Republika Tanggal 21 Juni 2011 Analisis Framing Pemberitaan Kasus M Nazaruddin di Harian

“Sebelumnya KPK membantah adanya intervensi dari PD dalam menangani kasus suap Sesemenpora. Meski begitu, Busyro mengaku, ada salah satu petinggi PD yang menghubunginya. Orang itu mengatakan, agar KPK bisa menangani kasus tersebut secara transparan dan tidak mempertimbangkan faktor- faktor lain.” Moral evaluation. Penilaian atas informasi yang dibeberkan oleh Nazaruddin kepada wartawan sebagai sumber masalah datang dari labilnya sikap KPK dalam menanggapi informasi tersebut. Penilaian moral yang dikenakan kepada Nazaruddin menekankan bahwa tindakan itu sebenarnya salah. KPK tidak akan mendasarkan penyidikan dari layanan pesan blackberry messanger BBM atau surat kaleng. Seharusnya Nazar melaporkan langsung kepada penyidik KPK jika hal itu memang benar adanya. Busyro beralasan, para penyidik tak melakukan penyelidikan kasusnya berdasarkan informasi yang belum jelas, termasuk pesan melalui layanan Blackberry BBM. Treatment recommendation. Atas semua peran Nazaruddin dalam kasus ini, Republika merekomendasikan agar apa informasi yang dipegang oleh Nazaruddin sebaiknya dia melaporkannya langsung kepada penyidik KPK jangan malah melaporkannya kepada wartawan. Hal ini harus dilakukan karena mengingat kinerja KPK yang bekerja berdasarkan penyidikan berdasrkan bukti yang kuat bukan sekedar informasi lewat layanan blackberry messanger BBM saja. “Kita tidak mendasarkan penyelidikan dari BBM atau surat kaleng,” ujarnya . Tabel 4.10: Framing Edisi 21 Juni 2011 “KPK Segera Panggil TPF Demokrat” Problem identification KPK labil dalam menanggapi informasi yang disebarkan oleh Nazaruddin kepada wartawan KPK membantah adanya intervensi dari PD dalam menangani kasus suap Sesmenpora. Meski begitu, Busyro mengaku, ada salah satu petinggi PD yang menghubunginya Causal interpretation Informasi Nazaruddin kepada wartawan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK segera memanggil tim pencari fakta TPF Partai Demokrat PD, juga Angelina Sondakh, Mirwan Amir, dan I Wayan Koster terkait informasi yang disampaikan mantan bendahara PD M Nazaruddin. Informasi itu disampaikannya pekan lalu, malalui layanan pesan blackberry kepada sejumlah wartawan Moral evaluation Tindakan Nazaruddin salah alamat dalam menyampaikan informasi kasus korupsi Busyro beralasan, para penyidik tak melakukan penyelidikan kasusnya berdasarkan informasi yang belum jelas, termasuk pesan melalui layanan Blackberry BBM Treatment recommendation Informasi yang dimiliki Nazaruddin sebaiknya disampaikan ke KPK “Kita tidak mendasarkan penyelidikan dari BBM atau surat k aleng,” ujarnya

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini Harian Republika membangun berita korupsi melalui persepsi bahwa dengan melihat korupsi ini sudah mendarah daging di negeri ini, di setiap instansi di setiap tempat sudah ada tindak korupsi, maka mau tidak mau kita ingin bersama semua elemen masyarakat untuk menyatakan sebagai musuh bersama bagi korupsi apapun bentuknya. Makanya Harian Republika memandang korupsi itu sebagai harga mati dan berharap masyarakat terus memperhatikan permasalahan yang sudah mendarah daging ini melalui pemberitaan yang di sampaikan oleh Harian Republika. Pengertian yang diambil dari Harian Republika akan mempengaruhi isi dalam pemberitaan yang akan disampaikannya tersebut. Harian Republika dalam beritanya ingin menyampaikan kepada masyarakat besar bahwa korupsi merupakan musuh bersama bagi masyarakat semua dan media. Dan masyarakat harus membangun sinergi yang positif dalam melawan hal tersebut. Dengan pemberitaan mengenai korupsi yang terus menerus disampaikan oleh Harian Republika, mereka Harian Republika ingin menciptakan pandangan tersebut secara subyektif. Proses pembentukan Harian Republika tentang korupsi diawali oleh persepsi seperti diawal sub bab ini. Persepsi ini dapat dinilai sebagai proses eksternalisasi bagi wartawan Harian Republika dalam menyampaikan pemberitaan korupsi. Eksternalisasi ialah bagaimana Harian Republika mencurahkan dirinya ke dalam sebuah realitas pemberitaan. Karena ini adalah sudah menjadi sifat dasar sebuah media cetak dalam membuat berita. Dari proses eksternalisasi tersebut akan selanjutnya akan mempengaruhi objektivasi sang wartawan dalam menciptakan realitas dalam sebuah pemberitaan. Objektivasi ini adalah hasil dari kegiatan eksternalisasi dan akan mempengaruhi isi pemberitaan. Bagaimanapun berita itu diciptakan oleh media tersebut bukan tercipta secara alamiah dan apa adanya. Ini berarti Harian Republika dalam menciptakan realitas sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Peter L. Berger dalam teorinya yakni Konstruksi Realitas Sosial. Dalam menyampaikan berita tentang korupsi pun Harian Republika selalu mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Harian Republika selalu mengkroscek terlebih dahulu fakta yang terjadi di lapangan kepada si pelaku atau si korban. Harian Republika tidak ingin jika fakta yang disampaikan dalam pemberitaanya menuju pada fitnah belaka. Maka dari itu Harian Republika selain mengedepankan korupsi sebagai musuh bersama yang harus dilawan secara bersama pula, mereka juga selalu mengkroscek fakta di lapangan kepada para pelaku ataupun korban yang bersangkutan. Akhirnya dari fakta tersebut wartawan dapat menajadikannya sebagai sebuah berita yang dapat menarik perhatian masyarakat. Republika dalam mengkonstruk pemberitaan kasus M. Nazaruddin terlihat sangat hati-hati dalam membuat naskah pemberitaannya. Ini terlihat dari begitu banyaknya berita yang peneliti telaah dalam harian tersebut yang mengedepankan sumber-sumber orang dalam KPK maupun Partai Demokrat sendiri. Dari sepuluh pemeberitaan di harian Republika yang peneliti telaah hampir kesemuanya selalu mengedepankan fakta hukum yang disampaikan oleh pihak KPK, Republika tidak ingin bermain dengan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh pengamat yang hanya mengedepankan unsur spekulasi dan prediksi. Pada akhirnya Republika selalu menganggap kepulangan dan pelarian Nazaruddin ke luar negeri dianggapnya sebagai tindakan yang wajar. Di setiap moral evaluation yang peneliti temukan dalam penelitian ini, Republika selalu