Republika Tanggal 10 Juni 2011 Analisis Framing Pemberitaan Kasus M Nazaruddin di Harian

Treatment recommendation. Secara tidak langsung, Republika merekomendasikan masalah berita ini agar KPK tetap menunggu sampai sembuhnya Nazaruddin dari penyakit yang dideritanya. Berobatnya Nazaruddin di Singapura harus ditunggu dengan sabar oleh KPK. Selain itu, Republika juga menuliskan dalam beritanya me ngutip dari pernyataan Jafah Hafsah yang menyatakan “katanya, ia Nazaruddin akan kembali setelah sembuh”. Jafar mengaku tetap berkomunikasi dengan Nazaruddin. Katanya, ia akan kembali setelah sembuh. Tetapi, kalau ada proses hukum, dia pasti akan kembali. Jafar menyatakan, kondisi terakhir Nazar tampaknya memungkinkan dia untuk datang. Tabel 4.5: Framing Edisi 10 Juni 2011 “Nazaruddin Diduga Disembunyikan” Problem identification Kesalahan Partai Demokrat jika Nazaruddin tidak memenuhi panggilan KPK Jika panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK terhadap mantan bendahara umum Partai Demokrat PD M Nazaruddin tak diindahkan yang bersangkutan, yang harus bertanggung jawab adalah PD Causal interpretation Alasan sakit Nazaruddin yang mengahmbat kepulangannya Kalau memang yang bersangkutan sakit, apalagi berat badannya sampai turun 18 kilogram, bisa dimaklumi Moral evaluation Dinilai dari sisi kemanusiaan, tindakan Nazaruddin itu hal tepat karena ingin berobat Kalau memang yang bersangkutan sakit, apalagi berat badannya sampai turun 18 kilogram, bisa dimaklumi Treatment recommendation KPK harus tetap menunggu sampai Nazaruddin sembuh Jafar mengaku tetap berkomunikasi dengan Nazaruddin. Katanya, ia akan kembali setelah sembuh. Tetapi, kalau ada proses hukum, dia pasti akan kembali

6. Republika Tanggal 11 Juni 2011

Judul : Nazaruddin Mangkir Problem identification. Harian Umum Republika melihat berita ini sebagai respon dari pihak KPK dan Partai Demokrat atas ketidakhadiran Nazaruddin pada pemanggilan KPK sebagai saksi. Ini terlihat jelas dari keseluruhan berita ini Republika menuliskan komentar-komentar dari para petinggi KPK dan Partai Demokrat atas ketidakhadiran Nazaruddin ke gedung KPK pada hari Jumat 106, sebagai saksi pada kasus dugaan korupsi pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Ditjen Penigkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PMPTK, Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2007. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Jum’at 106 sore, memastikan mantan bendahara umum Partai Demokrat M. Nazaruddin dan isterinya, Neneng Sri Wahyuni, mangkir dari panggilan penyidik. Ketidakhadiran keduanya di KPK tanpe keteranganyang jelas . “Pak Nazaruddin dan Ibu Neneng Sri Wahyuni sebagai saksi tidak hadir tanpa keterangan yang jelas,” kata Juru Bicara KPK Johan Budi di kantornya, Jum’at 106. Causal interpretation. Dalam keseluruhan berita, Republika mengidentifikasi penyebab masalah dalam kasus ini adalah ketidakhadiran Nazaruddin ke gedung KPK setelah dimintai keterangannya sebagai saksi pada kasus dugaan korupsi pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Ditjen Penigkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PMPTK, Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2007. Hal ini menimbulkan berbagai reaksi dari para petinggi KPK dan Partai Demokrat dalam menyikapinya. Dari keseluruhan berita ini, Republika memenuhinya dengan berbagai komentar dari pihak KPK dan Partai Demokrat. Seperti kata Juru Bicara KPK, Johan Budi: “KPK akan menjadwalkan pemanggilan ulang kepada Nazaruddin dan Neneng. Namun, Johan belum mengetahui kapan penyidik akan kembali memanggil keduanya. “Belum tahu saya kapan mereka akan dipanggil lagi,” katanya.” Selain itu adapula komentar dari Ketua KPK, Busyro Muqoddas, beliau berkomentar: “Ketua KPK Busyro Muqoddas sejak Jumat 106 siang telah mengisyaratkan ketidakhadiran Nazaruddin. Hingga pukul 11.45 WIB, Nazaruddin tidak terlihat mendatangi gedung KPK untuk memenuhi panggilan penyidik. Padahal, biasanya jadwal pemeriksaan di KPK dimulai pukul 09.30 WIB. “Sepertinya tidak ada indikasi untuk datang,” kata Busyro. Kemarin Busyro mengtakan, jika Nazaruddin dan isterinya tidak datang pada pemanggilan pertama, KPK akan melakukan panggilan untuk kedua kalinya. ” Moral evaluation. Penilaian atas tindakan Nazaruddin sebagai sumber masalah berasal dari begitu banyaknya respon yang diungkapkan oleh para petinggi KPK dan Partai Demokrat baik yang membela maupun yang mencercanya. Namun Republika kali ingin menekankan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Nazaruddin merupakan sebuah perbuatan yang salah. Ini terlihat dari bagaimana Republika menempatkan komentar-komentar tersebut dalam berita ini. Seperti komentar Denny Kailimang yang mencerca sikap Nazaruddin ditempatkan lebih awal daripada komentar koleganya di Partai Demokrat seperti Andi Nurpati dan Ruhut Sitompul. Denny melanjutkan, partainya akan menganggap Nazaruddin melakukan pelanggaran jika tidak juga memenuhi panggilan KPK hingga kali ketiga . “Panggilan KPK itu panggilan hukum, sah di mata hukum, jadi harus dipenuhi oleh setiap warga. Kalau Nazaruddin tidak memenuhi, pasti kita lihat sebagai pelanggaran.” Treatment recommendation. Atas semua kesalahan yang dibuat oleh Nazaruddin, namun disisi lain Republika menegaskan pendapat Andi Nurpati Ketua Divisi Informasi dan Komunikasi DPP Partai Demokrat pada bagian penutup. Dia mengatakan seharusnya KPK mengirim surat panggilan ke tempat tinggal Nazaruddin di Singapura. Ini dianggapnya wajar jika Nazaruddin tidak hadir dalam panggilan tersebut. Menurut Andi, seharusnya KPK mengirim surat panggilan ke alamat tempat tinggal Nazaruddin di Singapura. Karena itu, dia menilai, wajar Nazaruddin tak datang memenuhi panggilan KPK. Partai Demokrat, kata Andi, hanya bisa membantu semaksimal mungkin melalui komunikasi untuk mengajak Nazaruddin pulang ke Indonesia.