Prinsip Dasar Asuransi Syariah

kebersamaan akan tercipta dengan sendirinya, sehingga komitmen saling membantu benar-benar tercipta. c. Saling melindungi, dimana komitmen membela dan saling mensejahterakan sangat diharapkan tercipta melalui kepesertaannya di Takaful. Ketiga konsep ini tidak akan dapat dilaksanakan, bila nilai taqwa dan iman yang kokoh serta niat ikhlas belum meresap secara mendalam pada semua peserta dan pengelola Takaful. Pada dasarnya konsep ini ada pada asuransi konvensional, namun dalam aplikasinya masih mempunyai kekurangan, di antaranya unsur-unsur al-gharar, maisir dan ribawi masih ada dalam pelaksanaannya. Karenanya konsep dasar ini harus bermuara pada operasional pelaksanaannya, sehingga komitmen saling menolong, melindungi dan bertanggung jawab benar-benar terlaksana. Tiga prinsip dasar di atas dengan beberapa prinsip yang tidak kalah pentingnya 17 . Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1 Tauhid Unity: merupakan dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam syariah Islam, dimana setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus menceminkan nilai-nilai 17 Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.125 Ketuhanan 2 Keadilan justice: merupakan upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi sehingga terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dalam akad asuransi. 3 Kerelaan al-ridha: merupakan prinsip yang harus diterapkan pada setiap peserta asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana premi yang disetorkan ke perusahaan asuransi untuk difungsikan sebagai dana sosial tabarru. 4 Larangan riba: tidak diperbolehkannya riba dalam bentuk apapun, termasuk masalah bunga dalam mengalokasikan dana untuk investasi. 5 Larangan maisir judi: tidak diperbolehkannya unsur perjudian dalam bisnis asuransi. 6 Larangan gharar ketidakpastian: dengan prinsip ini maka akad yang dilakukan dalam transaksi asuransi serta kepemilikan dana harus pasti dan jelas adanya.

3. Landasan Operasional Asuransi Syariah di Indonesia

Secara struktural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum konvensional. Namun kemudian ada peraturan secara khusus yang mengatur masalah asuransi syariah, yaitu Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2008 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, KMK No. 422KMK2003 tentang penyelenggaran usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, PMK No.18PMK.0102010 tentang prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, kemudian Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep 390 LK2005 tentang pedoman perhitungan tingkat kesehatan keuangan serta bentuk dan susunan laporan dan pengumunan laporan keuangan bagi perusahaan asuransi non PT. Disamping itu, pedoman mengenai asuransi syariah ini juga dimantapkan oleh adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dimana pedoman tersebut, khususnya mengenai masalah teknis operasional, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Akad yang diperbolehkan dalam asuransi syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar penipuan, maysir perjudian, riba, zhulm penganiayaan, risywah suap, barang haram dan maksiat. 2 Akad dalam asuransi: a Akad yang dilakukan antara peserta asuransi dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan akad tabarru’. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial, sedangkan akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang