Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
realitas yang terjadi di dalam masyarakat ke dalam sebuah berita, tetapi wartawan juga menafsirkan realitas yang terjadi sesuai penafsiran mereka sendiri baru mereka
masukkan ke dalam berita. Hal ini terjadi karena pemberitaan berimbang sulit bersaing dengan pemberitaan memihak, karena pembaca cenderung membaca apa
yang memang ingin dibacanya, bukan apa yang seharusnya dibaca.
3
Kepemilikan media menjadi hal yang sangat dilematis dalam dinamika industry media. Dalam hal ini, siapapun yang memiliki modal besar dan mempunyai
kepentingan akan berusaha menguasai media. Karena era perpolitikan Indonesia saat ini telah memasuki fase politik pencitraan. Di mana media sebagai mediator paling
ampuh sebagai media pencitraan kepentingan mereka. Walaupun apa yang mereka sampaikan hanya berupa pesan-pesan simbolik saja.
4
Hal ini terjadi ketika sekarang banyak pengusaha yang memiliki kepentingan di dunia politik menjadi pemilik sebuah media untuk alat pencitraan dirinya. Tentu
hal ini sangatlah menarik untuk lebih di teliti terhadap pemberitaan yang di sampaikan oleh Koran Harian Republika. Dalam melihat konteks ini perlu kita teliti
bagaimana Republika memposisikan dirinya dalam menyampaikan pemberitaan. Tentunya pengaruh yang diberikan oleh pemilik media dalam menyampaikan
berita dan juga perspektif wartawan yang dimasukkan dalam isi berita pun akan sangat mempengaruhi para pembaca menafsirkan pemberitaan yang di sampaikan
Harian Republika. Atas dasar itulah penilitian ini sangat penting untuk dilaksanan.
3
Rivers, L. William. Jensen, W Jay Peterson, Theodore, Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Kencana, 2008 h. 12
4
Merujuk pada tulisan Gun Gun Heryanto SINAR HARAPAN, 9 February 2011 mengutip pada tulisan Pamela J Shoemaker dan Stephen D Reese dalam bukunya Mediating the Message:
Theories of Influence on Mass Media Content
Kasus korupsi Nazaruddin ini sangat mengejutkan banyak pihak. Dan untuk menyelesaikan kasus ini pun sesungguhnya membutuhkan waktu yang sangat lama.
Pernah muncul dipermukaan bahwa untuk menyelesaikan kasus yang melibatkan mantan bendahara umum Partai Demokrat ini membutuhkan waktu seratus tahun.
Awal mula kasus ini adalah dari tertangkapnya Sesmenpora Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid Muaharram, bos PT Duta Graha Indah M El
Idris, dan seorang perantara Mindo Rosalina. Ketiganya ditangkap atas dugaan penyuapan terkait proyek Wisma Atlet SEA Games 2011. Pengacara Rosalina,
Kamarudin Simanjuntak menyatakan kliennya sebagai bawahan Nazarudin. Pernyatann ini terus bergulir di media massa dan menimbulkan dugaan keterlibatan
beberapa elit partai tersebut. Tentu saja Nazarudin menolak pernyataan dari pengacara Rosalina tersebut.
Nazarudin membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya dan Partai Demokrat. Pemberitaan yang tersu bergulir di media massa tentang kerterkaitannya
Nazarudin dengan kasus penyuapan tersebut memaksa Dewan Kehormatan Partai Demokrat memecat Nazarudin dari jabatan Bendahar Umum. Pada tanggal 24 Mei
2011 KPK Komisi Pemberantasan Korupsi menerbitkan surat bepergian ke luar negeri terhadap Nazarudin. Namun, Nazarudin telah terbang ke Singapura dengan
alasan berobat, bersamaan waktunya dengan pengumuman pemecatan dirinya dari Demokrat.
Inilah awal mula pelarian Nazarudin di luar negeri. Pada 10 Juni 2011 Partai Demokrat membentuk tim yang terdiri atas Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah dan
Jhonny Allen Marbun. Tim berhasil menemui Nazarudin di Singapura, namun gagal membawa pulang Nazarudin ke tanah air. Keberadaan Nazarudin di Singapura karena
sedang berobat dan dalam keadaan sakit berdasarkan keterangan pers yang dilakukan Partai Demokrat.
Selama pelariannya di luar negeri, Nazarudin selalu membeberkan informasi tentang beberapa kader Partai Demokrat kepada para wartawan melalui blackberry
messanger. Sampai pada akhirnya tanggal 14 Agustus 2011 Nazarudin berhasil dibawa pulang dari persembunyiannya di Cartagena, Kolombia.