Teknik Analisis Data Indikator Keberhasilan

5004 kelangkaan sumber daya dan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Tes formatif ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal yang diberikan adalah tes subjektif ber umlah 10 soal. Tes formatif ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal pretes dan kemampuan akhir siswa. Setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan Siklus 1, maka dilakukan tes formatif disebut formatif I dengan jumlah 5 soal. Akhir KBM pada Siklus II, dilakukan tes formatif terakhir atau disebut formatif II dengan jumlah 5 soal, dan soalnya diambil dari soal pretes sesuai dengan materi pembelajaran.

3.3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah data aktivitas belajar siswa melalui pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, pengamatan keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran, dan nilai tes hasil belajar dalam IPS Terpadu pada materi hubungan sumber days dengan kebutuhan manusia. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Lembar observasi aktivitas siswa untuk mengetahui aktivitas belajar siswa maka lembar observasi aktivitas siswa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: = ̅ ∑ x 100 dengan ̅ 2. Data hasil belajar dalam IPS Terpadu siswa Secara individual, siswa telah tuntas keterampilan berbahasanya jika mencapai skor KKM yang telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII yakni 70 dengan perhitungan sebagai berikut : Skor Siswa = x 100 Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar jika terdapat 85 dari jumlah siswa telah tuntas belajar mencapai KKM. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal : P = x 100

3.4. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dalam penelitian ini jika tujuan penelitian tercapai yakni meningkatnya aktivitas belajar IPS Terpadu siswa dan hasil belajarnya. Penelitian dikatakan mencapai keberhasilan jika paling tidak 85 dari jumlah siswa dalam kelas subjek telah tuntas hasil belajarnya ditunjukkan dengan nilai formatif yang telah mencapai KKM IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 15 Medan sebesar 70. 4.Pembahasan Merujuk pada Gambar 4.1 perbandingan aktivitas siswa antara Siklus I dengan Siklus II dijabarkan, aktivitas menulis dan membaca turun dari 38 menjadi 34. Aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang meningkat dari 36 menjadi 40 menunjukkan perbaikan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Sementara aktivitas bertanya pada teman naik dari 8 menjadi 18 dan bertanya pada guru turun dari 15 menjadi 8.. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada turun dari 3 menjadi adi 2. Merujuk pada Tabel 4.2. hasil belajar kognitif pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata 70 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 57, karena kurang dari 85 siklus I dikatakan tidak tuntas. Setelah dilakukan perbaikan 5005 pembelajaran pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 81 dengan ketuntasan klasikal mencapai 87, karma lebih besar dari 85 maka siklus II dikatakan berhasil memberikan ketuntasan belajar klasikal. Berdasarkan pengamatan aktivitas, belajar dan basil belajar kognitif Siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahankekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki secara lanjut. Untuk mengatasi berbagai kelemahan Siklus I yang teridentifikasi dalam refleksi maka akan dilakukan tindakan perbaikan diantaranya : Untuk lebih menarik perhatian siswa maka gambar yang di pasang diitayangkan menggunakan media infokus sehingga lebih interaktif. Melalui tindakan perbaikan yang dilakukan pada Siklus II pembelajaran menggunakan model Example Non Example memberikan ketuntasan belajar IPS Terpadu siswa pada Siklus II. Pembelajaran Example Non Example selain memperbaiki aktivitas belajar siswa ternyata juga telah mampu menumbuhkan sikap koperatif disamping tumbuhnya minat belajar siswa terhadap pembelajaran IPS Terpadu yang berimplikasi pada meningkatnya ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Dinkmeyer Suherman, dkk, 2003:277 bahwa Example Non Example adalah kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan barn yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Dengan demikian beban yang diberikan kepada mereka akan memberikan kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.

3.1. Kesimpulan