kognitif
tersebut antara lain: mengidentifikasikan masalah dan peluang, menyusun pertanyaan yang baik dan berbeda, mengidentifikasi data
yang relevan dan yang tidak relevan, masalah dan peluang yang produktif; menghasilkan banyak idea fluency, idea yang berbeda
flexibility, dan produk atau idea baru originality, memeriksa dan menilai hubungan antara pilihan dan alternatif, mengubah pola pikir
dan kebiasaan lama, menyusun hubungan baru, memperluas, dan memperbarui rencana atau idea.
4
Munandar mengatakan bahwa “Berpikir kreatif juga disebut berpikir divergen ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian
”.
5
Dua dari tiga pengertian berpikir kreatif menurut para ahli terdapat komponen yang sama, yaitu menghasilkan sesuatu yang “baru” atau
memperhatikan kebaruan. Berpikir kreatif dapat diartikan proses mental yang menghasilkan suatu ide yang baru, menghasilkan ide yang banyak
dan beragam untuk memperbaiki keadaan atau menyelesaikan masalah. Ide yang baru tidak seluruhnya harus baru, bisa jadi yang baru adalah
3
Ibid., h. 28-31.
4
Utari Sumarmo, Makalah “Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik”, FMIPA UPI, Bandung, Januari 2010, h. 10.
5
Andri Suryana, “Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut Advanced Mathematical Thinking
dalam Mata Kuliah Statistika Matematika I,” makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Kontribusi Pendidikan Matematika
dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 10 November 2012, h. 44.