4980 3
Refleksi Reflective dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator berdasarkan hasil observasi dan evaluasi hasil pembelajaran IPS Terpadu dengan model pembelajaran
make a match
. Dari hasil refleksi kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing Berta nara sumber dari
UNIMED dan LPMP SUMUT untuk memperbaiki dan menguatkan rencana tindakan Siklus II.
B. Siklus II: Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran pada Siklus I maka pada Siklus II disusun skenario model pembelajaran
Make a match
dengan revisi tindakan untuk memperbaiki proses. Peneliti berdiskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari UNIMED
dan LPMP SUMUT dengan kegiatan perencanaan meliputi: a Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh guru
tentang sub materi sosialisasi, tujuan dan agen-agennya untuk KBM 3 dengan sub materi jenis dan tahap-tahap sosialisasi untuk KBM 4.
b Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran
Make a match
dan tes pemahaman siswa tentang interaksi sosial.
2
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Action and Observation Melaksanakan tindakan pembelajaran ke- 3 dan ke-4 sesuai dengan RPP model pembelajaran
Make a match
dengan topik interaksi sosial oleh peneliti sebagai guru IPS Terpadu di kelas VII-3 Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh
observer guru sejawat untuk mengamati aktivitas siswa. Diakhir Siklus II dilakukan pula tes hasil belajar untuk mengetahui pemahaman siswa tentang interaksi sosial sebagai Formatif II.
3
Refleksi Reflective oleh peneliti berkolaborasi guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran dan ketuntasan hasil belajar siswa ditelaah. 3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disusun melalui diskusi kolaborasi antara peneliti dengan guru sejawat, pembimbing, Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap siklus. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar,
indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
2.
Tes formatif ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang interaksi sosial. Tes formatif ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal yang
diberikan adalah tes objektif berjumlah 10 soal dengan 4 opsi. Tes formatif ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal pretes dan kemampuan akhir siswa. Setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan
Siklus I, maka dilakukan tes formatif disebut formatif I dengan jumlah 5 soal. Akhir KBM pada Siklus II, dilakukan tes formatif terakhir atau disebut formatif II dengan jumlah 5 soal, dan soalnya diambil dari soal
pretes sesuai dengan materi pembelajaran.
3.
Lembar Observasi Aktivitas Siswa untuk mengamati aktivitas siswa selama berdiskusi kelompok. Lembar ini digunakan oleh dua pengamat. Ke dua pengamat tersebut mengamati masing-masing satu kelompok setiap
4981
satu KBM yang sudah ditentukan oleh penelitiguru. Pengamat tidak boleh duduk bersamaan untuk menghindari data bias. Pengamat mentabulasi datamenceklis pada lembar aktivitas ini selama dua menit
sekali. Sebagai contoh, bila kerja kelompok ditentukan oleh peneliti selama 20 menit maka pengisian data pada lembar aktivitas jumlah per siswa ada 10 ceklis. 10 ceklis ini posisinya pada 5 aktivitas ini sesuai dengan
pengamatan. Setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis sehingga setiap aktivitas dapat ditentukan persentasenya. Observasi aktivitas akan di konfirmasikan dengan data dokumentasi penelitian berupa foto
penelitian. 3.6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah data aktivitas belajar siswa melalui pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
pengamatan keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran, dan nilai tes hasil belajar IPS Terpadu pada materi interaksi sosial. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Data penguasaan kompetensi siswa Secara individual, siswa telah tuntas pemahamannya tentang interaksi sosial jika mencapai skor KKM yang
telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII yakni 70 dengan perhitungan sebagai berikut:
Skor Siswa = x 100
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar jika terdapat 85 dari jumlah siswa telah tuntas belajar mencapai KKM. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal :
P = x 100
2.
Untuk lembar observasi aktivitas siswa, maka lembar observasi aktivitas siswa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
=
̅ ∑
x 100 dengan
̅
4.2. Pembahasan Merujuk pada Gambar 4.2 tentang hasil tes, pada Formatif I nilai rata-rata kelas adalah 68 dalam kategori
tidak tuntas. nilai terendah Formatif I adalah 20 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 70 maka 18 orang siswa dari 40 siswa mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah
sebesar 55. Dengan mengacu pada ketuntasan klasikal minimum sebesar 85 maka nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas.
Meski secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari pra pembelajaran sampai Siklus 1. Namur hasil pembelajaran sampai diakhir siklus I masih gagal memeberikan ketuntasan belajar secara klasikal
meski ketuntasan rata-rata telah tercapai. Pada siklus I hal ini terjadi karena disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut.
Beberapa siswa belum memahami peran dan tugasnya dalam bekerja kelompok karena belum terbiasa dengan
4982
model pembelajaran yang diterapkan sehingga aktivitas individual menulis dan membaca menjadi sangat menonjol 39. Interaksi antar siswa belum bedalan dengan baik karena siswa belum terbiasa untuk menyampaikan
pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah sehingga aktivitas bertanya sesama teman kurang menonjol 7. Banyak siswa yang pasif dalam ker a dan diskusi dan menggantungkan
permasalahan yang dihadapi kepada kelompoknya sehingga aktivitas kineda yang seharusnya dominan hanya 33. Kondisi kelas belum begitu kondusif tampak dari menonjolnya aktivitas tidak relevan dengan KBM mengingat
aktivitas ini tidak perlu ada 6. Dari hasil refleksi Siklus I ini maka di rencanakan tindakan perbaikan yang dapat ditempuh untuk Siklus II
diantaranya : Untuk mengatasi masalah peran dan tugas dalam ker a kelompok maka dalam tugas pada Siklus II diadakan
pembagian keda tiap siswa dalam kelompok.
Untuk mengatasi interaksi yang kurang, maka dalam Siklus II dilakukan pemilihan siswa unggul sebagai tutor dalam kelompok sehingga menumbuhkan kemandirian kelompok.
Diberikan bantuan pada sub materi pokok yang lebih terarah menggunakan sket bahan ajar sebagai pengarah aktivitas siswa dilakukan pada Siklus II.
Menginformasikan kembali kepada siswa dalam kelompok bahwa kegiatan memasangkan kartu meskipun melibatkan kelompok, namun tanggung jawab individu ssangat besar didalamnya dan menjadi patokan penilaian
individu. Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sesuai perencanaan. Diakhir siklus II dilaksanakan tes
hasil belajar sebagai Formatif 11. Merujuk pada Gambar 4.2 tentang hasil tes, nilai rata-rata kelas Formatif II adalah 77 yang dalam kategori tuntas. Nilai terendah untuk Formatif 11 adalah 40 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria
ketuntasan minimal 70 maka 34 siswa dari 40 siswa telah tuntas atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 85. Mengacu pada kriteria ketuntasan klasikal minimum sebesar 85 maka nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan
sehingga dapat dikatakan KBM siklus II telah berhasil memberi ketuntasan kompetensi IPS Terpadu dalam kelas secara menyeluruh.
Data ini didukung oleh aktivitas menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada Siklus II lebih baik dari pada
Siklus I yakni:
1.
Umumnya siswa tidak membuat kegaduhan didalam kelas sehingga aktivitas tidak relevan turun. 3.
2.
Aktivitas kiner a sudah cukup baik dan dominan 38.
3.
Hanya siswa masih terlihat bingung dengan kondisi pembelajaran yang diberikan dan aktivitas individualnya menulis dan membaca masih cukup menonjol 33.
Dengan demikian hasil belajar siswa diakhir Siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada Siklus II berhasil memberikan perbaikan hasil belajar secara klasikal pada
siswa. Namun tercatat beberapa aktivitas yang buruk seperti tingginya aktivitas bertanya 17 temyata belum mewakili aktivitas yang benar dalam pembelajaran terlihat dalam dokumentasi penelitian bahwa yang tercatat
dalam aktivitas bertanya sesama teman adalah siswa yang mengobrol.
Tindakan yang dilakukan peneliti menggunakan model pembelajaran
Make a match
dapat membantu guru dalam meningkatkan kompetensi dan memperbaiki aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran IPS Terpadu.
