4837
mengganti bahan bakar oven yang semula menggunakan minyak tanah dan solar dengan gas agar kualitas roti yang dihasilkan sesuai dengan harapan perusahaan.
g. Pendidikan dan Pelatihan
Sebagian besar karyawan Mawar Bakery memiliki latar belakang pendidikan setingkat Sekolah Dasar SD. Latar belakang pendidikan tersebut menyebabkan Mawar Bakery kesulitan untuk merubah pola pikir
karyawan dalam membuat roti. Mereka hanya berpikir proses pembuatan roti hanya proses yang diawali dengan mencampur bahan-bahan menjadi adonan, mencetaknya, dan diakhiri dengan proses pemanggangan, tanpa
memikirkan apakah kualitas roti yang mereka hasilkan sesuai dengan harapan pelanggan atau tidak.
h. Kebebasan yang Terkendali dan Adanya Keterlibatan Serta Pemberdayaan Karyawan
Karyawan produksi Mawar Bakery tidak diberikan kebebasan untuk merubah sistem dalam proses produksi yang telah diberlakukan oleh pimpinan. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran dari pimpinan apabila
sistem tersebut dirubah, maka akan merubah kualitas roti yang dihasilkan. Salah satu contohnya adalah dalam hal penentuan komposisi bahan baku maupun pemanggangan roti yang hanya dipegang oleh kepala juru masak dan 1
satu orang karyawan lain yang telah lama bekerja di perusahaan tersebut. Berbeda dengan karyawan produksi, karyawan penjualan diberikan kebebasan untuk menentukan jumlah roti yang mereka pesan.
3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Pada Mawar Bakery
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada UKM yang bergerak dalam industri roti seperti Mawar Bakery. Faktor-
Faktor yang mempengaruhi tersebut dikelompokkan menjadi 3 tiga yaitu berdasarkan masalah, pelaku, dan penyebab.
a. Faktor Masalah
Terdapat 5 lima masalah dalam penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Mawar Bakery. Kelima faktor masalah tersebut adalah:
1. Sarana dan Prasarana Teknologi merupakan penjelmaan secara fisik dari pengetahuan. Oleh karena itu, di dalam lingkungan
kompetitif, dimana pengetahuan menduduki peranan vital, teknologi yang dirancang dengan baik guna memperluas kemampuan manusia dapat meningkatkan daya saing organisasi Tjiptono dan Diana, 2001: 72.
Mawar Bakery mulai melengkapi sarana dan prasarana yang dimiliki secara bertahap semenjak perusahaan ini didirikan. Dimulai dengan mesin pemipih adonan roti manis yang merupakan mesin pertama yang dimiliki oleh
Mawar Bakery, kemudian dilanjutkan dengan mesin pencampur adonan
mixer
ukuran kecil dan yang paling terbaru adalah mesin pemanggang roti oven yang berbahan bakar gas. Walaupun demikian, sarana dan prasarana
yang dimiliki Mawar Bakery tergolong masih belum memadai. Salah satu contohnya adalah timbangan yang digunakan masih timbangan manual belum elektrik, padahal takaran resep sangat mempengaruhi kualitas roti yang
akan dihasilkan. 2. Evaluasi dan Monitoring
Evaluasi dan monitoring mendukung dalam menjaga konsistensi kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang baik salah satunya dihasilkan dari proses evaluasi dan monitoring yang baik pula. Oleh karena itu, diperlukan
4838
koordinasi antara pimpinan dengan karyawan untuk mencegah terjadinya kesalahan operasi yang dapat menyebabkan kerusakan atas produk yang dihasilkan. Evaluasi yang dilakukan oleh Mawar Bakery masih
menerapkan sistem reaktif yaitu evaluasi hanya dilakukan apabila roti yang dihasilkan mengalami kerusakan atau tidak sesuai dengan harapan konsumen. Misalnya saat konsumen memberikan kritikan karena roti tawar pandan
yang dijual tidak beraroma pandan, maka Mawar Bakery mengevaluasi proses produksi yang ternyata bersumber dari pasta pandan yang digunakan. Akhirnya Mawar Bakery segera mengganti pemasok pasta pandan tersebut
karena tidak adanya respon positif dari pemasok untuk memperbaiki kualitas pasta pandannya. 3. Manajemen Produksi
Manajemen produksi Mawar Bakery belum teritegrasi dengan proses lain. Manajemen produksi Mawar Bakery dimulai dengan merencanakan jumlah penggunaan bahan baku yang disesuaikan dengan pesanan pedagang,
pembagian tugas masing-masing personil, dan diakhiri dengan proses pembuatan roti. Mawar Bakery hanya menganggap kualitas hanya berasal dari proses produksi yang baik tanpa pengaruh dari aspek-aspek lain, seperti
konsumen dan supplier. Padahal konsumen dan supplier memegang peranan penting dan merupakan bagian dari sistem yang sangat mempengaruhi kualitas roti yang mereka hasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hessel
dalam
Nasution 2005, 366-367, bahwa salah satu faktor yang menjadi penghambat penerapan Manajemen Mutu Terpadu adalah implementasi Manajemen Mutu Terpadu masih bersifat parsial yang berorientasi hanya pada
little quality
, yaitu hanya di bidang produksi saja. 4. Manajemen Pemasaran
Bagi pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas 4 empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran
marketing-mix
Umar, 2005: 70. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk tujuan pemasarannya. Mc Carthy
dalam
Kotler dan Keller 2007: 23 mengklasifikasikan alat-alat ini menjadi empat kelompok besar, yang disebut empat P tentang
pemasaran: produk
product
, harga
price
, distribusi
place
dan promosi
promotion
. 5. Lingkungan Usaha
Persaingan antar perusahaan roti di Ciledug sangat ketat karena banyaknya perusahaan yang bermain dalam bidang yang sama. Kondisi ini menyebabkan Mawar sulit untuk mengembangkan kualitas rotinya. Apabila
Mawar Bakery meningkatkan kualitas rotinya, tentu saja hal tersebut akan mempengaruhi pada kenaikan harga jual yang akan ditetapkan. Mawar Bakery tidak bisa begitu saja menaikan harga jual, hal itu terlalu bersiko karena
Mawar Bakery dapat kehilangan konsumennya mengingat banyaknya pesaing lain yang membuat konsumen tidak terikat dengan 1 satu perusahaan roti saja.
b. Faktor Pelaku