Republika Tanggal 6 Juni 2011 Analisis Framing Pemberitaan Kasus M Nazaruddin di Harian

korupsi membutuhkan waktu, sehingga pembaca harus bersabar dalam menanti langkah selanjutnya dari KPK, apalagi untuk membongkar kasus sebesar Wisma Atlit ini. Dia pun menampik penilaian KPK lambat dalam penanganan kasus suap terhadap Sesmenpora. Dia mengatakan, untuk mengungkap suatu kasus korupsi membutuhkan waktu. Kegiatan penyidikan, tegas Busyro, tidak bisa dibatasi karena perkara Nazaruddin bukan persoalan sepele, sementara kasus lain yang ditangani KPK juga banyak. Tabel 4.2: Framing Edisi 6 Juni 2011 “Langkah Jemput Paksa Bergantung Status Nazaruddin” Problem identification Tindakan gegabah jika KPK menjemput paksa Nazaruddin Busyro menjelaskan, pihaknya tidak ingin bertindak gegabah Causal interpretation Status Nazaruddin yang masih sebagai saksi Dia pun menampik penilaian KPK lambat dalam penanganan kasus suap terhadap Sesmenpora. Dia mengatakan, untuk mengungkap suatu kasus korupsi membutuhkan waktu Moral evaluation Tindakan KPK yang tidak menjemput paksa Nazaruddin dinilai sudah tepat Wakil ketua KPK Haryono Umar menambahkan, saat ini KPK tidak berkepentingan menjemput Nazaruddin ke Singapura. Haryono menambahkan, dengan status Nazaruddin hanya sebagai saksi, KPK tidak melakukan upaya penjemputan ke Singapura. Treatment recommendation Penanganan kasus korupsi seharusnya mengikuti prosedur yang ada Dia mengatakan, untuk mengungkap suatu kasus korupsi membutuhkan waktu

3. Republika Tanggal 7 Juni 2011

Judul : Deomkrat Gagal Bawa Pulang Nazaruddin Problem identification. Dalam berita ini Harian Rapublika mengidentifikasi berita ini pertama-tama dengan menilai tim pencari fakta yang dibentuk oleh Partai Demokrat tidak berwenang memakasa Nazaruddin untuk pulang ke tanah air. Tim Pencari Fakta yang dibentuk Partai Demokrat Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah, dan Jhonny Allen Marbun hanya bertugas untuk bertemu dan berkomunikasi dengan Nazaruddin dan mengajaknya bukan memaksanya agar mau kembali ke tanah air. Tim khusus yang dibentuk Partai Demokrat telah bertemu mantan bendahara umum Partai Demokrat M Nazaruddin di Singapura. Namun tim itu gagal mengajak pulang Nazaruddin pulang ke Indonesia. “Tim sudah bekerja dan berhasil berkomunikasi dan bertemu langsung dengan yang bersangkutan di Singapura”, ujar Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di kantor DPP Partai Demokrat, Senin 66. Causal interpretation. Kepulangan Nazaruddin msih terkendala status hukum dan status kesehatannya. Letak awal dan masalah bukan pada tim pencari fakta Partai Demokrat yang tidak bisa membawa pulang Nazaruddin dari Singapura. Hal ini dapat dibaca dari isi berita yang berasal dari wawancara dengan Anas Urbaningrum Ketua Umum Partai Demokrat pada alinea pertama. “Tim sudah bekerja dan berhasil berkomunikasi dan bertemu langsung dengan yang bersangkutan di Singapura. ” Atau dapat dilihat juga dari isi berita yang memuat hasil kesimpulan yang dibuat oleh tim pencari fakta Partai Demokrat. “Dari hasil komunikasi dengan Nazaruddin, Demokrat menyimpulkan tiga hal. Pertama, Nazaruddin sedang sakit dan berobat di Singapura. Kedua, sudah selesai berobat, Nazaruddin akan kemabli ke tanah air. Ketiga, Nazaruddin siap memberikan klarifikasi mengenai informasi yang kini tengah didiskusikan publik .” Pemuatan hasil wawancara dengan mereka seperti di atas, ini sangat menunjukkan bahwa Harian Republika mengidentifikasi penyebab masalah dalam berita ini adalah dengan melihat status hukum Nazaruddin dan status kesehatannyalah yang menyebabkan dirinya belum dibawa kembali atau bahkan mengembalikan dirinya sendiri ke tanah air. Republika tidak melihat tim pencari fakta yang dibentuk Partai Demokrat sebagai penyebab masalah dari lamanya Nazaruddin kembali ke tanah air. Moral evaluation. Penilaian atas status hukum dan status kesehatan Nazaruddin sebagai penyebab masalah datang dari beberepa pendapat elit yang sama- sama menganggap keberadaan Nazaruddin di Singapura bukan sebagai pelarian dia dari penegakan hukum. Penilaian moral yang diberikan kepada Nazaruddin menekankan bahwa keberadaannya di Singapura adalah sebagai tindakan yang tepat. Pertama, keberadaan dia disana adalah karena kondisi kesehatannya yang buruk, dan diberikan kesempatan untuk berobat. Kedua, belum kembalinya Nazaruddin ke tanah air ini karena status hukumnya belum sampai menunjukkan keterlibatannya dalam kasus suap proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang. Wakil Ketua KPK, Haryono Umar, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum membuat surat panggilan untuk Nazaruddin. Menurut Haryono, KPK belum membutuhkan keterangan Nazaruddin terkait kasus suap dalam proyek pembangunan wisma Atlet SEA Games 2011, Palembang. “Surat pemanggilan belum disampaikan oleh penyidik dan belum ada di meja pimpinan,” kata Haryono di kantornya, Senin 66. Treatment recommendation. Atas semua identifikasi tersebut, Harian Republika menekankan kepada KPK agar lebih cepat bergerak dalam melakukan proses hukum yang sedang terjadi kepada Nazaruddin. Penuntasan kasus ini sangat penting demi mengklarifikasi berbagai tuduhan yang menuju pada dirinya dan Partai Demokrat. Menurut Nazaruddin, segala macam tuduhan padanya hanyalah tuduhan imajinasi tanpa bukti. “Semakin cepat dituntaskan maka berbagai isu akan cepat berakhir. Tudingan itu bisa menjadi jelas dengan pembuktian lewat jalur hukum ,” ujar Nazaruddin. Nazaruddin menegaskan, siap dimintai keterangan oleh KPK bila diperlukan. “Saya siap diperiksa,” kata Nazaruddin menegaskan.