Asuransi Dalam Perspektif Islam

Sehingga ayat tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bahwa ber-asuransi tidak bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi yang dikenal dalam mekanisme asuransi. Jadi, sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi syarat- syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep muamalat secara Islami setidaknya ada b e b e r a p a hal yang jelas diharamkan, yaitu: adanya unsur gharar ketidak jelasan dana, unsur maisir judi gambling, riba, zhulum penganiayaan, risywah suap, barang haram dan perbuatan maksiat Sementara itu, Hukum Bilangan Besar yang menjadi teori dasar dari cara kerja asuransi dalam memperkirakan masa depan, merupakan aplikasi dari kaidah fiqhiyyah, al-‘adah muhakkamah. Dimana kaidah tersebut menjelaskan bahwa kebiasaan yang telah berlalu merupakan suatu ketetapan hukum yang dapat dijadikan landasan hukum bagi peristiwa berikutnya. Interaksi ini mengharuskan adanya persesuaian dengan nilai dasar yang ada dalam syariah Islam 12 . 12 Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media.

D. Asuransi Syariah Takaful

1. Definisi dan Jenis Asuransi Syariah Takaful

Secara etimologi bahasa arab, takaful berasal dari akar kata kafala atau tafaa’ala yang berarti saling menanggung. Sementara ada yang mengartikan dengan makna saling menjamin. Dalam bidang muamalah, Muhammad mengatakan bahwa asuransi syariah takaful adalah: “Saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masing- masing mengeluarkan dana ibadah tabarru yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut 13 .” Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang bertakaful, yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling menjamin risiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum atau perusahaan yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi ini terjamin berjalan dengan baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang oleh syariat: al-gharar, al-maisir, al-riba. Berkaitan dengan ini, menurut Praja ada unsur-unsur penting yang mesti ada demi terlaksananya 13 Muhammad. Kebijakan Fiskal Moneter Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: 2002 Salemba Empat, h.105-106 takaful, yaitu: a. Beberapa pihak yang berasuransi b. Pengelola asuransi Perusahaan Asuransi. Dalam hal ini, perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung diantara para peserta asuransi 14 Perusahaan asuransi syariah dapat menawarkan dua jenis pertanggungan 15 , yaitu: 1 Takaful keluarga Asuransi Jiwa: adalah bentuk takaful yang memberi perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta takaful. Sementara itu produk takaful keluarga dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu: a Takaful dengan unsur tabungan, meliputi: Takaful berencana Dana Investasi, Takaful Dana Haji dan Takaful Pendidikan. b Takaful tanpa unsur tabungan, meliputi: Takaful Berjangka, Takaful majelis Ta’lim, Takaful Khairat Keluarga, Takaful Pembiayaan, Takaful Kecelakaan Diri, Takaful Wisata dan Perjalanan, Takaful Kecelakaan Siswa, Takaful Perjalanan Haji dan Umroh. 14 Gemala.Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.,2004 15 Muhammad., Lembaga - Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII Press, 2004,h.107