aspek kompetensi kelulusan yakni aspek kognitif. Padahal menurut penjelasan pasal 35 ayat 1 UU Sisdiknas, kompetensi lulusan seharusnya mencakup tiga
aspek yakni aspek sikap afektif, pengetahuan kognitif, dan ketrampilan psikomotorik. Disamping itu, sebagian besar guru yang mengajar pada SMA
dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C juga sama-sama menyatakan kekhawatirannya karena standar kelulusan yang
ditetapkan pemerintah dinilai sangat memberatkan siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar guru
setuju bahwa sistem penilaian terpusat dengan pelaksanaan Ujian Nasional telah melanggar UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa penilaian adalah otoritas guru. Hal lain yang juga sangat membuktikan tidak adanya perbedaan persepsi guru terhadap
pelaksanaan Ujian Nasional pada ketiga kategori sekolah tersebut adalah bahwa semua guru menganggap Ujian Nasional sebagai bentuk pemborosan
uang negara dan sekolah. Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A,
terakreditasi B, dan terakreditasi C. Tidak adanya perbedaan tersebut terlihat dari hasil pengujian deskripsi variabel yang menunjukkan bahwa sebagian
besar guru memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru tidak memiliki
pemahaman dan penerimaan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oleh sebab itu, agar pelaksanaan Ujian Nasional dapat berjalan dengan lancar, maka sekolah diharapkan tidak menitik beratkan kegiatan
pembelajaran hanya terbatas pada mata pelajaran yang akan diujikan, akan tetapi tetap memberikan porsi yang seimbang bagi mata pelajaran yang lain.
Disamping itu, para guru diharapkan juga tidak hanya memberikan pengetahuan kognitif, akan tetapi juga memberikan sikap-sikap dan nilai-
nilai hidup yang baik afektif dan ketrampilan psikomotorik. Demi kelancaran pelaksanaan Ujian Nasional, para guru diharapkan juga lebih kritis
dalam menanggapi UU yang dikeluarkan pemerintah.
3. Persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang
menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai
Chi-Kuadrat
sebesar 177,560 dengan
df
= 19 menunjukkan probabilitas
Asymp. Sig.
0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf signifikan 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa
3
Ho
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional
antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.
Sekolah terakreditasi A merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang sesuai dengan tujuan dari akreditasi
sekolah, serta didukung dengan kurikulum, administrasi, organisasi, sarana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah yang sangat baik. Sekolah terakreditasi B merupakan
kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang dinilai baik atau lebih baik daripada kelompok sekolah terakreditasi C, akan tetapi
berada di bawah kelompok sekolah terakreditasi A. Sekolah terakreditasi C merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah
yang dinilai cukup atau kurang baik dibandingkan dengan sekolah terakreditasi A dan sekolah terakreditasi B.
Hasil pengujian deskripsi variabel persepsi orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional menunjukkan bahwa orang tua yang
menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A terdapat sebanyak 2 orang tua 1,85 memiliki persepsi positif, 15 orang tua
13,89 memiliki persepsi cukup positif, 45 orang tua 41,67 memiliki persepsi negatif, dan 46 orang tua 42,59 memiliki persepsi sangat negatif.
Orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B terdapat sebanyak 14 orang tua 25 memiliki persepsi cukup
positif, 24 orang tua 42,86 memiliki persepsi negatif, dan 18 orang tua 32,14 memiliki persepsi sangat negatif. Sedangkan orang tua yang
menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C terdapat sebanyak 2 orang tua 11,11 memiliki persepsi cukup positif, 3
orang tua 16,67 memiliki persepsi negatif, dan 13 orang tua 72,22 memiliki persepsi sangat negatif.
Berdasarkan hasil pengujian deskripsi variabel persepsi orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional di atas, terlihat bahwa sebagian besar
orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B memiliki persepsi negatif terhadap pelaksanaan Ujian
Nasional. Sedangkan sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A dan terakreditasi C
memiliki persepsi yang sangat negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Hasil pengujian hipotesis ini mengindikasikan bahwa orang tua yang
menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, tidak selalu akan memiliki persepsi yang lebih baik terhadap pelaksanaan
Ujian Nasional dibandingkan dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C.
Perbedaan persepsi tersebut diduga salah satunya karena orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah
terakreditasi A tidak memiliki penerimaan yang baik terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Para orang tua tersebut lebih memandang pelaksanaan Ujian
Nasional sebagai suatu sistem evaluasi yang tidak komprehensif karena hanya menilai hasil belajar pada aspek kognitifnya saja. Di samping itu, para orang
tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A pastilah memiliki anak yang berkualitas paling baik
dibandingkan dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan terakreditasi C, sehingga para
orang tua tersebut lebih berpikir kritis karena tidak mau jika anaknya gagal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI