b. Macam-macam Fasilitas Belajar
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha Suharsimi Arikunto, 1987: 06.
Sedangkan yang dapat melancarkan dan memudahkan usaha ini berupa benda-benda ataupun uang. Sehingga dalam hal ini fasilitas atau sarana
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1 Fasilitas Fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk
memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut dengan fasilitas materiil.
Contoh: kendaraan, alat tulis, alat komunikasi dan sebagainya.
2 Fasilitas Uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai
uang.
Sehubungan dengan fasilitas belajar, Suharsimi Arikunto 1987: 06 mengatakan yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah “semua
fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan
dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien”. Semua fasilitas yang diperlukan tersebut berupa fasilitas belajar yang ada di institusi
pendidikan dan fasilitas belajar di tempat tinggal yang dimiliki masing- masing individu belajar. Namun penelitian ini hanya akan berfokus pada
fasilitas belajar di tempat tinggal, hal ini dengan pertimbangan fasilitas di tempat tinggal masing-masing mahasiswa berbeda-beda sehingga
menimbulkan efek belajar yang berbeda dan berdampak pada kesiapan menjadi guru yang dimiliki berbeda pula.
Suasana lingkungan tempat tinggal adalah salah satu faktor eksternal dalam proses belajar mahasiswa. Muhibbin Syah 2012: 154
mengatakan bahwa, lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga mahasiswa itu sendiri.
Tidak hanya keadaan lingkungan sosial keluarga, keadaan peralatan belajar semisal alat tulis, koleksi buku, alat peraga dan fasilitas media
informasi yang ada di tempat tinggal akan membentuk kelancaran dalam belajar. Hal tersebut juga disampaikan oleh Suharsimi Arikunto 1987:
12 alat yang harus dimiliki oleh peserta individu misalnya buku pelajaran, pensil dan alat peraga praktik lainya gergaji, gunting, mesin
jahit dll. Irawati Istadi 2002: 169 berpendapat bahwa tempat tinggal sebagai basis pendidikan akan dapat dicapai dengan prioritas pada
fasilitas pendidikan anak yang ada tersedia. Fasilitas-fasilitas pendidikan itu adalah sebagai berikut:
1 Tempat belajar yang menyenangkan
Orang tua seharusnya memprioritaskan penyediaan ruang belajar bagi anaknya. Dengan tata ruang yang sesuai dengan
keinginan anaknya tersebut. Semakin baik dan menarik keberadaan tempat belajar bagi mahasiswa calon guru, maka akan membuat
mahasiswa memiliki pemahaman bahwa belajar adalah suatu hal yang menyenangkan. Karena tempat untuk melakukannya sendiri
dibuat khusus oleh kedua orang tuanya, sehingga belajar terasa
spesial dan mewah. Yang selanjutnya akan mempengaruhi motivasi dan minatnya untuk mengejar impian dan cita-citanya.
2 Media informasi
Belajar tidak pernah bisa dipisahkan dengan media informasi. Ilmu pengetahuan yang selalu dinamis dan berkembang pesat dari
waktu ke waktu tentu tidak akan sampai kepada mahasiswa dalam proses pembelajarannya tanpa adanya media informasi sebagai
perantara. Media-media tersebut dapat berupa cetak dan elektronik, media elektronik bisa berupa jaringan koneksi internet, komputer,
televisi dan lain sebagainya. Sedangkan media cetak dapat berupa buku-buku penunjang, majalah, koran, buletin dan lain sebagainya.
Media belajar yang diberikan orang tua dapat memberikan efek positif maupun negatif terhadap proses belajar. Oleh sebab itu
orang tua harus lebih jeli dan melakukan pengawasan terhadap anak- anaknya dalam memanfaatkan fasilitas belajar yang dimiliki.
3 Perpustakaan
Perpustakaan yang dimaksudkan tidak harus perpustakaan yang besar, luas dan lengkap. Namun setidaknya ada koleksi buku-
buku yang berkaitan dengan bidang studi yang ditekuni dan buku- buku penunjang lainya.
Dengan adanya faslilitas belajar di tempat tinggal sebagai penunjang pembelajaran akan membuat mahasiswa calon guru untuk
belajar lebih giat dan bersemangat. Dengan timbulnya semangat tersebut
maka akan menumbuhkan minat dan perhatian yang lebih serius terhadap bidang studinya, baik untuk belajar atau berkonsentrasi mempersiapkan
dirinya menjadi profesional.
B. Penelitian Relevan
Berdasarkan tujuan awal dari penelitian ini, maka perlu adanya penelitian yang relevan dengan maksud mencari persamaan sebagai pendukung dari
penelitian, dan juga perbedaannya dengan penelitian lain. beberapa penelitian yang relevan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan penelitian dosen oleh Sarbini HS, Ali Muhson dan Suwarno 2004 yang berjudul “Minat Mahasiswa FIS UNY terhadap Jabatan Guru dan Faktor
yang Mempengaruhinya”. Penelitian ini bertujuan untuk 1 untuk mengetahui kecenderungan minat mahasiswa FIS UNY untuk menjadi guru
dan 2 untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan keluarga, teman sebaya, persepsi tentang jabatan guru, sikap terhadap jabatan guru
terhadap minat mahasiswa FIS UNY untuk menjadi guru. Kesamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel faktor persepsi tentang jabatan guru
terhadap minat untuk menjadi guru. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi bahwa sebagian besar mahasiswa FIS UNY memiliki minat terhadap jabatan
guru dalam kategori sedang, sedangkan persepsi tentang jabatan guru tidak mempengaruhi secara langsung terhadap minat, melainkan pengaruh secara
tidak langsung melalui sikap. Perbedaannya adalah, penelitian ini tidak mempertimbangkan fasilitas yang dimiliki masing-masing mahasiswa yang
diduga juga mempengaruhi minat menjadi guru.