4983
Tindakan pembelajaran ini dilakukan selama dua siklus yang terdiri dari empat kali tatap muka. Pembelajaran ini telah diterapkan di kelas selama penelitian agar siswa dapat tertarik dengan pelajaran IPS Terpadu dengan harapan
ketuntasan belajamya meningkat.
Make a match
adalah pembelajaran yang pada prinsipnya siswa dapat menyerap, mencerna, dan mengingat bahan pelajaran dengan baik dalam kegiatannya siswa dapat memasangkan seiap kartu
yang dipegangnya.
Make a match
berupa memsangkan kartu jawaban dengan kartu soal yang menyangkut materi pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas diskusi kelompok dan hasil formatif pada Siklus II dapat dievaluasi bahwa langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan telah mampu mencapai tujuan yang diharapkan
dalam penelitian. Meskipun demikian masih terdapat beberapa siswa belum tuntas hasil belajamya. Karena keterbatasan waktu dan dana dalam penelitian ini, maka penelitian hanya dijadwalkan dalam dua siklus sehingga
pemberian tindakan perbaikan pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Karena sampai pada Siklus
11 telah berhasil memperbaiki aktivitas dan meningkatkan ketuntasan kompetensi siswa.
5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penerapan model pembelajaran
Make a match
selama kegiatan belajar mengajar IPS Terpadu di kelas VII-3 SMP Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran. 20122013 sebagai berikut:
1.
Kompetensi IPS Terpadu siswa meningkat setelah menerapkan model pembelajaran
Make a match
pada Formatif I rata-rata hasil belajar 68 dengan ketuntasan 55 dan Formatif 11 menunjukkan rata-rata 77 dengan
ketuntasan klasikal 85 atau tuntas klasikal dalam dua siklus dengan peningkatan ketuntasan 30.
2.
Aktivitas belajar siswa meningkat setelah menerapkan model pembelajaran
Make a match
dengan peningkatan sebagai berikut :
a.
Data aktivitas siswa rata-rata menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulismembaca 39, beker a 33, bertanya sesama teman 7, bertanya kepada guru 15, dan yang tidak relevan
dengan KBM 6.
b.
Data aktivitas siswa rata-rata menurut pengamatan pada Siklus II antara lain menulismembaca 33, bekerja 38, bertanya sesama teman 17, bertanya kepada guru 9, dan yang tidak relevan dengan
KBM 3.
Daftar Pustaka Aqib, Z. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas
. Bandung: Yrama Widya. Dimyati dan Mudjiono, 2006.
Belajar dan Pembelajaran
. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, S.B dan Aswan, Z. 2006.
Startegi Belajar Mengajar
. Jakarta: PT Rineka Cipta. Lie, A. 2008.
Cooperative learning
. Jakarta : PT Gramedia Majid, A. 2009.
Perencanaan Pembelajaran
. Bandung : Rosda. Sagala, S. 2003.
Konsep dan Makna Pembelajaran
. Bandung: CV Alfabeta. Sardiman. 2009.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT.Raja Grasindo Persada.
4984
Slameto. 2003.
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
. Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, R.E. 2005.
Cooperative Learning Teori, Riset,dan Praktik.
Bandung : Nusa Media.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Afrida Lubis
26
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk melaporkan hasil PTK dalam upaya meningkatkan Kompetensi Pendidikan Agama Islam siswa SMP negeri 15 Medan. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan, yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap, siklus meliputi planning rencana, action tindakan, observation pengamatan, dan reflection
refleksi. Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada Siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 15 Medan tahun ajaran 20132014 yang ber umlah 30 orang siswa. Adapun yang bertindak sebagai observer dalam penelitian ini adalah guru teman
sejawat. Dengan menerapkan model pembelajaran keterampilan proses hasil belajar siswa dari Siklus ke Siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran keterampilan
proses pada Formatif I dan Formatif II menunjukkan 13 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan ketuntasan klasikal 46,6 atau tidak tuntas kelas. Pada Siklus 11, tuntas secara individu sebanyak 27 orang siswa, sedangkan
kelas adalah tuntas dengan ketuntasan klasikal sebesar 90 dengan rata-rata siklus I dan siklus II adalah 75,2 clan 88,8.
1.1. Latar Belakang