4838
koordinasi antara pimpinan dengan karyawan untuk mencegah terjadinya kesalahan operasi yang dapat menyebabkan kerusakan atas produk yang dihasilkan. Evaluasi yang dilakukan oleh Mawar Bakery masih
menerapkan sistem reaktif yaitu evaluasi hanya dilakukan apabila roti yang dihasilkan mengalami kerusakan atau tidak sesuai dengan harapan konsumen. Misalnya saat konsumen memberikan kritikan karena roti tawar pandan
yang dijual tidak beraroma pandan, maka Mawar Bakery mengevaluasi proses produksi yang ternyata bersumber dari pasta pandan yang digunakan. Akhirnya Mawar Bakery segera mengganti pemasok pasta pandan tersebut
karena tidak adanya respon positif dari pemasok untuk memperbaiki kualitas pasta pandannya. 3. Manajemen Produksi
Manajemen produksi Mawar Bakery belum teritegrasi dengan proses lain. Manajemen produksi Mawar Bakery dimulai dengan merencanakan jumlah penggunaan bahan baku yang disesuaikan dengan pesanan pedagang,
pembagian tugas masing-masing personil, dan diakhiri dengan proses pembuatan roti. Mawar Bakery hanya menganggap kualitas hanya berasal dari proses produksi yang baik tanpa pengaruh dari aspek-aspek lain, seperti
konsumen dan supplier. Padahal konsumen dan supplier memegang peranan penting dan merupakan bagian dari sistem yang sangat mempengaruhi kualitas roti yang mereka hasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hessel
dalam
Nasution 2005, 366-367, bahwa salah satu faktor yang menjadi penghambat penerapan Manajemen Mutu Terpadu adalah implementasi Manajemen Mutu Terpadu masih bersifat parsial yang berorientasi hanya pada
little quality
, yaitu hanya di bidang produksi saja. 4. Manajemen Pemasaran
Bagi pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas 4 empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran
marketing-mix
Umar, 2005: 70. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk tujuan pemasarannya. Mc Carthy
dalam
Kotler dan Keller 2007: 23 mengklasifikasikan alat-alat ini menjadi empat kelompok besar, yang disebut empat P tentang
pemasaran: produk
product
, harga
price
, distribusi
place
dan promosi
promotion
. 5. Lingkungan Usaha
Persaingan antar perusahaan roti di Ciledug sangat ketat karena banyaknya perusahaan yang bermain dalam bidang yang sama. Kondisi ini menyebabkan Mawar sulit untuk mengembangkan kualitas rotinya. Apabila
Mawar Bakery meningkatkan kualitas rotinya, tentu saja hal tersebut akan mempengaruhi pada kenaikan harga jual yang akan ditetapkan. Mawar Bakery tidak bisa begitu saja menaikan harga jual, hal itu terlalu bersiko karena
Mawar Bakery dapat kehilangan konsumennya mengingat banyaknya pesaing lain yang membuat konsumen tidak terikat dengan 1 satu perusahaan roti saja.
b. Faktor Pelaku
Manajemen Mutu Terpadu merupakan sebuah pendekatan dalam upaya menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas yang tentu saja dalam pelaksanaannya membutuhkan orang atau pelaku sebagai
subjeknya atau yang menggerakkannya. Berjalan atau tidaknya Manajemen Mutu Terpadu ditentukan oleh kinerja dari pelaku yang menggerakannya dalam suatu organisasi seperti di Mawar Bakery.
c. Faktor Penyebab
4839
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan Manajemen Mutu Terpadu terdiri dari 7 tujuh faktor, yaitu:
1. Modal Dana Implementasi Manajemen Mutu Terpadu tidaklah harus mahal. Meskipun demikian, segala sesuatunya
membutuhkan biaya. Biaya yang dibutuhkan sebagian besar digunakan untuk pelatihan. Dana yang dibutuhkan ini harus selalu tersedia. Sayangnya, sulit sekali memperkirakan tingkat dan waktu pengembaliannya Tjiptono dan
Diana, 2001: 332-333. Masalah modal juga menjadi masalah yang dihadapi Mawar Bakery. Mawar Bakery membiayai keberlangsungan usahanya menggunakan dana pribadi yang berasal dari dana pensiun pemilik tanpa
pernah menggunakan dana pinjaman dari pihak lain. Mawar Bakery tidak pernah melakukan pinjaman kepada pihak lain seperti Bank dikarenakan proses pengajuan kredit yang terlalu lama dan bunga kredit yang tinggi.
2. Kompensasi Mawar Bakery memberikan kompensasi berupa gaji pokok untuk karyawan produksi sebesar Rp
15.000,00-Rp 33.000,00 per hari dan tambahan uang makan Rp 12.000,00-Rp 15.000,00 per hari. Penetapan gaji tersebut didasarkan atas kemampuan yang dimiliki oleh karyawannya. Berbeda dengan karyawan produksi,
karyawan penjualan tidak menerima gaji pokok, mereka hanya menerima insentif tambahan yang berupa uang sebesar Rp 6.000,00 apabila mereka berjualan. Uang tersebut dikumpulkan dan dijadikan sebagi dana talangan
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pedagang. Selain itu, sama seperti perusahaan-perusahaan lain, Mawar Bakery juga memberikan tunjangan-tunjangan lain seperti tunjangan hari raya maupun tunjangan kesehatan bagi
para karyawannya. Selama ini, kompensasi yang diberikan Mawar Bakery masih menggunakan pendekatan penghargaan dalam bentuk materi uang. Padahal kompensasi dengan pendekatan pengakuan tidak kalah
pentingnya. Pengakuan terhadap kinerja karyawan dapat meningkatkan munculnya keyakinan karyawan terhadap kontribusi mereka dalam menciptakan kualitas sesuai dengan pernyataan Tjiptono dan Diana 2001: 140-141 yang
menyatakan di dalam model Manajemen Mutu Terpadu, peranan penghargaan dan pengakuan prestasi tidak akan menghasilkan
total quality
. Akan tetapi apabila kedua hal tersebut tidak ada, maka akan mengakibatkan hilangnya keyakinan karyawan terhadap nilai riil kualitas dan kontribusi mereka untuk memperbaiki kualitas. Perusahaan
yang akan menerapkan Manajemen Mutu Terpadu harus melakukan pendekatan penghargaan dan pengakuan apabila ingin sukses dalam menerapkan sistem tersebut.
3. Komitmen Hal utama yang harus ada agar penerapan Manajemen Mutu Terpadu dapat menjadi cara perusahaan
menjalankan bisnis adalah komitmen utuh dari manajemen puncak. Komitmen yang dibutuhkan tidak hanya mencakup sumberdaya yang diperlukan, tetapi juga waktu yang dicurahkan. Perlunya keterlibatan langsung dari
manajemen puncak bertujuan untuk memimpin dan menunjukkan bahwa Manajemen Mutu Terpadu sangat penting bagi perusahaan Tjiptono dan Diana, 2001: 332.
4. Informasi Penerapan Manajemen Mutu Terpadu tidak terlepas dari informasi yang diperoleh dari pelanggan.
Informasi dari pelanggan dapat dikelompokan menjadi 2 dua kategori, yaitu umpan balik dan masukan. Umpan balik biasanya diperoleh setelah fakta terjadi sedangkan masukkan diperoleh sebelum fakta terjadi Tjiptono dan
Diana, 2001: 118-119.
4840
Mawar Bakery mengumpulkan informasi secara tidak sengaja, yaitu informasi yang diperoleh organisasi tanpa mencari atau memintanya. Informasi ini berasal dari beberapa orang konsumen yang bersedia menyumbang
saran dan juga berasal dari sesama pengusaha roti. Keterbatasan dalam mendapatkan informasi ini menjadi salah satu penyebab belum optimalnya penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Mawar Bakery. Hal ini terjadi karena
Mawar Bakery belum menerapkan 2 dua atribut efisiensi, yaitu hubungan
contact
dan komunikasi
communication
baik kepada pelanggan atau konsumen maupun pada pemasok sehingga arus informasi menjadi terhambat.
5. Pengetahuan Pengetahuan yang memadai sangat menentukan baik tidaknya penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada
suatu perusahaan karena akan mempersulit karyawan untuk menerima dan menerapkan konsep Manajemen Mutu Terpadu Nasution, 2005: 367. Sama halnya dengan informasi, pengetahuan yang dimiliki SDM pada Mawar
Bakery kurang mumpuni. Pimpinan telah berusaha untuk menambah pengetahuan para SDM yang dimilikinya, seperti dengan cara mengadakan pelatihan yang bertujuan untuk mempercantik tampilan roti. Tetapi karena sulit
untuk merubah kebiasaan dari SDMnya, maka usaha yang telah dilakukan pun tiada berarti banyak. 6. Budaya
Budaya organisasi adalah perwujudan sehari-hari dari nilai-nilai dan tradisi yang mendasari organisasi tersebut. Hal ini terlihat pada bagaimana karyawan berperilaku, harapan karyawan terhadap organisasi dan
sebaliknya, serta apa yang dianggap wajar dalam hal bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaannya Tjiptono dan Diana, 2001: 75.
7. Awareness
Kesadaran Kesadaran seluruh organ penggerak perusahaan mengenai pentingnya menciptakan dan menjaga kualitas
turut mendukung pencapaian penerapan Manajemen Mutu Terpadu. Kesadaran para karyawan akan pentingnya kualitas masih sangat kurang baik karyawan produksi maupun karyawan penjualan. Hal tersebut terlihat dari
kegiatan karyawan sehari-hari yang hanya terkesan untuk menggugurkan kewajiban mereka saja, yaitu untuk membuat roti maupun untuk menjualnya.
Karyawan produksi kurang menjaga kebersihan diri terutama kebersihan tangan saat akan memulai bersentuhan dengan bahan baku maupun saat bersentuhan dengan adonan roti. Begitu juga karyawan penjualan
juga kurang menjaga kebersihan diri terutama kebersihan tangan saat bersentuhan dengan roti yang akan mereka pasarkan. Kebersihan diri terutama kebersihan tangan merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga higienitas
roti yang dihasilkan, terlebih untuk perusahaan seperti Mawar Bakery yang sebagian besar proses produksinya masih menggunakan tangan
hand made
.
4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan