Penetapan Dana Klaim Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim.

melalui manfaat produk yang diberikan, dimana hal itu mencerminkan hak-hak peserta yang harus dipenuhi perusahaan. Pada produk Takafulink dari Asuransi Takaful Keluarga, tidak mengenal konsep dana hangus ketika peserta mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir. Hal ini dikarenakan ketika peserta mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir, maka peserta akan mendapatkan dana investasi yang terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun peserta mengundurkan diri. Pada kasus tersebut, dana tabarru’ yang telah dibayar peserta tidak dikembalikan, karena telah disepakati dan diikhlaskan di awal perjanjian untuk dimasukkan kedalam rekening tabarru’ sebagai dana kebajikan. Disamping itu, jika peserta meninggal dunia dalam masa polis, maka ahli waris peserta memperoleh dana investasi yang telah terkumpul dan hasil investasinya ditambah dana santunan yang diambil dari rekening tabarru’ peserta. Dan jika peserta hidup sampai masa polis berakhir, maka peserta mendapatkan dana investasi terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun terakhir perjanjian. Dengan demikian sesuai prinsip syariah, klaim atas akad tijarah dan akad tabarru’ dalam produk takafulink sepenuhnya merupakan hak peserta, namun tentu saja setelah dikurangi komisi dan biaya- biaya transaksi yang telah disepakati. Pada produk Allisya Protection dari Allianz Life Indonesia juga tidak mengenal adanya dana hangus, ini dikarenakan adanya fasilitas withdrawl. Fasilitas tersebut memungkinkan peserta untuk melakukan penarikan dana investasi yang dapat dilakukan sewaktu-waktu, termasuk ketika peserta ingin mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir. Fasilitas withdrawl tersebut mencerminkan bahwa klaim atas akad tijarah adalah hak penuh peserta. Dan hak atas akad tabarru’ dicerminkan melalui manfaat yang diperoleh nasabah ketika meninggal dunia, yaitu sebesar uang pertanggungan ditambah nilai investasi, dalam hal ini uang pertanggungan yang dimaksud terdiri dari dana investasi yang terkumpul dan dana santunan yang diambil dari rekening tabarru’.

3. Pelaksanaan manejemen risiko

Salah satu prinsip akad dari asuransi berbasis syariah adalah prinsip ta’awun tolong menolong dan bukan prinsip jual- beli. Hal ini berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional yang menerapkan prinsip jual beli dalam transaksinya, dimana risiko di masa yang akan datang dialihkan dari peserta kepada perusahaan, dengan kompensasi perusahaan menerima pembayaran premi dari peserta. Sistem pengendalian risiko semacam ini disebut dengan sistem risk transfer. Sehubungan dengan itu, untuk menerapkan prinsip ta’awun dalam asuransi syariah, diterapkan sistem risk sharing dalam usaha pengendalian risikonya. Sistem risk sharing merupakan bentuk usaha saling menanggung risiko diantara sesama peserta, dan sistem ini diimplementasikan melalui akad tabarru’. Penerapan akad tabarru’ harus dilakukan secara tepat sesuai dengan prinsip dasar asuransi syariah, khususnya mengenai prinsip kerelaan al-ridha dari peserta asuransi dan tidak adanya unsur maisir. Dan yang tidak kalah penting adalah, bahwa dalam prinsip asuransi syariah, akad tabarru’ tidak boleh diubah menjadi akad tijarah, sehingga akad harus menerapkan bahwa dana tabarru’ sepenuhnya adalah untuk kepentingan tolong menolong sesama peserta asuransi. Asuransi Takaful Keluarga, khususnya untuk produk takafulink, telah menerapkan adanya akad tabarru’. Sebelum menandatangani kontrak akad tertulis, calon peserta diwajibkan membaca dan memahami secara seksama akad tertulis mengenai kesanggupan peserta untuk membayar premi tabarru’, yang nantinya premi tabarru’ tersebut akan dikelola oleh PT Asuransi Takaful Keluarga dalam rekening khusus sebagai dana kebajikan untuk tolong menolong diantara peserta yang mengalami musibah. Pada tahapan ini, penerapan akad tabarru’ mencerminkan adanya prinsip kerelaan al-ridha, karena peserta telah mengetahui tentang keberadaan akad tabarru’ beserta hak dan kewajiban yang timbul, sebelum menyetujui dan melaksanakan akad. Sehingga uang yang disetor oleh peserta asuransi yang merupakan kewajiban peserta merupakan dana tabarru’ yang sengaja diniatkan untuk melindungi dirinya dan peserta lain ketika terjadi musibah, dan inilah yang mencerminkan kerelaan peserta untuk melakukan akad tabarru’ tanpa ada paksaan. Disamping itu, dengan mewajibkan peserta membaca dan memahami bahwa dana tabarru’ yang dibayarkan pada akhirnya digunakan