Teknik Analisis Data Metodelogi Penelitian

Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama bisa dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. 14 2. Diagnose causes memperkirakan penyebab masalaha, merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa what, tetapi bisa juga berarti siapa who. Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. 15 3. Make moral judgement membuat pilihan moral adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkanmemberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. 16 4. Treatment recommendation menekankan penyelesaian. Elemen ini digunakan untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat 14 Ibid, h. 225 15 Ibid, h. 225 16 Ibid, h. 226 tergantung bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. 17 Selanjutnya data diolah dengan penjelasan table-tabel yang merujuk pada model Robert N. Entman, sehingga penyajian table serta teori itu akan tampak bagaiamana Harian Republika mengangkat pemberitaan seputar korupsi yang dilakukan M. Nazarudin. 17 Ibid, h. 227 14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konseptualisasi Konstruksi Realitas Sosial

Bagi banyak orang media merupakan sumber untuk mengetahui suatu kenyataan atau realitas yang terjadi, bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah media akan dinilai apa adanya. Apa kata media dan bagaimana penggambaran mengenai sesuatu, begitulah realitas yang mereka tangkap. 1 Berita dari sebuah media bagi masyarakat umum dipandang sebagai barang suci yang penuh obyektifitas. Namun berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita ternyata menyimpan subjektivitas seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis data-data yang diperoleh di lapangan. Kenyataan ini seperti mengamini bahwa media berhasil dalam tugasnya merekonstruksi realitas dari peristiwa itu sendiri, sehingga pembaca terpengaruh dan memiliki pandangan seperti yang diinginkan media dalam menilai suatu peristiwa. Isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan ideologi, kepentingan, keberpihakan media dalam memandang sebuah berita, apalagi bila berita tersebut memiliki akibat yang mungkin menguntungkan atau merugikan media berkaitan dengan pihak-pihak berpengaruh terhadap pemberitaan peristiwa itu. 1 Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2004, h. 10 Isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai dasarnya, sedangkan bahasa bukan saja alat mempresentasikan realitas, tetapi juga menentukan relief seperti apa yang hendak diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksinya. 2 Istilah konstruksi atas realitas sosial social construction of reality menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge 1966. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimilki dan dialami bersama secara subyektif. 3 Konstruksi realitas sosial adalah sebuah teori yang diciptakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Dalam teori ini berpandangan bahwa realitas memiliki dimensi subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia memengaruhinya melalui proses internalisasi yang mencerminkan realitas yang subjektif. Dengan demikian, masyarakat sebagai produk manusia, dan manusia sebagai produk masyarakat, yang keduanya berlangsug secara dialektis: tesis, antitesis dan sintesis. Kedialektisan itu sekaligus menandakan bahwa masyarakat tidak pernah sebagai produk akhir, tetapi sebagai proses yang sedang terbentuk. 2 Ibnu Hamad, dkk., Kabar-kabar Kebencian. Jakarta: Institute Studi Arus Informasi. PT. sembrani Aksara Nusantara, 2001 h. 74-74. 3 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008 h. 13 Manusia sebagai individu sosial pun tidak pernah stagnan selama ia hidup ditengah masyarakatnya. Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini. 4 Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme: 5 1. Konstruktivisme radikal; konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dapat dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk ini tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahaun bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologis obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Bentuk ini biasanya hanya mengakui apa yang dihasilkan oleh pikiran kita. Mereka tidak menganggap pengetahuan sebagai sebuah realitas. Karena realitas adalah sesuatu yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Misalnya adalah, orang Barat akan menilai Islam sebagai sebuah agama yang mengajarkan kekerasan. Ini karena mereka melihat realitas yang terjadi selama ini dalam sisi islam begitu banyaknya aksi-aksi kekerasan yang melibatkan umat islam dalam menegakan amar ma’ruf nahi mungkar. 4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana 2006, h. 193 5 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 14