Kasali, diplomasi Indonesia di kancah internasional terlihat “memlbe.”
Tabel 4.7: Framing Edisi 12 Juni 2011 “Pemerintah dan KPK Lamban”
Problem idnetification
Pemerintah dan KPK lamban dalam menangani kasus korupsi
Pemerintah dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK
dinilai lamban dalam memberantas praktik korupsi di
Indonesia
Causal interpretation
Lemahnya sistem hukum di negeri ini
Sistem hukum kita sangat lemah dalam upaya pembernatasan
korupsi
Lambannya pemberantasan korupsi karena tidak ada niat
yang tulus dan komitmen dari seluruh aparatur negara
Moral evaluation
Belum ada niatan baik dari pemerintah dan KPK dalam
memperbaiki lemahnya sistem hukum
Berdasarkan pengamatan ICW, kata dia, banyak orang
berstatus tersangka masih bisa keluar negeri dengan alasan
berobat
Treatment recommendation
Memperbaiki sistem hukum yang menjadi kelemahan
pemerintah dan KPK dalam menangani korupsi
Kasali mendesak pemerintah segera melakukan perjanjian
ekstradisi dengan Singapura
8. Republika Tanggal 16 Juni 2011
Judul : KPK Pastikan Panggil Paksa Nazaruddin
Problem identification. Harian Umum Republika pada berita ini
mengidentifikasi kepada KPK yang akan memanggil paksa kepada Nazaruddin pada pemanggilan ketiga apabila pada pemanggilan kedua ini tidak diindahkan oleh
Nazaruddin. Republika membingkai berita ini sebagai masalah langkah penjemputan
paksa kepada Nazaruddin karena pada pemanggilan kedua dari KPK Nazaruddin telah mangonfirmasi bahwa dia tidak akan hadir.
Ketua KPK Busyro Muqoddas memastikan penyidiknya akan melakukan upaya pemanggilan paksa terhadap kader
Partai Demokrat M Nazaruddin pada pemanggilan ketiga. Nazaruddin sendiri pada pesan singkat yang disampaikan
kepada wartawan, Selasa 146, memastikan tidak akan memenuhi pemanggilan kedua KPK.
Causal interpretation. Dalam berita ini, pembangkangan Nazaruddin terhadap
pemanggilan pertama dan kedua oleh KPK diidentifikasi sebagai sumber masalah. Sampai berita ini diterbitkan panggilan kedua KPK kepada Nazaruddin untuk hadir
sebagai saksi tidak dipenuhi olehnya. Dalam berita ini, Nazaruddinlah yang dianggap sebagai penyebab masalah. Berita ini secara keseluruhan menilai tindakan
Nazaruddin adalah tindakan yang salah. Hal ini terlihat dari isi berita yang dituliskan oleh Harian Republika. Jelas terlihat dari penempatan hasil wawancara dengan Ketua
KPK Busyro Muqoddas diawal berita: “Ketua KPK Busyro Muqoddas memastikan penyidiknya
akan melakukan upaya pemanggilan paksa terhadap kader Partai Demokrat M Nazaruddin pada pemanggilan ketiga.
Nazaruddin sendiri lewat pesan singkat kepada wartawan, Selasa 146, memastikan tidak akan memenuhi panggilan
kedua KPK. “Pemanggilan tidak datang. Pada pemanggilan ketiga akan dipanggil paksa
,” kata Busyro, kepada wartawan di gedung DPR, Rabu 156.”
Berita tersebut juga mengonfirmasi tentang surat sakit yang akan diantar pengacar Nazaruddin. Dalam hal ini Republika pun mengutip hasil wawancara
dengan Busyro Muqoddas: “Soal rencana Nazaruddin mengutus pengacaranya untuk
mengantar surat keterangan sakit, menurut Busyro, KPK akan menelitinya terlebih dahulu. Menurut Busyro,
penyidik akan meneliti keabsahan surat keterangan sakit Nazaruddin itu terlebih dahulu. “Kami lihat dulu. Kan
penyerahan surat sakit itu baru berita. KPK itu berbasis fakta
,” tegas Busyro.” Secara keseluruhan berita ini membingkai tingkah Nazaruddin lah yang
dianggap sebagai penyebab masalah.
Moral evaluation. Penilaian atas Nazaruddin sebagai masalah ini berasal dari
hal yang sama-sama negatif terhadap Nazaruddin. Pembangkangannya terhadap pemanggilan KPK membuat dirinya dalam nilai yang negatif. Apalagi jika sampai
dua kali mangkir dalam pemanggilan. Nazaruddin
sendiri memang
telah memastikan
ketidakhadirannya di kantor KPK hari ini 166. Artinya, Nazaruddin telah dua kali tidak memenuhi panggilan
penyidik untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus suap dalam proyek Wisma Atlet SEA Games 2011, Palembang.
Treatment recommendation. Atas semua permasalahan yang dibuat oleh
Nazaruddin yang tidak mau menghadiri panggilan KPK karena alasan sakit, Republika dalam berita ini “merekomendasikan” kepada Nazaruddin agar
mengirimkan surat keterangan sakit dari Singapura. ini terlihat dari penutup berita yang disajikan oleh Republika dengan menuliskan hasil wawancara dengan Anggota
Tim Komunikasi DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana. Ini menunjukkan betapa Republika menyetujui apa yang diajukan oleh Sutan ke Nazaruddin.
“Saya katakan kepada Nazar, kalau anda bisa kirim surat dokter ke KPK, itu jauh lebih baik. Dengan syarat,
alamatnya harus dirahasiakan ,” kata Sutan, di Gedung DPR,
kemarin.