memperkuat dugaan bahwa siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A pasti akan memiliki persepsi yang lebih baik positif
terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C.
Perbedaan tersebut disebabkan karena siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A adalah siswa yang memiliki kualitas
paling baik dibandingkan dengan siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan sekolah terakreditasi C, sehingga akan
lebih mudah dalam mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan Ujian Nasional. Disamping itu, SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A
didukung dengan kurikulum, administrasi, organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah
yang sangat memadai. Disamping hal di atas, perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan
Ujian Nasional terutama terlihat pada aspek pedagogis dan psikologis. Bagi SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, ketersediaan sarana dan
prasarana di sekolah tergolong sangat baik, sehingga akan sangat mendukung kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan Ujian Nasional. Sedangkan bagi
SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C, ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah tergolong kurang baik, sehingga akan
menghambat kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan Ujian Nasional. Pada aspek psikologis jelas terlihat bahwa siswa yang belajar pada SMA dengan
kategori sekolah terakreditasi A pasti akan lebih tenang dalam menghadapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ujian Nasional dibandingkan dengan siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C.
Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa
yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C. Adanya perbedaan tersebut terlihat dari hasil pengujian
deskripsi variabel yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A memiliki persepsi
yang cukup positif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Sedangkan sebagian besar siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B
dan terakreditasi C memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa yang
belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C tidak memiliki pemahaman dan penerimaan terhadap pelaksanaan Ujian
Nasional. Oleh sebab itu, agar pelaksanaan Ujian Nasional dapat berjalan dengan
lancar, maka para siswa diharapkan untuk lebih bersikap proaktif. Bersikap proaktif dalam hal ini adalah memunculkan kesadaran diri untuk
mempersiapkan Ujian Nasional, baik secara mental maupun fisik agar memperoleh hasil yang optimal. Melalui sikap proaktif, para siswa juga
diharapkan mampu mengolah hati nurani dan daya imajinasi untuk memunculkan kemauan belajar dan berusaha mencapai tujuan yang
diinginkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang
mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai
F
sebesar 2,017 dengan probabilitas
Sig.
0,154. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari taraf signifikan 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa
2
Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap
pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.
Sekolah terakreditasi A merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang sesuai dengan tujuan dari akreditasi
sekolah, serta didukung dengan kurikulum, administrasi, organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat,
dan lingkungan sekolah yang sangat baik. Sekolah terakreditasi B merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang dinilai
baik atau lebih baik daripada kelompok sekolah terakreditasi C, akan tetapi berada di bawah kelompok sekolah terakreditasi A. Sekolah terakreditasi C
merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang dinilai cukup atau kurang baik dibandingkan dengan sekolah
terakreditasi A dan sekolah terakreditasi B. Temuan ini mengindikasikan bahwa pengkategorian sekolah melalui
peringkat akreditasi sekolah, tidak mempengaruhi perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan
kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C. Semua guru yang mengajar pada ketiga kategori sekolah tersebut memiliki persepsi
yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Hasil pengujian deskripsi variabel persepsi guru terhadap pelaksanaan
Ujian Nasional menunjukkan bahwa guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A terdapat sebanyak 2 guru 14,29 memiliki
persepsi cukup positif, 8 guru 57,14 memiliki persepsi negatif, dan 4 guru 28,57 memiliki persepsi sangat negatif. Guru yang mengajar pada SMA
dengan kategori sekolah terakreditasi B terdapat sebanyak 4 guru 36,36 memiliki persepsi cukup positif, 2 guru 18,18 memiliki persepsi negatif,
dan 5 guru 45,46 memiliki persepsi sangat negatif. Sedangkan guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C terdapat
sebanyak 3 guru 100 memiliki persepsi sangat negatif. Berdasarkan hasil pengujian deskripsi variabel persepsi guru terhadap
pelaksanaan Ujian Nasional di atas, terlihat bahwa 6 guru memiliki persepsi cukup positif, 10 guru memiliki persepsi negatif, dan 12 guru memiliki
persepsi sangat negatif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki persepsi sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional.
Persepsi sangat negatif tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar guru tidak memiliki pemahaman dan penerimaan yang baik terhadap pelaksanaan
Ujian Nasional. Persepsi sangat negatif tersebut semakin membuktikan bahwa sebagian
besar guru merasa bahwa pelaksanaan Ujian Nasional hanya mengukur satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aspek kompetensi kelulusan yakni aspek kognitif. Padahal menurut penjelasan pasal 35 ayat 1 UU Sisdiknas, kompetensi lulusan seharusnya mencakup tiga
aspek yakni aspek sikap afektif, pengetahuan kognitif, dan ketrampilan psikomotorik. Disamping itu, sebagian besar guru yang mengajar pada SMA
dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C juga sama-sama menyatakan kekhawatirannya karena standar kelulusan yang
ditetapkan pemerintah dinilai sangat memberatkan siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar guru
setuju bahwa sistem penilaian terpusat dengan pelaksanaan Ujian Nasional telah melanggar UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa penilaian adalah otoritas guru. Hal lain yang juga sangat membuktikan tidak adanya perbedaan persepsi guru terhadap
pelaksanaan Ujian Nasional pada ketiga kategori sekolah tersebut adalah bahwa semua guru menganggap Ujian Nasional sebagai bentuk pemborosan
uang negara dan sekolah. Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A,
terakreditasi B, dan terakreditasi C. Tidak adanya perbedaan tersebut terlihat dari hasil pengujian deskripsi variabel yang menunjukkan bahwa sebagian
besar guru memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru tidak memiliki
pemahaman dan penerimaan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI