Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, Kerangka Berpikir

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah 2008:144-45 prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

faktor internal terdiri dari: 1. Aspek fisiologis, yaitu aspek yang bersifat jasmaniah yang dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. 2. Aspek psikologis, yaitu aspek yang bersifat rohaniah yang dapat mempengaruhi kualitas belajar siswa yang berupa minat, rasa aman, pengalaman masa lampau, dan inspirasi.

b. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu. Faktor eksternal terdiri dari:

1. Faktor lingkungan sosial, meliputi pribadi guru pengajar, sikap orang tua dan keluarga siswa itu sendiri terhadap anak yang sedang belajar, situasi pergaulan dan teman sebaya. 2. Faktor lingkungan non sosial, meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. c. Faktor pendekatan belajar approach to learning Faktor pendekatan belajar dapat dipahami siswa dengan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi, mempelajari materi tertentu. Faktor ini berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. Sependapat dengan Syah, Muhibbin 2003:110 menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. 2. Faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya dalam Rusman, 2013:203 mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Menurut Slavin dalam Isjoni, 2008:150 pembelajaran kooperatif adalah suatu model yang membantu siswa untuk belajar dalam kelompok kecil secara kolaboratif. Sebaiknya dalam pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari 4-6 siswa agar setiap siswa mampu membuat hubungan belajar dengan kelompoknya lebih maksimal. Menurut Davinson Kroll dalam Nur Asma 2006:11 pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa dalam kelompok dimana siswa saling bertukar ide dan bekerja sama dalam memecahkan masalah. Siswa belajar dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI suatu kelompok dan menghadapi masalah. Berdasarkan kemampuan tiap individu, mereka berbagai ide untuk dapat memecahkan masalah belajar. Kelompok belajar diatur oleh guru agar kesempatan belajar dari siswa pintar dan kurang pintar dapat merata. Tugas dibuat oleh guru agar ketika bekerjasama mempunyai arah yang jelas. Dari pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah, dan siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dan mampu menyesuaikan diri di dalam kelompok sehingga siswa mampu bertukar ide satu sama lain dan dapat bekerja sama di dalam kelompok.

2.1.3.1 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa karakteristik. Rusman 2013:49-51 mengungkapkan karakteristik model pembelajaran kooperatif, diantaranya: 1. Pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Kelompok adalah tempat untuk mencapai tujuan. 2. Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, bekerja sama antar anggota kelompok, dan perlu ditentukan kriteria keberhasilan belajar. 3. Adanya kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama. Kemampuan dan kemauan ini digunakan untuk meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah. 4. Keterampilan untuk bekerja sama. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa perlu dikembangkan keterampilan bekerja sama, sehingga setiap siswa berinteraksi dan berkomunikasi untuk menyampaikan pendapatnya. Karakteristik pembelajaran kooperatif adalah kegiatan dalam bekerja sama yang dilakukan secara berkelompok untuk meningkatkan keterampilan bekerja sama dan memecahkan masalah sehingga siswa mampu berkomunikasi dalam menyampaikan pendapat di dalam kelompok. 2.1.3.2 Macam –Macam Model Pembelajaran Kooperatif Sugiyanto 2010:44 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat empat model, yaitu : 1. Model Student Teams Achivement Division STAD merupakan model pembelajaran yang melibatkan 4-5 siswa di dalam kelompok dan dipilih secara heterogen dan bekerja sama untuk saling membantu dan untuk saling menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota lain dengan menggunakan lembar kerja akademik yang akan dievaluasi setiap minggu atau dua minggu untuk penguasaan bahan akademik yang telah dipelajari dan akan mendapat penghargaan apabila siswa secara individu dan kelompok mendapatkan prestasi yang tinggi. 2. Model Group Investigation GI merupakan model pembelajaran yang melibatkan 4-5 anggota kelompok secara heterogen, tetapi dapat juga berdasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang akan dipelajari mengikuti investigasi yang mendalam terhadap berbagai sub topik yang akan dipelajari secara mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. 3. Model Struktural merupakan model pembelajaran yang menekankan pada struktur –struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Pembelajaran ini melibatkan kelompok-kelompok kecil secara kooperatif dan bekerja sama saling ketergantungan yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberi jawaban setelah terlebih dahulu mengangkat tangan dan dipilih oleh guru, dan antar siswa dapat soal, mencari pasangan yang kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan guru kemudian mereka bertukar pasangan untuk secara bergantian menjawab pertanyaan tersebut. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan keterampilan sosial. 4. Model Jigsaw mengambil pola cara kerja zig-zag, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.3.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Slavin 2005:143 bependapat bahwa Student Teams Achivement Division STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Trianto 2010:68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran tipe STAD merupakan salah satu tipe moodel pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan dikelompokkan secara heterogen. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Student Teams Achievement Division merupakan pembelajaran yang paling sederhana dengan membentuk kelompok kecil agar mempermudah guru dalam proses pembelajaran, serta pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen dan setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa. Menurut Rusman 2013:215 terdapat enam langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu sebagai berikut: 1. Penyampaian Tujuan Penyampaian tujuan pembelajaran dimaksudkan agar siswa mengetahui arah pembelajaran dan memiliki gambaran tentang pembelajaran yang akan disampaikan. 2. Pembagian Kelompok Kelompok terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen, berdasarkan kemampuan, jenis kelamin, atau etnis. Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua kelompok benar-benar belajar. Selain itu kelompok digunakan untuk mempersiapkan anggotanya agar bisa mengerjakan kuis dengan maksimal. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompok. Kelompok memberikan dukungan bagi anggota kelompok, sehingga dapat menimbulkan sikap yang baik seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri atau rasa dihargai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Penyampaian Materi Dalam pembelajaran STAD, siswa mempelajari materi bersama kelompok. Materi diperkenalkan dalam presentasi kelas, diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, atau menggunakan alat bantu audiovisual. Dengan cara tersebut, siswa akan menyadari bahwa mereka harus memperhatikan selama presentasi kelas, agar dapat mengerjakan kuis, dan untuk mendapatkan nilai kelompok. 4. Belajar dalam Kelompok Dalam pembelajaran STAD siswa mempelajari materi bersama dalam kelompok. Materi diperkenalkan dalam prestasi kelas atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Dengan cara seperti ini, siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama bekerja dalam kelompok. 5. Kuis Kuis akan diberikan dan dikerjakan secara individual. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga setiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya. 6. Penghargaan Kelompok Siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari hasil sebelumnya, kemudian siswa akan mengumpulkan poin untuk kelompok mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis. Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau dalam bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

2.1.4 IPA

2.1.4.1 Pengetian IPA

IPA pada hakikatnya mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera. Menurut Trianto 2010:136-137 IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum, terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka dan jujur. Menurut Samatowa 2011:2 pada hakikatnya IPA dibangun melalui proses, produk, dan sikap ilmiah. IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk memperbaiki pengetahuan atau menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk yaitu hasil dari proses ilmiah, sedangkan sebagai sikap yaitu mengembangkan dan menumbuhkan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA yang cocok untuk sekolah dasar adalah melalui pengalaman langsung yang dapat memperkuat ingatan siswa. Dari beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan berkembang serta tersusun secara teratus berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen . Wisudawati 2014:24 menjelaskan bahwa IPA memiliki hakekat sebagai berikut : 1. IPA sebagai proses IPA juga perlu memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta yang meliputi cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Hal-hal tersebut disebut dengan proses ilmiah. Proses tersebut diantaranya adalah mengamati, mengukur, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, dan menarik kesimpulan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses IPA adalah mengamati, mencoba, memahami, dan menganalisis. 2. IPA sebagai produk Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori. Produk IPA diperoleh melalui kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan ilmuwan. Fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA sedangkan konsep dan prinsip merupakan hasil kegiatan analitik IPA. Fakta merupakan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau peristiwa yang betul terjadi. Fakta-fakta tersebut kemudian digabungkan menjadi suatu konsep. Hubungan konsep-konsep tersebut kemudian menjadi prinsip IPA. Prinsip-prinsip yang sudah diterima tersebut membentuk suatu hukum-hukum alam yang bersifat tentatif yaitu dapat berubah bila ditemukan fakta baru. 3. IPA sebagai sikap IPA dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat. Selain itu, IPA dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan sikap religious, keteraturan, dan keterbukaan. Menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA memiliki tiga unsur penting yaitu IPA sebagai proses, produk, dan sikap. Ketiga unsur tersebut harus muncul di dalam pembelajaran IPA sehingga siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah yaitu rasa ingin tahu dan percaya diri.

2.1.4.2 Pendidikan IPA SD

Darmojo 1992:3 berpendapat bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Nah dalam Darmojo, 1992:3 mengemukakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam sekitar. Cara IPA mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, dan dapat menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu hal yang baru tentang objek yang diamatinya. Setiap guru kelas harus mengerti kenapa IPA diajarkan di kelas.

2.1.4.3 Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya

A. Sumber-Sumber Makanan

Makanan hewan bersumber dari tumbuhan dan beberapa jenis hewan. Perbedaan jenis makanan pada hewan menyebabkan ada penggolongan hewan. Berikut ini adalah sumber-sumber makanan hewan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Sumber Makanan dari Tumbuhan

Tumbuhan merupakan sumber makanan yang sangat penting untuk hewan. Bagian-bagian tumbuhan yang menjadi makanan bagi hewan yaitu: daun, buah, bunga, batang, umbi, dan akar. Setiap hewan pemakan tumbuhan hanya memakan satu bagian tumbuhan atau beberapa bagian tumbuhan seperti: kambing hanya memakan daun, monyet memakan buah-buahan, dan panda memakan pucuk bambu.

2. Sumber Makanan dari Hewan

Beberapa jenis hewan merupakan sumber makanan bagi hewan lainnya. Hewan yang menjadi sumber makanan bagi hewan lain adalah hewan pemakan tumbuhan. Ada juga hewan pemakan daging yang dimakan oleh pemakan daging lainnya. a. Hewan memakan daging hewan lainnya b. Hewan memakan telur hewan lain c. Hewan memakan ikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Penggolongan Hewan Berdasarkan Makanan 1. Hewan Pemakan Tumbuhan Herbivora

Hewan pemakan tumbuhan disebut herbivora. Hewan herbivora ada yang berukuran besar. Tetapi ada hewan herbivora yang berukuran kecil. Hewan herbivora yang tubuhnya besar contohnya gajah, sapi, dan kuda. Hewan herbivora yang tubuhnya kecil adalah ulat, kupu-kupu, dan belalang. Hewan yang termasuk dalam jenis herbivora yaitu: 1. Bangsa burung, misalnya burung nuri, kakatua, burung beo, merpati, dan sebagainya. 2. Bangsa mamalia hewan menyusui, misalnya kuda, sapi, kerbau, kambing, kelinci, kijang, dan sebagainya. Ciri-ciri hewan herbivora sebagai berikut: a. Tidak memiliki gigi taring b. Memiliki gigi geraham yang permukaannya bergelombang. Gigi ini berfungsi untuk mengunyah makanan hingga lumat dan lembut. Gambar 1. Susunan gigi pada hewan herbivora

2. Hewan Pemakan Daging Karnivora

Karnivora adalah hewan yang makanannya berupa daging. Contoh hewan karnivora adalah kucing, harimau, serigala, dan buaya. Hewan karnivora memiliki kuku yang kokoh dan tajam. Kuku tersebut berfungsi untuk mencengkram mangsanya. Ciri-ciri hewan karnivora yaitu: 1. Hewan ini memiliki taring yang berguna untuk merobek daging hewan yang dimangsanya. 2. Kakinya memiliki cakar yang berguna untuk mencengkram mangsanya. 3. Mempunyai indra penglihatan, penciuman, dan pendengaran yang baik. 4. Memiliki racun bisa dan gigi taring yang kuat seperti ular. 5. Mempunyai gigi taring dan gigi geraham yang tajam. Gigi taring yang besar. Gigi gerahamnya pun tajam yang berguna untuk mengunyah daging dan tulang. Gambar 2. Susunan gigi pada hewan karnivora

3. Omnivora

Hewan pemakan segala disebut omnivora. Hewan omnivora memakan tumbuhan dan pemakan daging. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah ayam, bebek, beruang, gorila, dan monyet. Susunan gigi hewan omnivora terdiri atas gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham. Ketiga jenis gigi tersebut berkembang dengan baik karena disesuaikan dengan jenis makanannya. Gigi seri digunakan untuk memotong. Jika memakan daging hewan lain, maka gigi yang banyak digunakan adalah gigi taring, yaitu untuk mengerat. Jika memakan sayuran, maka gigi yang digunakan adalah gigi geraham, yaitu untuk melumat. Ketiga jenis gigi tersebut berfungsi dengan baik saat makanan berada di dalam mulut. 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian dari Ngaenah 2009 yang berjudul “ Upaya meningkatkan prestasi belajar IPS materi globalisasi melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangpaningal”. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan : meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VI SD N 4 Manungal. Hasil observasi pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa keaktifan siswa mengalami peningkatan. Pada siklus 1 rata-rata nilai yang dicapai siswa sebesar 66,95 dengan ketuntasan belajar sebesar 52,63. Pada siklus 2 rata-rata nilai yang dicapai siswa sebesar 71,05 dengan ketuntasan belajar sebesar 63,16. Pada siklus III rata-rata nilai yang dicapai siswa sebesar 91,05 dengan ketuntasan belajar sebesar 78,95. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang terdapat pada peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian dari Agung 2013 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bangun Datar Pada Kelas VA SDN 4 Kerobokan Badung Tahu n Pelajaran 20122013”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas PTK. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 4 Kerobokan Badung tahun pelajaran 20122013 sebanyak 30 orang. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif komparatif. Hasil analisis data aktivitas belajar siswa menunjukkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: 12,45 dan 16,20, dengan kategori berturut-turut: cukup aktif dan aktif. Ketuntasan belajar KB pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: 63,87, 63,87 dan 66,67, dan 69,33, 69,33 dan 86,87. Persentase peningkatan rata-rata nilai prestasi belajar siswa, daya serap, dan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II berturut-turut sebesar: 8,54, 8,54, dan 30,29. Penelitian dari Herlina 2012 yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII-G SMP N 07 Malang pada Materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel”. Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran STAD, prestasi belajar siswa kelas VII-G SMPN 07 Malang mengalami peningkatan. Pada siklus pertama diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis ≥75 belum mencapai 75, yaitu pada pertemuan pertama 68,4 dan pertemuan kedua 73,68. Pada siklus kedua diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis ≥ 75 telah mencapai ≥ 75, yaitu pada pertemuan pertama 78,5 dan pertemuan kedua 85,73. Pada pertama pertemuan kedua dan siklus kedua diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis ≥ 75 telah mencapai ≥ 75, yaitu pada pertemuan kedua siklus pertama 76,92 dan siklus kedua pertemuan pertama dan kedua masing-masing 90,24 dan 92,68. Dari hasil prestasi belajar yang diperoleh pada siklus I dan II dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan prestasi belajar Berikut adalah literature map penelitian yang relevan : Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan Herlina 2012 penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII-G SMP N 07 Malang pada Materi Pertidaksamaan Linear Satu .Variabel”. Agung 2013 penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bangun Datar Pada Kelas VA SDN 4 Kerobokan Badung Tahun Pelajaran 20122013. Ngaenah 2009 penelitian dengan judul Upaya meningkatkan prestasi belajar IPS materi globalisasi melalui metode pembelajaran STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangpaningal. Yang diteliti: “ Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sarikarya dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe S TAD” Gambar 2.1 literature map menjelaskan tentang 3 penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Hasil dari ketiga penelitian tersebut menunjukkan keberhasilan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan sebuah pendekatan. Peneliti kemudian tertarik melakukan penelitian menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA di SD bukan kegiatan belajar yang dilakukan dengan cara menghafal, tetapi belajar dengan cara praktek ataupun eksperimen. Pembelajaran IPA dapat terlaksana dengan baik jika dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Hal ini dikarenakan siswa kurang terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar. Siswa cenderung pasif di dalam mengikuti pelajaran IPA. Beberapa siswa cenderung lebih suka bermain sendiri dari pada mengikuti pembelajaran IPA. Pada mata pelajaran IPA masih dikategorikan rendah dalam hal keaktifan dan prestasi belajar siswa. Keaktifan dan prestasi belajar IPA yang tergolong rendah dapat ditingkatkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti memilih pembelajaran kooperatif tipe STAD karena membuat siswa dapat bertukar ide dan dapat bekerjasama dalam memecahkan masalah di dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, serta anggota bisa berbagi pengetahuan dalam kelompoknya, saling bertanya jawab, saling menghargai, membantu apabila ada anggota kelompok yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kurang memahami materi. Pelajaran IPA di sekolah dasar adalah salah satu pelajaran penting yang harus dipelajari oleh siswa. Peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Sarikarya Yogyakarta. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan pembelajaran yang diterapkan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran dengan cara bekerja di dalam kelompok. Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 penyampaian tujuan, 2 pembagian kelompok, 3 penyampaian materi, 4 belajar dalam kelompok, 5 pemberian kuis, dan 6 pemberian penghargaan. Kondisi Awal Keaktifan belajar :53,67 Prestasi belajar :67,6 Pembelajaran berpusat pada guru. Keaktifan prestasi belajar rendah Kondisi Akhir keaktifan dan prestasi belajar meningkat Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD N Sarikarya dari nilai rata-rata 53,67 rendah menjadi 75tinggi. 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Sarikarya dari nilai rata-rata 67,6 menjadi 75 dan dari persentase ketuntasan 70,4 menjadi 80. 31

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III membahas tentang jenis penelitian, seting penelitian, persiapan penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan analisis data beserta indikator keberhasilan. 3.1 Jenis Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas menurut McNiff dalam Wijaya Dedi, 2007:8, merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran. Senada dengan Taniredja 2010:17 berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dilakukan oleh para guru, untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional. PTK bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan langkah pemecahan terhadap masalah. Pendapat para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dalam kelas dan bersifat reflektif untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran agar menjadi lebih baik. Pada penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang dilakukannya di kelas. Guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017.

0 0 232

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

2 14 384

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 1 304

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 2 314

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 7 402

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 2 305

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016 2017

0 0 230