Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian tersebut. Keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari para peserta, yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah sistem bagi hasil. Para peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah disepakati. Adapun mekanisme pengelolaan dana peserta premi terbagi menjadi dua sistem yaitu: a. Sistem yang mengandung unsur tabungan Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang premi secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan tergantung kepada kemampuan peserta. Akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang dapat dibayarkan. Setiap peserta dapat membayar premi tersebut, melalui rekening koran, giro atau membayar langsung. Peserta dapat memilih cara pembayaran, baik tiap bulan, kuartal, semester maupun tahunan. Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dipotong dengan fee atau ujrah akan dipisah oleh perusahaan asuransi dalam dua rekening yang berbeda, yaitu: 1. Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: a Perjanjian berakhir b Peserta mengundurkan diri c Peserta meninggal dunia 2. Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: a Peserta meninggal dunia b Perjanjian telah berakhir jika ada surplus dana Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi klaim dan premi re-asuransi, akan dibagi menurut prinsip Al- Mudharabah. Prosentase pembagian mudharabah bagi hasil dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta. b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila: 1. Peserta meninggal dunia 2. Perjanjian telah berakhir jika ada surplus dana Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi klaim dan premi re-asuransi, akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip Al-Mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta misalnya, 30 untuk perusahaan dan 70 untuk peserta. Persentase untuk kedua rekening tersebut ditentukan sesuai dengan kelompok umur peserta Takaful dan jangka waktu pertanggungan. Dalam asuransi syariah, semakin tua kelompok umur tertanggung dan semakin lama jangka waktu pertanggungan, maka semakin besar jumlah presentasenya. Untuk memberi gambaran lebih jelas tentang mekanisme atau perhitungan dalam asuransi syariah akan diilustrasikan sebagai berikut 18 : Usia peserta asuransi : 25 tahun Jangka waktu pertanggungan : 10 tahun Premi per tahun : Rp. 1.000.000,00 Rekening peserta 98 : 98 x Rp. 1.000.000 18 Salim Abbas, Asuransi dan Manejemen Resiko, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Cet-7, ed-2,h.112 = Rp. 980.000,00 Rekening khusus peserta : 2 x Rp. 1.000.000 = Rp. 20.000 Rasio bagi hasil :70 untuk peserta: 30 untuk perusahaan Apabila peserta meninggal dunia pada tahun ke 5 masa angsuran, maka: - Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 5 = Rp. 4.900.000 - Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun = Rp. 400.000 - Sisa premi yang belum dibayar = Rp. 5.000.000 Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp. 10.300.000 Apabila peserta masih hidup hingga berakhirnya masa pertanggungan setelah 10 tahun, maka: - Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 10 = Rp 9.800.000 - Keuntungan dari bagi hasil selama 10 tahun = Rp 1.800.000 - Rekening khusus peserta tidak ada = Rp. 0 Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp.11.600.000 Bila peserta mengundurkan diri pada tahun kelima masa angsuran, maka: - Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 5 = Rp.4.900.000 - Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun = Rp. 400.000 Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp.5.300.000

5. Dewan Pengawas Syariah DPS dan Dewan Syariah Nasional DSN

Definisi Dewan Pengawas Syariah DPS menurut Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI No: Kep- 98MUIIII2001 adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan diberhentikan di Lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional DSN. Berdasarkan keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN- MUI, No: Kep-98MUIIII2001, maka fungsi dari Dewan Pengawas Syariah dirumuskan sebagai berikut: a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya. b. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN. c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran. d. DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan- pembahasan DSN DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi. Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi sistem dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah Islam. DPS bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan sistem pembinaan keislaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya, ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan perusahaan tersebut, serta bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan oleh sekretaris DPS. Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala biasanya tiap tahun bahwa Lembaga Keuangan Syariah yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari Lembaga Keuangan Syariah yang diawasinya. Dewan Pengawas Syariah bersama komisaris dan direksi bertugas untuk terus-menerus mengawal dan menjaga penerapan nilai-nilai Islam dalam setiap aktifitas yang dikerjakan Lembaga Keuangan Syariah. DPS juga bertugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang Lembaga Keuangan Syariah, melalui media-media yang sudah berjalan dan berlaku di masyarakat, seperti khutbah, majelis talim, pengajian- pengajian, maupun melalui dialog rutin dengan para tokoh